MODEL KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA
MAKALAH
MODEL KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM KELUARGA
TUGAS MATA KULIAH
PENDIDIKAN AKHLAK/KARAKTER
Dosen
Dr.H.ULIL AMRI SAFRI,LC,MA
OLEH
CHAIRUDDIN SIREGAR
AWALUDDIN
FIRDAUS
SYAMSUL HADI
PROGRAM DOKTOR PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS IBNU KHALDUN
BOGOR 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang Model Konsep Pendidikan Akhlak dalam keluarga dengan baik meskipun
banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada
Bapak Dr. H. Ulil Amri
Safri,
LC, MA selaku Dosen mata kuliah Pendidikan Akhlak/ Karakter Universitas Ibn
Khaldun Bogor yang telah
memberikan bimbingannya kepada kami .
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan
serta pengetahuan
kita mengenai Model Konsep Pendidikan Akhlak
dalam Keluarga . Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah
ini
berguna bagi kami
dan
para pembaca sekalian, akhirnya dengan
segala kekurangan kami
dengan menyusun
sepuluh jari kami
memohon maaf
yang tiada terhingga.
Bogor, 21 April 2015
Wassalam,
Kami
Penulis, Chairuddin, Siregar Awaluddin
Firdaus
Syamsul
Hadi
DAFTAR
I
S
I
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
|
i
ii
|
BAB
I PENDAHULUAN
|
1
|
A. Latar Belakang
|
1
|
B.
Perumusan Masalah
|
2
|
C. Tujuan
Penulisan
|
2
|
BAB
II. PEMBAHASAN
|
3
|
A. PENDIDIKAN
AKHLAK
|
3
|
B.
KONSEP PENDIDIKAN
AKHLAK DALAM KELUARGA
|
28
|
BAB III PENUTUP
|
77
|
DAFTAR
PUSTAKA
|
78
|
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
merupakan upaya yang terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi
individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung
jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak (berkarakter) mulia. Undang-
Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
menegaskan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (pasal 3). Dari rumusan
ini terlihat bahwa pendidikan nasional mengemban misi yang tidak ringan, yakni
membangun manusia yang utuh dan paripurna yang memiliki nilai-nilai karakter
yang agung di samping juga harus memiliki keimanan dan ketakwaan. Karena itulah
pendidikan menjadi agent of change yang harus mampu melakukan perbaikan
karakter bangsa.
Untuk
membangun manusia yang memiliki nilai-nilai karakter yang agung seperti
dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional tersebut, dibutuhkan sistem
pendidikan yang memiliki materi yang komprehensif (kaffah), serta
ditopang oleh pengelolaan dan pelaksanaan yang benar. Terkait dengan ini
pendidikan Islam memiliki tujuan yang seiring dengan tujuan pendidikan
nasional. Secara umum pendidikan Islam mengemban misi utama memanusiakan
manusia, yakni menjadikan manusia mampu mengembangkan seluruh potensi yang
dimilikinya sehingga berfungsi maksimal sesuai dengan aturan-aturan yang
digariskan oleh Allah Swt. dan Rasulullah saw. yang pada akhirnya akan terwujud
manusia yang utuh (insan kamil).
Dalam
tulisan ini akan dikaji prinsip-dasar pendidikan Akhlak (karakter) yang
didasarkan pada pendidikan Islam dimulai dari keluarga. Prinsip ini didasari
oleh pandangan bahwa ruh (jiwa)
pendidikan Islam adalah pendidikan akhlak atau pendidikan karakter.
B. Permusan Masalah
Dari latar belakang diatas
maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1, Apa Pengertian Pendidikan Akhlak
2. Bagaimana Konsep Pendidikan Akhlak dalam keluarga
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui Apa Pengertian Akhlak
2. Untuk mengetahui Apa
Pengertian Pendidikan Akhlak
3. Untuk mengetahui Model Konsep Pendidikan Akhlak dalam keluarga
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDIDIKAN AKHLAK
1. PENGERTIAN PENDIDIKAN AKHLAK
Dalam
pengertian pendidikan akhlak ini dijelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian
pendidikan dan pengertian akhlak.
a. Pengertian Pendidikan
Secara
etimologi, pengertian pendidikan yang diberikan oleh ahli. John Dewey, seperti
yang dikutip oleh M. Arifin menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai suatu
proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir
(intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah
tabiat manusia dan manusia biasa.[1]
Pendidikan pada
dasarnya adalah usaha sadar yang diarahkan untuk mematangkan potensi fitrah
manusia, agar setelah tercapai kematangan itu, ia mampun memerankan diri sesuai
dengan amarah yang disandangnya, serta mampu mempertanggung jawabkan
pelaksanaan kepada Sang Pencipta. Kematangan di sini dimaksudkan sebagai
gambaran dari tingkat perkembangan optimal yang dicapai oleh setiap potensi
fitrah manusia.[2]
Dalam Islam,
pada mulanya pendidikan disebut dengan kata “ta’dib”. Kata unsur-unsur
pengetahuan (‘ilm), pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah).
Akhirnya, dalam perkembangan kata-kata “ta’dib” sebagai istilah
pendidikan hilang dari peredarannya, sehingga para ahli didik Islam bertemu
dengan istilah at tarbiyah atau tarbiyah, sehingga sering disebut
tarbiyah. Sebenarnya kata ini asal katanya adalah dari “Rabba-Yurobbi-Tarbiyatan”
yang artinya tumbuh dan berkembang.
Walaupun dalam
Al-Qur’an tidak menyebutkan secara jelas tentang definisi pendidikan, namun
dari beberapa ayat dapat ditemukan indikasi ke arah pendidian, sebagaimana
disebutkan dalam Q.S. 17/Al-Isra : 24 :
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ
رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَياَّنِيْ صَغِيْرًا.
Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah “Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
mendidik aku waktu kecil”. (Q.S. al-Isra : 24)[3][4]
Berdasarkan
ayat tersebut dapat diambil pengertian bahwa al-Tarbiyah adalah proses
pengasuhan pada fese permulaan pertumbuhan manusia, karena anak sejak
dilahirkan di dunia dalam keadaan tidak tahu apa-apa, tetapi ia sudah dibekali
Allah SWT berupa potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. Maka
pendidikan anak sangat penting mengingat untuk kelangsungan perkembangannya
menuju ke tahap selanjutnya.
Menurut
Frederic J. Mc. Donald, dalam bukunya Educational Psychology,
mengungkapkan bahwa education in the sense used here, is a process or an activity
which is directed at producting desirable changes in the behaviour of human
beings. Pendidikan dalam pengertian yang digunakan di sini adalah sebuah
proses atau aktivitas yang menunjukkan pada proses perubahan yang diinginkan di
dalam tingkah laku manusia.[4]
Menurut Nelson
B. Henry, education is the process by which those powers (abilities,
capacities) of the man that are susceptible to habituation are perfected by
good habits.[5]
Artinya, pendidikan adalah merupakan suatu proses di mana kemampuan seseorang
dapat terpengaruh oleh kebiasaan yang berupa kebiasaan yang baik.
Dengan demikian
dapat dipahami bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan
secara sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan, baik jasmani maupun
rohani, melalui penanaman nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik serta
menghasilkan perubahan ke arah positif yang nantinya dapat diaktualisasikan
dalam kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku, berpikir dan berbudi pekerti
yang luhur menuju terbentuknya manusia yang berakhlak mulia.
b. Pengertian
Akhlak
Pengertian
akhlak secara etimologi dapat diartikan sebagai budi pekerti, watak dan tabiat.[6]
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun (خلق) yang menurut lughot
diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Menurut Rahmat
Djatnika, bahwa pengertian akhlak dapat dibedakan menjadi dua macam, di
antaranya menurut etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab (ا خلا ق) bentuk jamak dari
mufrodnya khuluq (خلق),
yang berarti budi pekerti. Sinonimnya adalah etika dan moral. Etika berasal
dari bahasa Latin, etos yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari
bahasa Latin juga, mores yang juga berarti kebiasaan. Sedangkan menurut
terminolog, kata budi pekerti terdiri dari kata “budi” dan “pekerti”. Budi
adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong
oleh pemikiran, rasio yang disebut karakter. Pekerti adalah apa yang terlihat
pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati yang disebut dengan behaviour.
Jadi, budi pekerti merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang
bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.[7]
Menurut Abuddin
Nata, akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mendalam dan tanpa
pemikiran, namun perbuatan itu telah mendarah daging dan melekat dalam jiwa,
sehingga saat melakukan perbuatan tidak lagi memerlukan pertimbangan dan
pemikiran.[8]
Menurut
Elizabeth B. Hurlock, behaviour which may be called “true morality” not only
conforms to social standarts but also is carried out voluntarily, it comes with
the transition from external to internal authority and consist of conduct
regulated from within.[9] Artinya,
bahwa tingkah laku boleh dikatakan sebagai moralitas yang sebenarnya itu bukan
hanya sesuai dengan standar masyarakat, tetapi juga dilaksanakan dengan suka
rela, tingkah laku it terjadi melalui transisi dari kekuatan yang ada di luar
(diri) dan ke dalam (diri) dan ada ketetapan hati dalam melakukan (bertindak) yang
diatur dalam diri.
Imam Al-Ghazali
mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut :
الخلق عبارة عن هيئة فى النفس را سخة عنها تصدر الافعال بسهولة
ويسر من غير حاجة إلى فكر ورويّة عقلا وسرعا. [10]
Bahwa akhlak
adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran
(terlebih dahulu).
Dari definisi
tersebut dapat diketahui bahwa hakikat akhlak menurut al-Ghazali mencakup dua
syarat. Pertama, perbuatan itu harus konstan, yaitu dilakukan berulang
kali dalam bentuk yang sama, sehingga dapat menjadi kebiasaan. Kedua, perbuatan
itu harus tumbuh dengan mudah tanpa pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan
karena adanya tekanan, paksaan dari orang lain atau bahkan pengaruh-pengaruh
dan bujukan yang indah dan sebagainya.
Menurutnya
juga, bahwa akhlak bukanlah pengetahuan (ma’rifah) tentang baik dan
jahat, maupun kodrat (qudrah) untuk baik dan buruk, bukan pula
pengamalan (fi’l) yang baik dan jelek, melainkan suatu keadaan jiwa yang
mantap (hay’arasikha fi-n-nafs).[11]
Akhlak adalah
suatu istilah yang sering digunakan oleh Al-Ghazali. Jadi, kerap kali kita
temukan pernyataan, seperti ‘akhlak kedermawanan” dan “akhlak-akhlak tercela”.
Dapat dipahami bahwa dalam etika Al-Ghazali, suatu amal lahiriyah tak dapat
secara tegas disebut baik dan buruk. Maka ketulusan seseorang mungkin dipandang
sebagai suatu kebaikan, tetapi jual belinya yang jujur atau tidak. Namun, suatu
suatu amal dapat dikatakan suatu amal shaleh atau amal jahat.
Dengan demikian
dapat dipahami bahwa akhlak adalah suatu sikap atau kehendak manusia disertai
dengan niat yang tentram dalam jiwa yang berlandaskan al-Qur’an dan al-Hadits
yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan atau kebiasaan-kebiasaan secara
mudah tanpa memerlukan pembimbingan terlebih dahulu. Jiwa kehendak jiwa itu
menimbulkan perbuatan-perbuatan dan kebiasaan-kebiasaan yang bagus, maka
disebut dengan akhlak yang terpuji. Begitu pula sebaliknya, jika menimbulkan
perbuatan-perbuatan dan kebiasaan-kebiasaan yang jelek, maka disebut dengan
akhlak yang tercela.
c. Pengertian
Pendidikan Akhlak
Setelah
dijelaskan secara terpisah mengenai pengertian pendidikan dn pengertian akhlak,
maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai
dasar-dasar akhlak dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan
dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa analisa sampai ia menjadi seorang
mukallaf, seseorang yang telah siap mengarungi lautan kehidupan. Ia tumbuh dan
berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk
selalu kuat, ingat bersandar, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya,
maka ia akan memiliki potensi dan respon yang instingtif di dalam menerima
setiap keutamaan dan kemuliaan. Di samping terbiasa melakukan akhlak mulia.[12]
Atau suatu
kegiatan yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan,
baik jasmani maupun rohani, melalui penanaman nilai-nilai Islam, latihan moral,
fisik serta menghasilkan perubahan ke arah positif, yang nantinya dapat
diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku, berpikir
dan berbudi pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang berakhlak
mulia, di mana dapat menghasilkan perbuatan atau pengalaman dengan mudah tanpa
harus direnungkan dan disengaja atau tanpa adanya pertimbangan dan pemikiran,
yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan dari orang lain atau bahkan
pengaruh-pengaruh yang indah dan pebuatan itu harus konstan (stabil) dilakukan
berulang kali dalam bentuk yang sering sehingga dapat menjadi kebiasaan.
2. DASAR-DASAR DAN
TUJUAN PENDIDIKAN AKHLAK
a. Dasar-Dasar
Pendidikan Akhlak
Dasar
pendidikan akhlak adalah al-Qur’an dan al-Hadits, karena akhlak merupakan
sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam. Al-Qur’an dan al-Hadits sebagai
pedoman hidup umat Islam menjelaskan kriteria baik dan buruknya suatu
perbuatan. Al-Qur’an sebagai dasar akhlak menjelaskan tentang kebaikan
Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia. maka selaku umat
Islam sebagai penganut Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat
manusia, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. 33/Al-Ahzab : 21 :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فىِْ رَسُوْلِ اللهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوْا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلا خِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا.
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah. (Q.S. al-Ahzab : 21)[13]
Berdasarkan
ayat tersebut di atas dijelaskan bahwasannya terdapat suri teladan yang baik,
yaitu dalam diri Rasulullah SAW yang telah dibekali akhlak yang mulia dan
luhur. Selanjutnya juga dalam Q.S. 68/Al-Qalam : 4 :
وَاِنَّكَ
لَعَلى خُلُقٍ عَظِيْمٍ. (القلم : 4)
Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Q.S. al-Qalam : 4)[14]
Bahwasannya
Nabi Muhammad SAW dalam ayat tersebut dinilai sebagai seseorang yang berakhlak
agung (mulia).
Di dalam hadits
juga disebutkan tentang betapa pentingnya akhlak di dalam kehidupan manusia.
Bahkan diutusnya rasul adalah dalam rangka menyempurnakan akhlak yang baik,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW, bahwa :
عن عبد الله حد ثي أبى سعيدبن منصور قال : حدثنا عيد العزيز ين
محمد عن محمد بن عجلا عن القعقاع بن حكم عن أبي صالح عن أبي هريرة قال : قال رسول
الله صا.م : انما بعثت لأ تمم صالح الاخلاق.(رواه احمد) [15]
Dari Abdullah
menceritakan Abi Said bin Mansur berkata : menceritakan Abdul Aziz bin Muhammad
dari Muhammad bin ‘Ijlan dari Qo’qo’ bin Hakim dari Abi Shalih dari Abi
Hurairoh berkata Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Aku hanya diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. (H.R.Ahmad)
Berdasarkan
hadits tersebut di atas memberikan pengertian tentang pentingnya pendidikan
akhlak dalam kehidupan manusia, di mana dengan pendidikan akhlak yang diberikan
dan disampaikan kepada manusia tentunya akan menghasilkan orang-orang yang
bermoral, laki-laki maupun perempuan, memiliki jiwa yang bersih, kemauan yang
keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, mengetahui arti kewajiban
dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak manusia, mengetahui perbedaan buruk dan
baik, memilih satu fadhilah karena cinta pada fadhilah, menghindari suatu
perbuatan yang tercela dan mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan yang mereka
lakukan.
b. Tujuan
Pendidikan Akhlak
Tujuan pokok
dari pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan pembentukan jiwa.
Pendidikan yang diberikan kepada anak didik haruslah mengandung
pelajaran-pelajaran akhlak. Setiap pendidik haruslah memikirkan akhlak dan
memikirkan akhlak keagamaan sebelum yang lain-lainnya karena akhlak keagamaan
adalah akhlak yang tertinggi, sedangkan akhlak yang mulia itu adalah tiang dari
pendidikan Islam.
Dalam tujuan
pendidikan akhlak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1) Tujuan Umum
Menurut Barnawy
Umari, bahwa tujuan pendidikan akhlak secara umum meliputi :
a) Supaya dapat
terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji serta menghindari yang
buruk, jelek, hina dan tercela.
b) Supaya
perhubungan kita dengan Allah SWT dan dengan sesama makhluk selalu terpelihara
dengan baik dan harmonis.[16]
Menurut Ali
Hasan bahwa tujuan pokok akhlak adalah agar setiap orang berbudi (berakhlak),
bertingkah laku (tabiat) berperangai atau beradat istiadat yang baik atau yang
sesuai dengan ajaran Islam.[17]
2) Tujuan Khusus
Adapun secara
spesifik pendidikan akhlak bertujuan :
a) Menumbuhkan
pembentukan kebiasaan berakhlak mulia da beradat kebiasaan yang baik
b) Memantapkan
rasa keagamaan pada siswa, membiasakan diri berpegang pada akhlak mulia dan
membenci akhlak yang rendah.
c) Membiasakan
siswa bersikap rela, optimis, percaya diri, emosi, tahan menderita dan sabar.
d) Membimbing
siswa ke arah dikap yang sehat dan dapat membantu mereka berinteraksi sosial
yang baik, mencintai kebaikan untuk orang lain, suka menolong, sayang kepada
yang lemah, dan menghargai orang lain.
e) Membiasakan
siswa bersopan santun dalam berbicara dan bergaul baik di sekolah maupun di
luar sekolah.
f) Selalu tekun
beribaah dan mendekatkan diri kepada Allah dan bermuamalah yang baik.[18]
Adapun menurut
Muhammad ‘Athiyyah Al-Abrasyi menjelaskan tujuan dari pendidikan moral dan
akhlak dalam Islam adalah membentuk orang-orang yang bermoral baik, keras
kemauan, sopan dalam bicara dan mulia dalam bertingkah laku dan perangai,
bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. Jiwa
dari pendidikan Islam adalah pendidikan moral dan akhlak.[19]
Dijelaskan juga
menurut Ahmad Amin, bahwasannya tujuan pendidikan akhlak (etika) bukan hanya
mengetahui pandangan atau teori, bahkan setengah dari tujuan itu adalah
mempengaruhi dan mendorong kehendak kita supaya membentuk hidup suci dan
menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan dan memberi faedah kepada sesama
manusia. maka etika itu adalah mendorong kehendak agar berbuat baik, akan
tetapi ia tidak selalu berhasil kalau tidak ditaati oleh kesucian manusia.[20]
3. RUANG LINGKUP
PENDIDIKAN AKHLAK
Muhammad Daud
Ali menyatakan bahwa dalam garis besarnya akhlak terbagi dalam dua bagian, pertama
adalah akhlak terhadap Allah/Khaliq (pencipta) dan kedua adalah akhlak
terhadap makhluknya (semua ciptaan Allah).[21] Dan ruang
lingkup pendidikan akhlak, di antaranya adalah :
a. Akhlak Terhadap
Allah SWT
Akhlak kepada
Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap/perbuatan yang seharusnya dilakukan
oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan yang Khaliq.
Sekurang-kurangnya
ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah :
1) Karena Allah
yang telah menciptakan manusia dan menciptakan manusia di air yang ditumpahkan
keluar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk. (Q.S. al-Thariq : 5-7).
Dalam ayat lain, Allah menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah yang
kemudian diproses menjadi benih yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim)
setelah ia menjadi segumpal darah, daging, dijadikan tulang dan dibalut dengan
daging, dan selanjutnya diberikan ruh. (Q.S. Al-Mu’minun : 12-13)
2) Karena Allah
lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran,
penglihatan, akal, pikiran dan hati sanubari. Di samping anggota badan yang
kokoh dan sempurna pada manusia.
3) Karena Allah
lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang dan ternak dan lain sebagainya. (Q.S.al
Jatsiah : 12-13)
4) Allah lah yang
telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan untuk menguasai daratan
dan lautan. (Q.S. al-Isra’ : 70)[22]
Dalam berakhlak
kepada Allah SWT., manusia mempunyai banyak cara, di antaranya dengan taat dan
tawadduk kepada Allah, karena Allah SWT menciptakan manusia untuk berakhlak
kepada-Nya dengan cara menyembah kepada-Nya, sebagaimana fiman Allah SWT dalam
Q.S. 51/Adz-Dzariyat : 56 :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلاِنْسَ اِلاَّ
لِيَعْبُدُوْنِ.
Dan Aku (Allah)
tidak menciptakan jin dan manusia,melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.
(Q.S. adz-Dzariyat : 56)[23]
Ada dua dimensi
dalam berakhlak kepada Allah SWT :
1. Akhlak kepada
Allah karena bentuk ketaatan (kewajiban kepada Allah)
Perintah untuk
taat kepada Allah ditegaskan dalam firman-Nya yaitu dalam Q.S. 4/An-Nisaa : 59
:
يا اَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا اَطِيْعُوْ
اللهَ وَاَطِيْعُوْ الرَّسُوْلَ وَاُولىِ اْلاَمْرِ مِنْكُمْ ج فَاِنْ
تَنزَعْتُمْ فىِ شَئٍ فَرُدُّوْهُ اِلىَ اللهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْ
مِنُوْنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلاخِرِ ط ذلِكَ خَيْرٌ وَاَحْسَنُ
تَأْوِيْلاً.
Hai orang-orang
yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri di antara
kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu
dan lebih baik akibatnya.(Q.S. An-Nisaa : 59)[24]
Akhlak kepada
Allah adalah taat dan cinta kepada-Nya, mentaati Allah berarti melaksanakan
segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya,di antaranya melaksanakan shalat
wajib lima waktu.
2. Akhlak kepada
Allah karena bentuk tawadduk kepada Allah (keikhlasan dalam melaksanakan
perintah-Nya). Tawadduk adalah sikap merendahkan diri terhadap
ketentuan-ketentuan Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S.
23/Al-Mukminun : 1-7 :
قَدْ
اَفْلَحَ
الْمُؤْمِنُوْنَ. اَلَّذِيْنَ فِىْ صَلاَتِهِمْ خشِعُوْنَ. وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنِ الَّلغْوِمُعْرِضُوْنَ.
وَالَّذِيْنَ هُمْ لِلزَّكوةِ فعِلُوْنَ. وَالَّذِيْنَ هُمْ لِفُرُجِهِمْ
حفِظُوْنَ. اِلاَّعَلىاَزْوجِهِمْ اَوْمَامَلَكَتْ اَيْمنُهُمْ فَاِنَّهُمْ
غَيْرُمَلُوْمِيْنَ.
Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam
sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau
budak yang mereka miliki. Maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
(Q.S. al-Mukminun : 1-7)[25]
Untuk
menumbuhkan sikap tawadduk, manusia harus menyadari asal kejadiannya, menyadari
bahwa hidup di dunia ini terbatas, memahami ajaran Islam, menghindari sikap
sombong, menjadi orang yang pemaaf, ikhlas, bersyukur, sabar dan sebagainya.
b. Akhlak Terhadap
Sesama Manusia
Akhlak terhadap
sesama manusia,antara lain meliputi akhlak terhadap Rasul, orang tua (ayah dan
ibu), guru, tetangga dan masyarakat.
1) Akhlak terhadap Rasulullah
Akhlak karimah
kepada Rasulullah adalah taat dan cinta kepadanya, mentaati Rasulullah berarti
melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Ini semua telah
dituangkan dalam hadits (sunnah) beliau yang berwujud ucapan, perbuatan dan
penetapannya. Dan sebagaimana firman Allah SWT dalamQ.S. 4/An-Nisaa : 80 :
مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ اَطَاعَ اللهَ
وَمَنْ تَوَ لىّ فَمَا اَرْسَلْنكَ عَلَيْهِمْ حَفِيْظًا.
Barangsiapa yang menaati Rasul, sesungguhnya ia
telah menaati Allah, dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan), maka kami
tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. (Q.S.an-Nisaa : 80)[26]
2) Akhlak terhadap
orang tua (ayah dan ibu)
Wajib bagi umat
Islam untuk menghormati kedua orang tuanya, yaitu dengan berbakti, mentaati
perintahnya dan berbuat baik kepada keluarganya, di antaranya :
a) Berbicara
dengan perkataan yang baik. Firman Allah SWT dalam Q.S. 17/Al-Isra : 23 :
وَقَض رَبُّكَ اَلاَّتَعْبُدُوْا اِلاّ اِيَّاهُ
وَبِالْولِدَيْنِ اِحْسنًاط اِمَّايَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ
الْكِبَرَاَحَدُهُمَا
اَوْكِلاَهُمَا فَلاَتَقُلْ
لَّهُمَا اُفٍّ وَّلاَ تَنْهَرْ هُمَاوَقُلْ لَّهُمَا قَوْلاًكَرِيْمًا.
Dan Tuhanmu
telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya berumur lanjut dalam pemeliharanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada kaduanya perkataan “ah” dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataanm yang
mulia. (Q.S. al-Isra’ : 23)[27]
b) Membantu orang
tua (ayah dan ibu)
3) Akhlak terhadap
guru
Akhlakul
karimah kepada guru di antaranya dengan menghormatinya, berlaku sopan di
hadapannya, mematuhi perintah-perintahnya, baik itu di hadapannya ataupun di
belakangnya, karena guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi
seorang murid, yaitu yang memberi santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak
dan membenarkannya.
Penyair Syauki
telah mengakui pula nilainya seorang guru dengan kata-katanya sebagai berikut :
Berdiri dan
hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan
seorang Rasul.
4) Akhlak terhadap
tetangga dan masyarakat
Pentingnya
akhlak tidak terbatas pada perorangan saja, tetapi penting untuk bertetangga,
masyarakat, umat dan kemanusiaan seluruhnya. Di antaranya akhlak terhadap
tetangga dan masyarakat adalah saling tolong menolong, saling menghormati,
persaudaraan, pemurah, penyantun, menepati janji, berkata sopan dan berlaku
adil. Allah SWT berfiman dalam al-Qur’an Q.S. 5/Al-Maaidah : 2 :
وَتَعَاوَنُوْاعَلَىالْبِرِّ وَالتَّقْوَىصوَلاَتَعَاوَنُوْا
عَلَى اْلاِثْمِ وَالْعُدْوانِص وَاتَّقُوا اللهَ ط اِنَّ
اللهَ شَدِيْدُالْعِقَابِ.
Dan tolonglah
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan janganlah tolong
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada
Allah,sesungguhnya Allah amat berat siksanya. (Q.S. Al-Maaidah : 2)[29]
c. Akhlak Terhadap
Lingkungan
Yang dimaksud
dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia,
baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tidak bernyawa. Pada
dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari
fungsi manusia sebagai khalifah.
Binatang,
tumbuhan, dan benda-benda tidak bernyawa semuanya diciptakan oleh SWT., dan menjadi
milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini
mengantarkan sang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan
yang seharusnya diperlakukan secara wajar dan baik, seperti firman Allah SWT
dalam Q.S. 6/Al-An’aam : 38 :
وَمَامِنْ دَآ بَّةٍ فىِ اْلاَرْضِ ولاَ طَئِرٍ
يَّطِيْرُ بِجَنَا حَيْهِ اِلاَّ اُمَمٌ اَمْثَالُكُمْ ط مَافَرَطْنَا
فىِ الْكِتبِ مِن شَيْئٍ ثُمَّ اِلى رَبِّهِمْ يُحْشَرُوْنَ.
Dan tiadalah
binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua
sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah kami alpakan
sesuatupun di dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.(Q.S.
Al-An’aam : 38)[30]
4. METODE
PENDIDIKAN AKHLAK
Dalam buku Daur
al-Bait fi Tarbiyah ath-Thifl al-Muslim, karangan Khatib Ahmad Santhut yang
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, membagi metode pendidikan
moral/akhlak ke dalam 5 bagian, di antaranya adalah :[31]
a. Keteladanan
Metode ini
merupakan metode terbaik dalam pendidikan akhlak. Keteladanan selalu menuntut
sikap yang konsisten serta kontinyu, baik dalam perbuatan maupun budi pekerti
yang luhur.
b. Dengan memberikan tuntunan
Yang dimaksud
di sini adalah dengan memberikan hukuman atas perbuatan anak atau perbuatan
orang lain yang berlangsung di hadapannya, baik itu perbuatan terpuji atau
tidak terpuji menurut pandangan al-Qur’an dan Sunnah.
c. Dengan kisah-kisah sejarah
Islam
memperhatikan kecenderungan alami manusia untuk mendengarkan kisah-kisah
sejarah. Di antaranya adalah kisah-kisah para Nabi, kisah orang yang durhaka
terhadap risalah kenabian serta balasan yang ditimpakan kepada mereka.
al-Qur’an telah menggunakan kisah untuk segala aspek pendidikan termasuk juga
pendidikan akhlak.
d. Memberikan dorongan dan menanamkan rasa takut
(pada Allah)
Tuntunan yang
disertai motivasi dan menakut-nakuti yang disandarkan pada keteladanan yang
baik mendorong anak untuk menyerap perbuatan-perbuatan terpuji, bahkan akan
menjadi perwatakannya.
e. Memupuk hati nurani
Pendidikan
akhlak tidak dapat mencapai sasarannya tanpa disertai pemupukan hati nurani
yang merupakan kekuatan dari dalam manusia, yang dapat menilai baik buruk suatu
perbuatan. Bila hati nurani merasakan senang terhadap perbuatan tersebut, dia
akan merespon dengan baik, bila hati nurani merasakan sakit dan menyesal
terhadap suatu perbuatan, ia pun akan merespon dengan buruk.
Menurut Ahmad
D. Marimba, ada 3 metode dalam pendidikan akhlak, yaitu :[32]
a. Dengan pembiasaan
Tujuannya
adalah agar cara-cara yang dilakukan dengan tepat, terutama membentuk aspek
kejasmanian dari kepribadian atau memberi kecakapan berbuat dan mengucapkan
sesuatu.
b. Dengan pembentukan pengertian, minat dan sikap
Dengan
diberikan pengetahuan dan pengertian
c. Pembentukan kerohanian yang luhur
5. MATERI
PENDIDIKAN AKHLAK
Mengenai materi
akhlak dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, di antaranya yaitu :
a. Akhlak Mahmudah
Menurut
Al-Ghazali, berakhlak mulia dan terpuji artinya “menghilangkan semua adat
kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam agama Islam serta menjauhkan
diri dari perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan adat kebiasaan yang
baik, melakukannya dan mencintainya.[33]
Akhlak yang
terpuji dibagi menjadi dua bagian, yaitu :[34]
1) Taat Lahir
Taat lahir
berarti melakukan seluruh amal ibadah yang diwajibkan Tuhan, termasuk berbuat
baik kepada sesama manusia dan lingkungan dan dikerjakan oleh anggota lahir.
Beberapa perbuatan yang dikategorikan taat lahir adalah :
a) Tobat
Menurut para
sufi adalah fase awal perjalanan menuju Allah (taqarrub ila Allah).
Tobat dikategorikan taat lahir dilihat dari sikap dan tingkah laku seseorang.
Namun, sifat penyesalannya merupakan taat batin.
b) Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar
Yaitu perbuatan
yang dilakukan kepda manusia untuk menjalankan kebaikan dan meninggalkan
kemaksiatan.
c) Syukur
Yaitu berterima
kasih pada nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia dan seluruh
makhluk-Nya.
2) Taat Batin
Taat batin
adalah segala sifat yangbaik, yang terpuji yang dilakukan oleh anggota batin
(hati). Beberapa perbuatan yang dikategorikan taat batin adalah :
a) Tawakal
Yaitu berserah
diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi, menanti atau menunggu hasil
pekerjaan.
b) Sabar
Dibagi menjadi
beberapa bagian, yaitu sabar dalam beribadah, sabar ketika dilanda malapetaka,
sabar terhadap kehidupan dunia, sabar terhadap maksiat, sabar dalam perjuangan.
c) Qanaah
Yaitu merasa
cukup dan rela dengan pemberian yang dianugerahkan oleh Allah.
b. Akhlak madzmumah
Menurut Imam
Al-Ghazali, akhlak madzmumah atau akhlak tercela ini dikenal dengan sifat-sifat
muhlikat, yakni segala tingkah laku manusia yang dapat membawanya kepada
kebinasaan dan kehancuran diri, yang bertentangan dengan fitrahnya untuk selalu
mengarah kepada kebaikan.
Pada dasarnya,
sifat dan perbiatan yang tercela dibagi menjadi dua bagian, yaitu :[35]
1) Maksiat Lahir
Yaitu
pelanggaran oleh orang yang berakal baligh (mukallaf), karena melakukan
perbuatan yang dilarang dan meninggalkan pekerjaan yang diwajibkan oleh syariat
Islam. Maksiat lahir dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
a) Maksiat mata
Seperti melihat
aurat wanita yang bukan muhrimnya, melihat aurat laki-laki yang muhrimnya,
melihat orang lain dengan gaya menghina dan melihat kemungkaran tanpa beramar
ma’ruf nahi mungkar.
b) Maksiat telinga
Seperti
mendengarkan pembicaraan orang lain, mendengarkan orang yang sedang mengumpat,
mendengarkan orang yang sedang namimah, mendengarkan nyanyian-nyanyian atau
bunyi-bunyian yang dapat melalaikan ibadah kepada Allah SWT, mendengarkan
umpatan, caci maki, perkataan kotor dan ucapan-ucapan yang jahat.
c) Maksiat lisan
Seperti
berkata-kata yang tidak bermanfaat, berlebih-lebihan dalam percakapan,
berbicara hal yang batil, berkata kotor, mencaci maki atau mengucapkan kata
laknat, baik kepada manusia, binatang, maupun kepada benda-benda lainnya,
menghina, menertawakan, atau merendahkan orang lain, berkata dusta, dan lain
sebagainya.
d) Maksiat perut
Seperti
memasukkan makanan yang haram dan syubhat, kekenyangan, makan dari harta milik
orang lain yang belum jelas (yang diambil dari harta wakaf tanpa ada ketentuan
untuk itu dari orang yang memberikan wakaf)
e) Maksiat farji (kemaluan)
Seperti tidak
menjaga auratnya (kehormatan) dengan melakukan perbuatan yang haram, dan tidak
menjaga kemaluannya.
f) Maksiat tangan
Seperti menggunakan
tangan untuk mencuri, merampok, mencopet, merampas, mengurangi timbangan,
memukul sesama kaum muslim dan menulis sesuatu yang diharamkan membacanya.
g) Maksiat kaki
Seperti jugalah
kaki jangan sampai ke tempat-tempat yang haraf. Hendaklah dijaga dan dipelihara
dari segala macam langkah yang salah dan janganlah dipakai untuk berjalan
menuju ke tempat raja yang dzalim itu tanpa alasan yang sah akan mendorong
terjadinya kemaksiatan yang besar.[36]
2) Maksiat batin
Beberapa contoh
penyakit batin (akhlak tercela) adalah :[37]
a) Marah (ghadab)
Dapat dikatakan
seperti nyala api yang terpendam di dalam hati, sebagai salah satu hasil godaan
setan pada manusia.
b) Dongkol (hiqd)
Perasaan
jengkel yang ada di dalam hati, atau buah dari kemasahan yang tidak
tersalurkan.
c) Dengki (hasad)
Penyakit hati
yang ditimbulkan kebencian, iri, dan ambisi.
d) Sombong (takabur)
Perasaan yang
terdapat di dalam hati seseorang, bahwa dirinya hebat dan mempunyai kelebihan.
B. KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA
Di dalam Al-Qur’an telah ada dasar-dasar pendidikan akhlak anak yang jelas
mengenai pendidikan akhlak pada anak-anak yang terdapat di dalam surat Luqman :
1. Akhlak kepada Allah SWT terdapat Q..S. 31/Luqman : 13 :
وَاِذْقَالَ لُقْمنَ لاِبْنِه وَهُوَبَعِظُه يبُنَيَّ
لاَتُشْرِكْ بِاللهِ ط إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ.
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar. (Q.S. Luqman
: 13)[38]
Berdasarkan ayat tersebut di atas mengisyaratkan bagaimana seharusnya para
orang tua mendidik anaknya untuk mengesakan penciptanya dan memegang prinsip
tauhid dengan tidak menyekutukan Tuhannya, kemudian anak-anak hendaklah
diajarkan untuk mengerjakan shalat, sehingga terbentuk manusia yang senantiasa
mengingat dan kontak dengan penciptanya, seperti disebutkan dalam Q.S.
31/Luqman : 17 :
يبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ
وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلى مَا اَصَابَكَ ط اِنَّ ذلِكَ
مِنْ عَزْمِ اْلاُمُوْرِ.
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik
dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah). (Q.S. Luqman : 17)[39]
2. Akhlak Kepada Orang Tua
Dalam Q.S. 31/Luqman : 14
وَوَ صَّيْنَا اْلاِنْسنَ بِولِدَيْهِ. حَمَلَتْهُ
اُمُّه وَهْنًا عَلى وَهْنٍ وَّفِصلُهُ فِى عَا مَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لىِ
وَلِولِدَيْكَ ط اِلَىَّ الْمَصِيْرُ.
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu
bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah
dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang
ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman : 14)[40]
Berdasarkan ayat di atas menjelaskan
bahwasannya Islam mendidik anak-anak selalu berbuat baik terhadap orang tua
sebagai rasa berterima kasih atas perhatian, kasih sayang dan semua yang telah
mereka lakukan untuk anaknya. Bahkan perintah untuk bersyukur kepada Allah.
3. Akhlak Kepada Diri Sendiri
Dalam Q.S. 31/Luqman : 19
:
وَاقْصِدْ فىِْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْ تِكَط
اِنَّ اَنْكَرَ اْلاَ صْوتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ.
Dan sederhanakanlah
kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.
(Q.S. Luqman : 14)[41]
Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwasannya dilarang berjalan
dengan congkak dan Allah SWT memerintahkan untuk sederhana dalam berjalan,
dengan tidak menghempaskan tenaga dalam bergaya, tidak melenggak lenggok, tidak
memanjangkan leher karena angkuh, akan tetapi berjalan dengan sederhana,
langkah sopan dan tegap, memelankan suara adalah budi yang luhur. Percaya diri
dan tenang karena berbicara jujur. Suara lantang dalam berbicara adalah
termasuk perangai yang buruk.
4. Akhlak Kepada Orang Lain
Dalam Q.S. 31/Luqman : 18 :
وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ الِنَّاِس وَلاَ تَمْشِ فِى
اْلاَرْضِ مَرَحًاط اِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلُّ مُخْتَالٍ فَحُوْرٍ.
Dan jangnalah kamu
memalingkan mukamu
dan manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. (Q.S. Luqman : 18)[42]
Kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat, anak-anak haruslah dididik untuk
tidak bersikap acuh terhadap sesama, sombong atas mereka dan berjalan di muka
dan menghargai orang lain, karena bersikap acuh tak acuh tidak disukai oleh
Allah dan dibenci manusia.
Demikianlah, Allah memberikan contoh kongkrit dalam mendidik akhlak
anak-anak, di mana jika setiap orang tua dapat melaksanakan dengan baik dan
benar, maka anak-anak mereka akan tumbuh menjadi manusia yang berakhlak mulia
dan luhur.
Dalam pendidikan akhlak bagi anak ini, terbagi dalam beberapa periode,
diantaranya :
Pendidikan anak prenatal merupakan hal yang sangat urgen diketahui,
dipahami dan diamalkan oleh setiap orang tua. Dalil Islami tentang hukum wajib
atas orang tua untuk mendidik anak dalam kandungan adalah dalil yang sama
dengan hukum wajib mendidik anak secara umum karena anak dalam kandungan adalah
anak mereka yang belum lahir.
Anak adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang hadir di tengah keluarga atas
dasar fitrah. Mereka menjadi sumber kebahagiaan keluarga yang harus dijaga dan
dipertahankan kesuciannya oleh kadua orang tuanya dan seluruh anggota keluarga
lainnya, guna kelestarian pertumbuhan kepribadian mereka secara totalitas.
Berkenaan dengan kewajiban memelihara dan mendidik tersebut terdapat dalam Q.S.
66/At-Tahrim ayat 6 :
يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا قُوْا اَنْفُسَكُمْ
وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُوْهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا
مَلئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَّ يَعْصُوْنَ اللهَ مَا اَمَرَ هُمْ وَيَفْعَلُوْنَ
ماَ يُؤْ مَرُوْنَ.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan. (Q.S. AT-Tahrim : 6)[43]
Berdasarkan ayat
tersebut,Allah SWT memerintahkan kepada segenap manusia yang beriman, agar
memelihara dirinya dan keluarganya dengan penuh tanggung jawab agar terhindar
dari bahaya dunia dan akhirat. Terutama pada anak-anak yang membutuhkan orang tua
dalam pendidikan dan masa depannya kelak.
Pendidikan anak dalam
kandungan menurut Islam adalah usaha sadar dari pihak orang tua (Ayah dan ibu)
untukmendidik anak mereka yang masih dalam perut ibunya dengan cara mengikuti
petunjuk Islam mengenai pendidikan, khususnya pendidikan anak dalam kandungan.[44]
Pendidikan anak secara
aktif menurut ajaran paedagogis Islami harus dimulai sejak masa diketahui bahwa
anak tersebut sudah ada di dalam kandungan istri (prenatal). Dengan kata lain,
pendidikan anak secara aktif sudah harus dimulai sejak masa ia di dalam
kandungan dengan cara atau teknik pendidikan yang Islami.
Al-Qur’an telah
menjelaskan bahwa roh (nyawa) yang ditiupkan malaikat berdasarkan izin dan
perintah Allah yang lantas memberi hidup kepada anak di dalam kandungan, sudah
memiliki daya kognitif tinggi. Hal ini dijelaskan Allah seperti terlihat dalam
Q.S. 7/Al-A’raaf ayat 172 :
وَاِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِيْى ادَمَ مِنْ
ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَ هُمْ عَلى اَنْفُسِهِمْ ج
أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ط قَالُوْا بَلَى ج شَهِدْنَا ج
أَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هذَا غَافِلِيْنَ.
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap nyawa (ruh) mereka (seraya berfirman)
: “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka menjawab : “Betul, (Engkau Tuhan kami),
kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan : “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). (Q.S. Al-A’raaf : 172) [45]
Dari ayat di atas dapat
dipahami bahwasannya ruh (nyawa) itulah tentu saja bersama jasmani yang
ditempatinya yang sesungguhnya memberi respon kepada setiap stimulus tersebut.
Roh tersebut meskipun sudah terdimensi tetap bersikap responsif, sebab manusia
tanpa roh adalah bangkai yang tidak berdaya, tidak berakal fikir. Dengan
demikian jelas bahwa anak di dalam kandungan sudah bisa dididik.
Menurut OK Moehad Sjah bahwa
untuk melakukan pendidikan
anak prenatal dimulai
sejak menentukan calon pasangan
bagi yang akan melaksanakan pernikahan sesuai dengan tugas dan kewajiban orang tua dalam
tanggung jawabnya maka saat melakukan khitbah atau peminangan menurut
adat resam suku Melayu Sumatera Timur
maka utusan dari keluarga laki – laki yang melamar akan
menyampaikan ungkapan kata kepada
keluarga pihak perempuan yang akan dilamar
sebagai berikut : [46]
A. “TEGUR SAPA
Penyambutan Keluarga Wanita
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahil lazi
Akhraja bihikmatihi jami’il
maujudat
Shallallahu
wasallama ala nabiyyihi Muhammadin
Abdihi Warasulihi sayyidus sa’adah
Amma
Ba’du
Tuan
dan puan serta bapak dan ibu yang kami hormati
Para
‘alim ‘ulama’ serta guru – guru yang
kami hormati
Sanak
saudara yang kami kasihi
Seluruh
hadirin wal hadirat yang kami muliakan
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi wabarakatuh
Hari ini
adalah suatu hari yang sangat
berkesan dan menggembirakan hati kami seisi rumah, karena kedatangan tamu – tamu budiman. Ini adalah
suatu penghormatan besar bagi kami. Hanya saja penyambutan serta
perlengkapan kami yang kurang sempurna, menurut adat kebiasaan lama orang – orang tua terdahulu,
Maka tidaklah salah kami katakan bahwa yang tuan dan puan datangi ini tak lebih dari pondok buruk yang serba kurang, oleh sebab
itu terlebih dahulu kami menyusun
sepuluh jari memohon maaf yang sebesar – besarnya atas segala kekurangan itu,
dan yang dapat kami sambutkan ialah puji dan sukur kehadirat Ilahi serta selamat datang kehadapan tamu kami
yang kami muliakan.
Kemudian
daripada itu ;
Beras
kuning bertih kami taburkan
Menyambut
tamu yang datang dari jauh
Sirih
menanti kami sembahkan
Sembah
mengiring jari sepuluh
Tamu
disambut dihalaman muka
Sambil
diucapkan selamat datang
Tamu
beriring bermanis muka
Tuan
– tuan datang kami mahangga
Disembahkan
sekapur sirih sekacip pinang
Sebagai
pengiring tegur sapa
Dengan
bersahaja kami perbuat
Menurut
biasa sepanjang adat
Dengan
tujuan mempererat
Silatur
rahmi sesama kita
Atas
pertemuan kita dipondok dan teratak buruk
kami yang serba kurang ini
Dilihat tepak terbilang baik
Gagang
dipepat sirih pilihan
Sama
datang sama menanti
Datang
tuan – tuan berhajat baik
Berbilang
tepak dibawa iringan
Sirih
datang sirih menanti
Datang tuan – tuan membawa tuah
Terasa
hubungan bertambah erat
Kami
ucapkan Alhamdulillah
Datang
tuan – tuan dengan susah payah
Karena
dorongan kandungan hajat
Selalah tuan membuka madah
Sekian
dahulu mukaddimah sekapur sirih sekacip
pinang
Kadar yang dapat kami perbuat
Sebagai
tegur sapa kehadapan tuan – tuan yang terhormat.
B. KATA
PENDAHULUAN (Mukaddimah )
( Keluarga Pria )
Assalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil
‘alamin
Wassalatu
Wassalamu ala asrafil mursalin
Sayyidina
Muhammadin
Wa ala
alihi wasahbihi Ajmain
Amma Ba’du
Terlebih
dahulu kami ucapkan syukur alhamdulillah Maha Besar Allah yang telah memberikan limpahan karunia rezeki
nikmat kesehatan dan kesempatan pada kita bersama sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul dan bertemu dalam
keadaann sehat wal ‘afiat tak kurang
suatu apa.
Shalawat
dan salam kita sampaikan keharibaan
junjungan kita nabi besar Muhammad saw,
pembuka tabir kegelapan alam, pemandu
umat kejalan kebenaran serta syafaatnya
jualah kita harapkan dihari kemudian.
Selanjutnya
ribuan terima kasih kami kehadapan tuan dan puan, Bapak/Ibu
sekalian pihak ahli rumah besar lagi
bertuah ini, yang telah sudi menerima kedatangan kami dengan penuh
penghormatan, menerima kami dengan muka manis hati yang lapang, dengan kedua
tangan terbuka dengan tata krama yang indah dan sempurna dan tutur kata yang
indah mempesona.
Tidaklah
salah kami katakan, bahwa yang kami
datangi ini adalah rumah besar lagi
bertuah, penghuninya orang mulia, jauhari serta budiman, beradat dengan tutur
kata yang indah menawan.
Kami
yang datang ini berasal dari Medan adalah
utusan dari keluarga Tuan _____________ingin menyampaikan tepak
bersisi sekapur sirih sekacip pinang
yang khusus kami persiapkan dari kampung halaman.
Kami
telah disambut dengan upacara adat melayu yang indah dan mulia, maka akan kami coba menyesuaikan
diri dengan menyampaikan hajat hati dan kata – kata secara adat melayu yang telah kami pelajari
dengan seksama. Tentu akan terdapat
kejanggalan dan kekurangannya, untuk itu terlebih dahulu kami ucapkan
mohon maaf yang sebesar – besarnya, dan kami harapkan tidaklah akan terlanggar
pantang dan basa serta petunjuk
jualah yang kami harapkan dari Tuan –
Tuan yang kami muliakan.
Tuan – Tuan Ahli
Rumah besar lagi bertuah yang kami
hormati
Tidaklah malu
kami bertanya
Agar terhindar langgar basa
Ahli
rumah duduk berbilang
Agar
kami tidak terlanggar pantang
Kerumah besar
lagi bertuah ini langkah kami tujukan
Disambut ahli rumah dengan mahangga
Tiba dihalaman kami telah pula dipersilakan
Rasa kandungan
hati yang hendak disampaikan
Dengan menyusun
sepuluh jari kami mohon bertanya
Kehadapan
jauhari mana sembah dan tepak dihadapkan
Sekedar sekianlah dahulu permohonan kami untuk
dimaklumi.
C. Jawaban Kata Pendahuluan dari Keluarga
Wanita
Tuan
– tuan tetamu kami yang kami hormati
Sungguh jauhari tuan bertanya
Tanda
bijaksana memegang adat
Tanda
kampung berpenghulu
Tanda
menjaga marwah diri
Oleh sebab itu,
Berbilang
puluh pihak menanti
Menyambut
tamu – tamu yang akan datang
Para
budiman berkumpul tiba
Hambalah
disuruh pihak menanti
Penginting
kain basahan tamu – tamu yang datang
Semoga
beban terpikul hamba
Maka
dengan hormat hamba perselakan
Agar
kita beramah tamah
Semoga
gayung bersambut kata berbalas
Dan
Tanya berjawab berjalan dengan baik.
Sekianlah dahulu sebagai jawaban dari pihak kami
D. Tepak Pembuka Kata ( Keluarga Pria )
Pihak Ahli rumah
besar lagi bertuah yang kami hormati
Bertih berserak
dihalaman
Meyambut
kami datang dari jauh
Berebut tegur
dengan sapa
Tepak dipersembahkan
kehadapan tuan
Sembah mengiring
jari sepuluh
Inilah tepak
pembuka kata
Bertih bertabur
memutih ditanah
Beras kuning
sama diserak
Sirih menanti
telah kami kunyah
Terasa manis
bercampur lemak
Bertih bertabur
diserakkan
Sambutan mesra
pihak menanti
Sirih sekapur
sudah dimakan
Menjadi penawar
penyejuk hati
Sambutan mesra
pihak menanti
Menyejukkan dan
membesarkan rasa dihati kami
Menjadi penawar
penyejuk hati
Rasa
mempererat silatu rahmi
Menjadi penawar
penyejuk hati
Didalam hati
tersimpul erat
Rasa
persaudaraan berkesan dihati
Dari dunia
sampai akhirat
Pihak Ahli Rumah
besar lagi bertuah yang kami hormati
Adapun hajat
kedatangan kami ini
Adalah sebagai
kelanjutan dari sebab yang menyebabkan
Desiran angin
membelah sunyi
Taukpun sudah
bersaut
Gamitpun sudah
berbalas
Risik halus
sudah bersambut
Tetapi ibarat
desiran angin ditengah malam
Ibarat setitik
embun terasa ada terlihat belum
Kami jadikan
setawar sedingin segenap keluarga
Jika izin
jauhari bertuah
Risik tepi
hendak ketengah
Ahli rumah besar
lagi bertuah yang kami muliakan
Sudah lama kami
mendengar nama baik tuan
Kehulu sampai
kegunung
Kehilir sampai
ke muara
Memegang adat serta syar’a
Arif lagi
bijaksana
Tahu dikias faham diumpama
Tahu disilang sengkata yang berpangkal
Tahu di onak
yang meranggit
Jauhari
dipermata mutu manikam intan baiduri
Adat teluk
timbunan kapar
Adat tua tahan
ragam
Maka pada
tempatnya ahli rumah kami jadikan
Tempat berkabar
bila hendak pergi
Tempat bercerita
setelah pulang
Tempat berteduh
dihujan lebat
Tempat bernaung
di panas terik
Dan tempat
menggantungkan harapan
Harapan
seberat bumi dan langit
Kami kami
sembahkan dengan ta’zim kehadapan Tuan
Bahwa
besarlah sudah anak didik Tuan
_________________
Sudah berumur
setahun jagung
Sudah berdarah
setampuk pinang
Laki – laki
remaja lajang
Kedua ibu bapa
masih berhutang
Sebahagian
hutang baru terbayar yaitu
Lahir kedunia
dikerat pusat
Diazankan dan diqamatkan
Kemudian diayun
diberi nama
Kemudian
dikhitankan
Diajar mengaji
khatam al qur’an
Serta diajar
sopan santun
Tinggal satu
hutang lagi belum terbayar
Yaitu hukum ‘adi
hukum negeri
Serta amar nabi
yang berbunyi
النكاخ سنتى
فمن لم يعمل بالسنتى فليس منى ( الحديث)
Annikahu Sunnati
Famanlam ya’mal bisunnati Falaisa minni
Dan sekarang
telah tibalah waktunya
Dia disuruh
pulang kerumahnya sendiri
Sekianlah dahulu
sembah kami untuk dimaklumi
E. Tepak Pembuka
Kata
Jawaban Keluarga Wanita
Tuan
– tuan temu kami yang kami hormati
Kata pembukaan tuan telah kami dengar dan
perhatikan
Buah
tutur budiman sangatlah indah
Seperti
mendengar dendang senandung
Senandung
irama Melayu lama
Menyuak
kelana hina hingga terlena
Di
dalam buaian diawang tinggi
Irama
Melayu senandung puji
Kelana
dimandikan dengan segeluk air
Terasa
gamang diawang tinggi
Akan
jatuh terhempas luluh
Kedalam
lembah cibir tak sudah
Semoga
kami dilindungi Ilahi
Senantiasa
dapat menahan diri
Kata
pepatah Melayu lama
Sedangkan air
dalam kapar tak hanyut
Kunun pula
kemarau panjang
Dengan
teratur budiman uraikan
Kalimat
bersusun seindah sajak
Didalam
senandung irama Melayu
Sirih
budiman sudah kami makan
Sirih
manis pinangnya lemak
Tawar
gembung kami tak tau
Menurut
resak puak Melayu
Bila
dimakan sirih bawaan
Tawar gembung
hendaklah tahu
Kilat
kata baru nyatanya
Kilat
beliung kemata kaki
Selalah
Tuan langsung bertanya
Hajat
mana kandungan hati
Sekian
dahulu kata dari kami.
F. Tepak Merisik
(
Keluarga Pria }
Pihak Ahli rumah
besar lagi bertuah yang kami hormati
Sesungguhnya
tuan orang baik
Menyambut tamu
menantikan tepak
Sungguh terpuji
perbuatan itu
Sesungguhnya
tuan orang cerdik
Sudahpun tahu
berpura tidak
Hendak menguji
emas ke batu
Zaman beralih
tahun beredar
Dari dahulu
sampai sekarang
Yang mulia juga
maka mulia
Yang besar juga
maka terpandang
Yang ternama
juga maka mashur
Jika tutur kami
di pandang salah
Bukanlah tempua
bersarang rendah
Karena resam
puak melayu
Bila meminta
tangan dibawah
Memuliakan sepihak
diri merendah
Kemudian
daripada itu
Kami ucapkan
terima kasih atas kemurahan hati tuan
Yang telah
mengizinkan kami supaya langsung menyatakan kandungan hajat
Pucuk dicinta
ulampun tiba, Al hamdulillah
Jika lajang
remaja diumpamakan seekor kumbang
Telah terbang
melintas melalui taman
Terpandang ia
pada jambangan
Berisikan melati
sedang mengembang
Indah
letaknya ditengah ruang
Pulanglah
kumbang kepada ibu bapanya
Menyampaikan
hasrat kepada saudara bunda
Menyatakan
melati indah ditengah taman
Suci bersih bak
intan terpilih
Menjadi setawar
sedingin segenap keluarga
Menjadi penghias
rumah tangga
Rumah besar lagi
bertuah ini
Yaitu yang ke _______ dalam jambangan
Segenap keluarga
lalu berkumpul
Risik tepi tiba
dibendul
Pucuk rumbai
telah tersimpul
Risik halus menjadi timbul
Segenap keluarga
bulat mufakat
Memikulkan beban
kepada kami
Mohon bertanya
secara adat
Dengan menyusun
sepuluh jari
Pilihan terletak
disebuah taman
Nampak indah
bentuk rupanya
Hati didalam
jadi terpaut
Tepak
dipersembahkan kehadapan tuan
Tepak merisik
sirih bertanya
Lanjutan kata
menuju maksud
Agar kami
mendapat pedoman
Mohon bertanya
kepada jauhari
Sebagai pemilik
taman larangan
Agar kami tak
sesat dijalan
Hendak terang
bak suluh mentari
Adakah bunga
melati dalam jambangan ?
Sekianlah
dahulu pertanyaan kami mohon dimaklumi.
G.
Tepak
Merisik
Jawaban / Bertanya
Keluarga Wanita
Para
utusan yang kami hormati
Sebelum
pertanyaan utusan berjawab
Izinkanlah
kami bertanya sedikit
Yaitu
………….
Ditimbang
– timbang terasa ragu
Rasa
bimbang karena tak tahu
Baiknya
kami mohon bertanya
Jenis
kumbang lebih dari satu
Yang
pertama disebut kumbang kayu
Tabiatnya
suka menyeri bunga
Ditimbang
– timbang terasa ragu
Dua
pihak hajat akan dipadu
Sesama kita bermanis muka
Jenis
kumbang lebih dari satu
Yang
kedua disebut kumbang kidu
Tabiatnya
suka merusak pohon kelapa
Bimbang
terasa tidak dipendam
Membuat
yang baik sama dihajat
Semoga
sempurna pekerjaan kita
Yang
ketiga disebut kumbang malam
Masuk
ke Masjid mengacau orang beribadah
Masuk kerumah memadamkan pelita
Kalau
boleh pengisi bejana
Air
yang jernih disauk
Air
yang keruh dibuang
Kalau
boleh kami bertanya
Sudikah
tuan member petunjuk
Agar
kami tidak bimbang
Sedekar
sekianlah pertanyaan kami .
H. Tepak
Merisik Dialog (1)
( Keluarga Pria
)
Pihak Ahli
Rumah besar lagi bertuah yang kami hormati
Sungguh Arif ,
teliti , bijaksana lagi bertuah
Mengetahui kumbang
sebanyak itu
Satu – satu
disebut bersama tabiat
Kumbang yang
baik dicari payah
Hanya satu yang
ada dikami
Mengikuti
petunjuk mendengar nasehat
Satu – satu
disebut bersama tabiat
Arif sungguh
pihak ahli rumah
Tak pernah
terlintas dihati kami
Mengikuti
petunjuk mengikuti nasehat
Mengerjakan
suruh meninggalkan tegah
Inilah kumbang
yang akan mengabdi
Sesal dahulu
pendapatan
Sesal kemudian
tak berguna
Pelabur habis
Palembang tak alah
Kumbang akan
mengabdi tuan tanyakan
Menjaga nama
baik segenap keluarga
Mengerjakan
suruh meninggalkan tegah
Izinkanlah kami
mengambil pelajaran
Dari ilmu
jauhari bertuah
Sambil kami
dating menghadap
Hanya sekian
yang dapat kami sembahkan
Untuk
pertimbangan jauhari bertuah
Semoga bimbang
hilang lenyap
I. Tepak
Merisik Dialog (1)
(
Keluarga Wanita )
Para
utusan yang kami hormati
Penjelasan
tuan telah dimaklumi…
Oleh
sebab itu……..
Sama
– sama duduk kita berhadap
Ipar
lamai beserta kaum kerabat
Sanak sekampung handai tolan
Bimbang
dihati telah lenyap
Ipar
lamai telah sepakat
Mari
disambung soal lanjutan
Sanak
sekampung handai tolan
Menerima
utusan yang datang ini
Utusan beriring membawa tepak
Mari
disambung soal lanjutan
Itulah
putusan dari kami
Semoga
tuan tidak menolak
Sekianlah
dahulu dari kami
J. Tepak
Merisik Dialog (2)
( Keluarga Pria
)
Pihak Ahli
rumah besar lagi bertuah yang kami hormati
Kami datang
mengandung hajat
Tepak disorong
bersama ucapan
Mengiring
sembah sepuluh jari
Ipar lamai sudah
sepakat
Akan menyambung
soal lanjutan
Itu benar yang
kami nanti
Tepak disorong
bersama ucapan
Iringan kami
duduk terbilang
Menyembahkan
sirih menjunjung tangan
Sebelum
disambung soal lanjutan
Izinkan kami
Tanya berulang
Adakah bunga
melati dalam jambangan
Sekian dahulu
pertanyaan dari kami
K. Tepak Merisik
Dialog (2)
( Keluarga
Wanita )
Para utusan yang kami hormati
Ada
satu hal lagi yang perlu kami jelaskan
kehadapan tuan
Yaitu
………….
Para
utusan telah lama tiba
Kedua
pihak duduk sama terbilang
Semoga
sesuai rembuk kita ini
Tidakkah kumbang salah menyangka
Ditaman
lain mawar terpandang
Bukan
milik taman buruk kami ini
Berganti
gelak dengan senyum
Tanda
mahangga didatangi tamu
Disambut
dengan dua belah tangan
Haraplah
tuan sedia maklum
Lebih dari setangkai sibunga labu
Hanya itulah pengisi taman
Tanda mahangga didatangi tamu
Tikar
dihampar rata ke lantai
Dinding
pelupuh dilapis tabir
Lebih
dari setangkai sibungan labu
Sungguhpun
mekar tidak terpakai
Baiknya
tuan dahulu berfikir
Sekianlah yang perlu kami jelaskan kehadapn tuan untuk dimaklumi
L. Tepak Merisik
Dialog (3)
( Keluarga Pria
)
Pihak ahli rumah
besar lagi bertuah yang kami hormati
Kami melangkah
tidak berburuk sangka
Bulat mufakat menyerahkan diri
Membuat sesuatu
dengan bersahaja
Tidaklah kumbang
salah menyangka
Rumah besar lagi
bertuah masih tegak berdiri
Kuntum bunga
melatipun tak berubah rupa
Rumah besar lagi
bertuah tempat berembuk
Telah dipikirkan
masak – masak terlebih dahulu
Menyembahkan
cerana bersusun jari
Rumah bertuah
dikatakan teratak buruk
Kuntum bunga
melati dikatakan sibunga labu
Hanyanya
bijaksana merendah diri
Sesungguhnya
begitulah bijaksana merendah diri
Tetapi…..
Jambu banyak
biji kata tuan di kami buah delima
Permata kaca kata tuan dikami intan baiduri
Tanduk tak
berguna kata tuan di kami gading bertuah
Bunga labu kata
tuan di kami kuntum bunga melati yang indah
Pendirian kami
tidaklah berubah
Dari dahulu
sampai sekarang
Tidaklah kami
mengubah tadah
Walau apapun
katakan orang
Terkecuali
kehendak ilahi
Lapuk batu
bekajang, tumbuh mumbang ditanam
Demikian teguh
dan kuatnya hajat kami
Agar tuan maklum
Inilah
sambutan dari pihak kami
Pendirian kami
tidak akan berobah
Semoga maklum
bijaksana bertuah
Tangan dijunjung
mengangkat sembah
M. Tepak Merisik
Dialog (3)
Keluarga Wanita
Tuan
– tuan para utusan yang kami hormati
Tuan
bermadah sedap didengar
Kalimat
bersusun bila berkalam
Bersilat
lidah tuan pendekar
Bak
menjerat saga didalam talam
Para
utusan yang kami hormati
Kalau
sudah demikian teguhnya pendirian tuan
Yang tidak
akan berobah
Membuat
kami kalah selangkah
Maka kami akuilah
Benarlah kembang ada dikami
Lebih
dari setangkai didalam puri
Sesungguhnya kembang belumlah bertali
Tetapi pohon lah
dilingkari duri
Serta
dijaga sanak family
Itulah
kata sebenarnya dari kami
Bunga
ditaman tak pernah mendongak
Tua
muda sama saja
Sama
umur setahun jagung
Sama
darah setampuk pinang
Sama akal baru tumbuh
Dunia
akhirat sedang dituntut
Tetapi
cerdik lawan dungu
Mungkin
nanti jadi cibiran
Sesal
dahulu pendapatan
Sesal
kemudian tak berguna
Tak
mungkin dapat surut kebelakang
Sungguhpun
demikian tuan – tuan
Kesimpulan
kata pada makna
Kesimpulan
makna pada tujuan
Dikunci
kata dengan kias
Tak
sia – sia bilangan rampung
Tak
sia – sia ruyung dibelah
Tak
sia – sia telang dipancung
Guna
membuat yang berfaedah
Para utusan yang kami hormati
Mara setapak undur
setapak
Ipar
lamai beserta sanak
Bersandarkan
adat bersendikan syara’
Mohon bertanya barang sejenak
Lajang
remaja tidakkah cacat sedera ?
Berdayakah
lahir bathin ?
Dapatkah
memintas jika ada sanak yang hanyut ?
Dapatkah
mencari jika ada sanak yang hilang
Sekurang
– kurangnya
Dapatkah
mengikat lantai selang yang patah ?
Dapatkah mengikat
anak tangga ?
Licin
jalan dek ditempuh
Lancar
kaji dek dibaca
Jika
disurat dapat dikaji
Jika
dijanji baru menjadi
Agar
dapat jadi pegangan
Jika
tidak…..
Hanya
beramah tamah sajalah kita
Sambil
mengunyah sirih sekapur dua
Tanda
berkaum jarang berjumpa
Sekianlah
dahulu permintaan dari kami ………………
N. Tepak
Merisik Dialog (4)
Keluarga Pria
Pihak ahli rumah
besar lagi bertuah yang kami hormati
Seperti tajuk
dengan mahkota
Seperti sirih
pulang kegagang
Seperti pinang
pulang ketampuk
Seperti janggut
pulang kedaguk
Seperti tindik
menerima subang
Tidak teluk
timbunan kapar
Tidak terapung
menolak hanyut
Tidak kelarai
menolak hampar
Tidak teluk
timbunan kapar
Adat bersisi
lembaga bertuang
Siapa salah
siapa ditimbang
Hokum tegak sama
ditengah
Bahwa
sesungguhnya lajang remaja
Cacat tidak
cederapun tidak
Serta berdaya
lahir batin
Terkecuali dari
sini keatas
Tuhan yang maha
kuasa berkehendak
Buruk disebut
baik dipinta
Jika takdir
dating mendadak
Sakit tak
baik ataupun supak
Janganlah
disalahkan kami
Karena takdir dari ilahi
Ini
semuannya diluar janji
Demikianlah
pengakuan kami untuk dimaklumi
Doa kita bersama
agar tak terjadi yang tidak dikehendaki
O. Tepak Merisik Dialog
(4)
Keluarga Wanita
Para
utusan yang kami hormati ….
Gayung
bersambut kata berbalas
Sama
dibentang kandungan hati
Semua
yang lampau sudah selaras
Tepak
datang tepak menanti
Kelanjutan
kata kami nanti
P. Tepak Peminang
( Keluarga Pria )
Pihak ahli rumah
besar lagi bertuah yang kami muliakan
Sekali lagi kami
ucapkan terima kasih tak terhingga atas
kemurahan hati tuan yang berkenan menanti kelanjutan hajat kami
Tepak dihadapkan
bercembul tembaga
Berkacip pinang
sirih bersusun
Dibawa utusan
dengan bersahaja
Kami
persembahkan tepak ketiga
Tepak Peminang
Sirih memohon
Adalah hajat
serumpun keluarga
Segala sayat
jadi pikulan
Tidaklah mungkir
dari janji
Janji yang telah
lalu
Maupun janji
yang akan dating
Jika berat kami
pikul
Jika ringan kami
jinjing
Bukan takbur
bukan ria
Dek karena hajat
semata
Mengharap rahmat
Allah Azza wa jalla
Kehadapan Tuan
Teruna kami sembahkan
Untuk penginting
kain basahan
Untuk merumput
jalan ketepian
Untuk dijadikan
suruh – suruhan
Untuk memintas jika
ada sanak yang hanyut
Untuk mengganti
lantai selang yang patah
Untuk mengikat
anak tangga
Telentang
menentang langit
Telungkup
memeluk bumi
Harus setia
bersama sanak
Sepanjang hayat
bersama Tuan
Pihak Ahli rumah
besar lagi bertuah yang kami hormati
Jauh berjalan
banyak dilihat
Lama hidup
banyak dirasai
______________________________ nama yang berhajat
_______________________________Ayah
kandungnya
_________________________
ibu kandung tercinta
Dihajatkan
berumah tangga
Dengan melati
kuntum utama
Dengan
Fatiha diletakkan nama
Rahmawati nama lengkapnya
Suwadi ayah kandungnya
Ernawati Nasution
ibunda tersayang
Bolehkan kami
dengan cerana
Tepak puan tepak
perisik
Datang beriring bersahaja
Izinkanlah kami
mohon bertanya
Bolehkah melati kalau
dipetik
Akan
dipersunting lajang remaja
Akan disayangi
segenap family
Akan
diperlakukan lebih dari anak sendiri
Adalah kami
orang meminta tangan dibawah
Dihanyut kami
kepas digantung kami tinggi
Pulang maklum
kehadapan bijaksana bertuah
Tangan dijunjung
mengangkat sembah
Demikiahlah permohonan dari kami
Q. Tepak Peminang
( Jawaban
Keluarga Wanita )
Para
utusan yang kami hormati
Telah
bertemu ruas dengan buku
Semoga
utusan janganlah ragu
Hanya
sekarang yang dianggap perlu
Mengisi
syarat terlebih dahulu
Tepak
tuan sudah merisik
Sekapur sirih dikunyah dahulu
Sambil
mengajak tamu berkata
Jika
tuan hendak memetik
Syarat
diisi terlebih dahulu
Adat
dan syara’ pedoman kita
Sekianlah dahulu
dari pihak kami.
R. Tepak Peminang
(
Keluarga Pria Bertanya Syarat )
Pihak ahli rumah
besar lagi bertuah yang kami hormati
Alhamdulillah
kami ucapkan
Ipar lamai telah
sepakat
Mengisi syarat
akan dipadan
Haraplah
tuan syarat tuan kemukakan
Lulus syara’
lulus adat
Kepada kami
menjadi beban
S. Tepak Peminang
( Keluarga
Wanita Menyampaikan Syarat )
Para
utusan yang kami hormati ……
Kami
kenangkan diantara pengakuan tuan yang telah
terdahulu
Segala
syarat jadi pikulan
Maka syarat yang
wajib tuan tunaikan…
Wang Ringgit
menjadi kebiasaan
………………
Ringgit bilangan bertuah jadi sukatan
T. Tepak Peminangan
( Keluarga Pria
Setuju Syarat )
Pihak Ahli
rumah besar lagi bertuan yang kami
hormati
Syarat Wang
Ringgit Malaysia yang tuan kemukakan
Tidaklah kami
mungkir janji
Permintaan tuan
kami penuhi
______________________Ringgit jadi
bilangan
U. Tepak Peminang
( Keluarga
Wanita Pernyatakan Peminangan telah diterima )
Para Utusan yang
kami hormati
Sesungguhnya tuan
orang bijaksana ………
Oleh
sebab itu …………
Karena
berlayar telah sampai ke pulau
Karena
berjalan telah sampai kebatas
Banyak
dirasa banyak dilihat
Kerana
sejajar yang telah lampau
Kerana
padan sudah selaras
Baik
dipintal supaya singkat
Ipar
lamai sudah sepakat
Impal
larangan sudah ditanya
Saudara
ayah sudah mendekat
Saudara
ibu sudah berkata
Rasi
baik untung bertuah
Ternak memborak padi menjadi
Anak banyak rezeki murah
Kaum
kerabat bersenang hati
Bila
pinangan berterimalah sudah
Masing
– masing pihak menjamu sukut
Kurnia
dipohonkan kehadirat Allah
Semoga
pertemuan telah terpaut
Mawar
ditaman belum bertali
Datang kumbang hendak menyeri
Lulus
adat lulus syara’i.
Remaja
sehat telah diketahui
Bunga
mekar setelah berkuntum
Kuntum
pecah kelopak mengembang
Jadi
perhatian pemilik kumbang
Jadi
pembicaraan segenap keluarga
Mohon
harapan keseluruh kaum
Jika
bunga asalnya harum
Sampai
layu jangan dibuang
Penarik
tali buaian dipalar juga
Para
utusan serta hadirin yang kami muliakan
Hajat
utusan sudah kita dengarkan
Membuat
keputusan agak lama
Petunjuk
Tuhan bersifat Rahim
Dengan
bismillah kami ucapkan
SIRIH
PEMINANGAN AKAN DIMAKAN
Tanda
Peminangan Telah Diterima
V. Tepak Tukar
Tanda
(Keluarga Pria )
Pihak Ahli Rumah
Besar lagi bertuah yang kami hormati
Peminangan
kami telah tuan terima
Kami ucapkan
Alhamdulillah dan terima kasih yang setulus – tulusnya
Telah tercapai
yang dihajat
Sangatlah
senang rasa dihati
Karena besarnya
hati kami
Dan untuk
menjadi bukti segenap famili
Mari kita
naikkan tanda agar kumbang dan
Melati telah bertali
Berikut kami
persembahkan sebuah tepak, Tepak Tukar Tanda
Tepak
disorong jari menyembah ( dilakukan dan serahkan tanda)
Tanda dinaikkan
penghias jari ( jika cincin sebagai
tanda) kami serahkan
Tanda dinaikkan
penghias lengan ( jika gelang sebagai tanda) kami serahkan
Tanda dinaikkan
penghias leher ( jika kalung sebagai
tanda) kami serahkan.
W. Tukar Tanda
( Jawaban Keluarga Wanita )
Para utusan yang kami hormati …….
Dari utusan
datang lagi sebuah tepak dan
penyerahan tanda
Maka kami sambut
dengan dua belah tangan terbuka
Adat diisi
lembaga dituang agar sempurna
Kamipun akan
berbuat juga hal yang sama
Adat dan petuah
bila diikut
Nama baik tidak
bercacat
Tepak dan sembah
kami sambut
Tanda diterima
jadi pengikat
Para utusan yang
kami hormati
Karena mufakat
telah bulat
Terimalah tanda
dari pihak kami
Sama dihajat menurut adat
Adat dan petuah
baik diikut
Harus berkembang
tak ada kecuali
Tepak dan tanda
kami sambut
Yasmin melati
dan kumbang resmi bertali
Demikianlah
pernyataan kami.
X. Tepak
Ikat Janji
( Keluarga Pria )
Pihak Ahli rumah
besar lagi bertuah yang kami hormati
Beberapa acara
telah berjalan dan selesai
Sungguhpun
demikian kami yang datang ini
Bak kata pepatah
Sekali merengkuh
dayung nak dua tiga tanjung terlampaui
Sekali membuka
pura nak dua tiga hutang terbayar
Sekali kaki
melangkah segala hajat nak selesai
Oleh sebab itu
kami mohon lagi kemurahan hati tuan
Agar dapat
menerima sebuah tepak lagi
Yakni tepak
terakhir pada hari ini
Agar kerja kita
selesai sempurna
Demikianlah
permohonan kami.
Y. Tepak Ikat
Janji
( Jawaban Keluarga Wanita )
Para utusan yang
kami hormat
Sengaja begitu
orang berhajat
Dapat satu nak
dua
Dapat dua nak tiga
Dan kalau
mungkin segala hajat nak selesai
Dan kalau telah selesai
Tuan –
tuanpun nak pulalah
…. Bukan ???
Lain halnya dengan kami
Sedap makan
dikunyah – kunyah
Sedap cerita
jangan diulang
Sedap
bercengkerama menyuntuk hari
Sedang
manis jangan dihabiskan
Ada baiknya kita bercerita
Tentang hal –
hal yang
lain dulu
Menjelang
subuh dan setelah shalat subuh
Barulah
kita sambung lagi
Terlanjut, sekali – sekali nya
Tuan – tuan datang
kemari
Bagaimana setuju
tuan - tuan ?
Z. Tepak Ikat Janji Dialog 1
(Keluarga Pria )
Pihak ahli rumah
besar lagi bertuah yang kami hormati
Anjuran tuan itu
sungguh baik
Karena rumah
besar lagi bertuah
Tersedia segala
– galanya
Tempat rehat
yang lengkap
Makananpun cukup lezat
Kalau kami
pulang sekarang kerumah
Ibu – ibu dirumah harus
bertanak lagi
Paling – paling
ikan kresek sambal belacan menjadi lauk
Oleh karena
itu anjuran tuan kami terima dengan
tangan terbuka
AA.
Tepak
Ikat Janji ( Dialog 1 )
( Keluarga
Wanita )
Hadirin para
utusan yang kami hormati
Tadi maksud hati
hendak mencari idau
Tapi hutang
yang tumbuh
Maksud hati hendak mencerat
Kiranya saga
didalam talam
Oleh karena
itu kami kalah selangkah….
Maka …….
Usul tuan tadi kami
terima perlselakanlah…….
BB.
Tepak
Ikat Janji Dialog 2
(Keluarga Pria )
Pihak ahli rumah
besar lagi bertuah yang kami hormati
Adapun hajat
yang akan disampaikan ini
Karena acara demi acara telah selesai dengan baik
Maka acara yang
terakhir untuk hari ini
Adalah suatu
kesimpulan yang menjadi pegangan kita
bersama
Sebagai
pedoman pelaksanaan dalam rangka pekerjaan kita
Agar pekerjaan
selesai sempurna rampung semuanya
Oleh karena itu
kami mohon
Agar kita mengadakan ikat janji
Pengiring hajat
yang telah sudah
Telah diizinkan
pihak ahli rumah besar lagi bertuah
Tepak
disorong jari menyembah
Mohon kita
mengikat janji
Telah diizin
pihak ahli rumah besar lagi bertuah
Semua tercapai
hajat kami
Janji yang
sudah kita sepakati
Janji yang akan
datang mari kita isi
Sekianlah dahulu
dari pihak kami
CC.
Tepak
Ikat Janji Dialog 2
(Keluarga
Wanita)
Para
Utusan yang kami hormati…….
Tepak
dan sembah yang datang dan yang menanti
Marilah
sama – sama kita membulang janji
Yaitu .. :
1.
Menetapkan hari akad nikah
2.
Menyerahkan mahar segera sebelum akad nikah, dan didahulukan dengan mengembalikan tanda.
3.
Menetapkan pakaian yang dipakai
pada akad nikah
4.
Menetapkan hari mengantar sirih besar,
dapat dilakukan dengan hari mengantar
pengantin, kalau sirih besar sudah
bawa hari ini dapat diserahkan sekarang juga
5.
Tinggal menetapkan hari mengantar
pengantin, hari bersatu, hari peresmian.
6.
Menetapkan adat - adat
yang harus diisi, apakah ada pelangkahan, tata cara datang
pengantin berjulang ?, berpencak
?, jenis
dan warna pakaian ? dan lain –
lain
7.
Hal – hal yang belum dapat ditetapkan atau ada hal yang masih perlu dirundingkan dapat dirundingkan melalui ipar lamai kedua belah pihak.
Demikianlah kiranya
harapan kami semoga maklum bijaksana bertuah.”
Menurut Baihaqi, A.K., bahwa syarat-syarat mendidik
anak prenatal, di antaranya adalah :[47]
a. Beriman dan bertaqwa kepada Allah
Merupakan syarat paling utama bagi keberhasilan upaya
mendidik anak prenatal.
b. Bertekad dan berniat mendidik anak prenatal
Mendidik anak prenatal merupakan ibadah besar dalam
ajaran Islam, apabila diawali dengan niat ibadah. Oleh karena itu, suami dan
istri dalam upaya mendidik anak prenatal haruslah berniat dengan ikhlas karena
Allah semata.
c. Menghormati orang tua dan mertua
Syarat ini merupakan syarat yangs angat menentukan
pula bagi keberhasilan orang tua (suami istri) mendidik anak prenatal.
d. Mendoakan anak prenatal
Mendoakan anak menjadi kewajiban orang tua sepanjang
hayat, sejak anaknya masih dalam kandungan sampai lahir, dewasa dan menjadi tua
pula.
e. Memberi makanan dan pakaian yang halal
f. Ikhlas mendidik anak prenatal
g. Memenuhi kebutuhan istri, di antaranya :
1) Kebutuhan akan perhatian
2) Kebutuhan akan kecintaan ekstra
3) Kebutuhan akan makanan ekstra
4) Kebutuhan akan pengabulan
5) Kebutuhan akan penghargaan
6) Kebutuhan akan ketentraman
7) Kebutuhan akan perawatan
8) Kebutuhan akan keindahan
h. Berakhlak mulia
Di antara akhlak mulia yang sangat erat kaitannya
dengan pendidikan anak prenatal adalah :
1) Kasih sayang
2) Sopan dan lembut
3) Sabar menghadapi anak prenatal
4) Rukun antara suami dan istri beserta semua anak
5) Rukun dengan keempat orang tua, tetangga dan masyarakat.
Materi dan metode pendidikan anak dalam kandungan
(prenatal), di antaranya : ada beberapa metode yang dapat dipakai untuk
mendidik anak prenatal. Metode tersebut dapat dilaksanakan secara langsung,
tetapi diaplikasikan melalui ibu dari anak prenatal tersebut. Metodenya lebih
ditekankan pada pembinaan lingkungannya, artinya penerapan semua metode yang
diarahkan kepada pembinaan lingkungan yang Islami untuk anak prenatal melalui
ibunya. Adapun metode dan materi yang diberikan dalam pendidikan anak prenatal
yaitu :[48]
1) Metode kasih sayang
2) Metode beribadah
3) Metode membaca Al-Qur’an
4) Metode bercerita
5) Metode berdo’a
6) Metode berlagu
1) Salah fardhu lima waktu
1) Salat-salat sunnat
2) Membaca Al-Qur’an
3) Keimanan
4) Akhlak mulia
5) Do’a
2. Pendidikan Anak Sejak Lahir
Di antara keutamaan syariat Islam bagi umatnya adalah dijelaskannya
hukum-hukum (pedoman) yang berhubungan dengan anak dan kaitannya dengan
prinsip-prinsip tentang pendidikan secara rinci sehingga pendidikan selalu
mendapatkan dan kejelasan tentang masalah yang harus dijalankan terhadap
bayinya yang lahir. Sebagai dasar dasar-dasar yang diundangkan Islam dan
prinsip-prinsip ajaran yang dirumuskan oleh pendidik pertama, yaitu Nabi Besar
Muhammad SAW, maka alangkah layaknya orang yang mendapatkan hak mendidik
tersebut dapat melaksanakan kewajibannya dengan sempurna.
Sejak bayi dilahirkan, Islam telah meletakkan tata cara, sebagai ajaran dan
tradisi yang baik untuk pembinaan jiwa anak-anak, di antaranya adalah:[49]
a. Bisyarah (ungkapan turut
gembira)
Bagi seorang muslim, disunatkan menggembirakan dan membahagiakan saudaranya
yang melahirkan anak. Hal itu dimaksudkan untuk menguatkan ikatan-ikatan
persaudaraan dan menyebarkan sayap-sayap cinta dan kelembutan di antara
keluarga muslim. Penyampaian rasa ikut gembira atas kelahiran bayi sekaligus
merupakan doa yang positif di sisi Allah.
Dalam Al-Qur’an menyebutkan “kata gembira” atas kelahiran anak dengan
berbagai variasi sebagai petunjuk dan pengajaran bagi umat Islam. Ucapan
selamat tersebut mempunyai pengaruh besar dalam menumbuhkan ikatan-ikatan
sosial dan menguatkan ikatan di antara sesama kaum muslimin.
b. Disunahkan mengadzani dan mengikamati anak yang baru lahir
Di antara hukum yang
disyariatkan Islam bagi anak yang baru dilahirkan adalah mengadzani di
telinganya dan mengikamatinya di telinga kirinya, langsung pada saat
dilahirkan. Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Turmudzi, dari Abi Rafi’ :
رأيت رسول الله صلّى الله عليه وسلّم أذّن فى اذن الحسن
بن علىّ حبن ولدته أمّه. (رواه ابو داود والرمذى) [50]
Aku pernah melihat
Rasulullah mengadzani (di telinga) Hasan bin Ali sesaat sesudah Fatimah
melahirkan. (H.R. Abu Daud dan Turmudzi)
Begitu juga
diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, r.a., bahwa Nabi adzan di telingan kanan dan
ikamat di telinga kiri Hasan pada hari kelahirannya.
Rahasia mengadzani dan mengikamati sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Qayyim
al-Jauziah dalam kitabnya, Tuhfatul-Maudud, yaitu agar getaran pertama
kali yang didengar manusia adalah kalimat panggilan agung yang mengandung
kebesaran dan keagungan Allah dan kesaksian pertama memasuki Islam. Seperti
juga talkin, merupakan syiar Islam awal memasuki dunia sebagaimana mentalkinkan
kalimat tauhid ketika meninggal dunia. Tidak diingkari lagi bahwa pengaruh
adzan itu akan sampai ke hatinya dan akan mempengaruhinya meski ia sendiri
tidak menyadarinya.
Dengan kata lain, agar ajakan kepada Allah, kepada Islam dan penyembahan
kepada-Nya didahulukan dari bujukan setan, sebagaimana fitrah Allah yang
menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu didahulukan dari pengaruh setan
dan hikmat-hikmat lainnya.
Hikmat adzan dan iqamah ini adalah bahwa anak sejak lahir sudah
diperdengarkan seruan suci untuk beribadah kepada Allah di samping berguna
untuk mengusir setan.
c. Disunatkan mentahnik anak yang baru lahir
Di antara hukum yang disyariatkan Islam bagi anak yang baru lahir adalah
disunatkan untuk men-tahnik setelah kelahirannya. Tahnik yaitu memamahkan
kurma, mengulumi mulutnya dengan buah tersebut. Jika sukar mendapatkan kurma,
maka biasa diganti dengan sesuatu yang manis atau cairan gula dicampur dengan
air kembang, sebagai meneladani perbuatan Rasul SAW.
Hikmah dari perbuatan tersebut adalah untuk menguatkan otot-otot mulut
dengan gerakan lidah karena menjilat sesuatu yang manis, sehingga anak siap
untuk menetek dengan kuat dan alami. Sebaiknya orang yang men-tahniknya itu
orang yang bertaqwa dan saleh, sebagai tabarrok kepadanya, sebagai
pengharapan agar si anak saleh dan bertaqwa pula.
d. Disunatkan mencukur rambut
Termasuk hukum yang disyariatkan Islam bagi anak yang baru lahir adalah
disunatkan mencukur rambutnya pada hari ketujuh dan menyedekahkan perak kepada
para fuqaha dan yang berhak seberat timbangan rambutnya. Hikmahnya di antaranya
adalah :[51]
1) Hikmah kesehatan
Menghilangkan rambut kepala anak berarti menguatkan kepala anak dan membuka
pori-pori kepala, begitu juga akan menajamkan penglihatan, penciuman dan
pendengaran.
2) Hikmah sosial
Yaitu menyedekahkan perak seberat timbangan rambut merupakan salah satu
sumber jaminan sosial yang dapat mengurangi kemiskinan dan mewujudkan fenomena
saling menolong,saling menyayangi, dan saling menjamin dalam sekelompok
masyarakat. Ibnu Ishoa meriwayatkan dari Abdullah bin Abu Bakar dari Muhammad
bin Ali bin Husein r.a.,:
عقّ رسول الله صلّى الله عليه وسلّم
عن الحسن شاة, وقال : يا فطمة, احلقى رأسه, وتصدّقى بزنة شعره فضة, فوزنته, فكان
وزنه درهما أو بعض درهم. (رواه ابن اسحاق) [52]
Rasul pernah beraqiqah
seekor kambing untuk Hasan, dan berkata, “Ya Fatimah,! Cukurlah rambutnya dan
sedekahkan perat seberat rambutnya”; lalu Fatimah menimbangnya. Hasil timbangan
itu satu dirham atau kurang. (H.R. Ibnu Ishaq)
Ada hikmah lain bahwa Rasul sangat memperhatikan agar seseorang muslim
tampil di masyarakat dengan cara yang layak. Mencukur sebagian rambut kepala
dan membiarkan sebagian lainnya akan mengurangi kehebatan dan keindahan
dirinya, selanjutnya akan mengurangi kepribadian Islam yang menjadi ciri
pembeda seorang muslim daripada pemeluk agama dan keyakinan yang lain, bahkan
dari seluruh orang fasik, oportunis dan yang moralnya rusak.
e. Tasmiyah (Penamaan Anak)
Yaitu memberi nama dengan nama-nama yang baik.[53]
1) Kapan anak diberi nama
Diriwayatkan oleh
Ashabussunah dari Samrah yang berkata bahwa :
قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم كلّ غلام رهين
بعقيقته, تد بح عنه يوم سا بعه ويسمّى فيه ويحلق رأسه. (رواه ابو داود واترمذى
والنسائي) [54]
Setiap anak terikat
dengan aqiqah-nya yang disembelih pada hari ketujuh, diberi nama dan dicukur rambutnya pada saat
itu. (H.R. Abu Daud, at-Turmudzi dan an-Nasai)
Hadits ini menghendaki agar anak diberi nama pada hari ke tujuh, tetapi ada
juga hadits-hadits yang shahih lainnya yang menegaskan agar penamaan itu pada
hari ke tujuh, boleh juga sebelum itu dan sesudahnya.
2) Nama yang disenangi dan dibenci
Yang harus diperhatikan oleh pendidik pada saat menamai anak adalah memilih
nama-nama yang bagus dan indah sebagai perwujudan petunjuk dan perintah Nabi
Muhammad SAW. Rasulullah SAW selalu menganjurkan umat Islam untuk memberi
nama-nama para Nabi, Abdullah, Abdurrahman dan nama-nama yang mencerminkan
penghambaan kepada Allah, sehingga untuk Muhammad berbeda dari umat lainnya
dalam setiap fenomena kehidupannya, agar mereka menjadi umat terbaik, dapat
menunjukkan manusia menuju cahaya kebenaran dan prinsip-prinsip Islam.
3) Disunatkan menyandarkan nama anak kepada nama ayahnya
Penyandaran ini mempunyai efek psikologis yang luhur dan manfaat-manfaat
besar pendidikan. Demi manfaat yang jelas dan ungkapan yang besar ini,maka
Rasulullah SAW menyandarkan nama anak-anak dan memanggil mereka dengan
menyandarkan tersebut sebagai pendidikan dan petunjuk bagi para pendidik agar
mereka mempraktekkan cara dan metode beliau dalam menyandarkan dan memanggil
anak-anak mereka.
f. Aqiqah
Menurut bahasa (etimologi), العقيقة aqiqah berarti القطع
yaitu memutus. Adapun menurut istilah (terminologi) syar’i, adalah menyembelih
seekor domba untuk anak pada hari ke tujuh kelahirannya.[55]
Aqiqah menurut pandangan hukum (fiqh) dikategorikan ke dalam sunnat
muakkad, anjuran yang ditekankan. Maksudnya, meskipun Rasulullah SAW tidak
menggolongkannya ke perintah yang diwajibkan, namun beliau senantiasa melaksanakannya.
Aqiqah juga diartikan dengan menyembelih kambing untuk menyelamati bayi
yangbari lahir dan sekaligus memberikannya sebagai sedekah (rizki) kepada kaum
fakir miskin. Jadi, pengertian mengalirkan darah hewan sembelihan disini adalah
sebagai amal taqarrub kepada Allah SWT.demikian itu dilakukan sesudah sang
bayidicukupr rambutnya, yaitu pada hari ke tujuh sesudah kelahirannya.
Sebagaimana disunnahkan pula melakukan sedekah sebanyak berat rambut yang telah
dicukur, dalam bentuk perak atau yang seharga dengannya.[56]
Aqiqah kadang-kadang diartikan sebagai kambing/ domba yang disembelih dan
terkadang diartikan rambut yang tercukurdari sang bayi yang baru lahir. Kedua
istilah ini sekalipun berbeda makna lahiriyahnya, akan tetapi keduanya
mempunyai makna yang sama, sebab keduanya kembali kepada satu obyek, yaitu dua
pekerjaan yang dilakukan secara bersamaan. Dalam penyelenggaraan aqiqah untuk
anaklaki-laki dengan menyembelih dua domba dan untuk anak perempuan dengan satu
domba.
Adapun hadits yang menguatkan disyariatkan aqiqah dan yang menjelaskan
kedudukannya nashnya aqiqah adalah dalam shahih Bukhari meriwayatkan dari
Salman bin Amuar al-Dhobbi. Ia berkata bahwa Nabi telah bersabda :
قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم : مع الغلام عقيقة
فأهريقوا عنه دما, وأميطوا عنه الأذى. (رواه البخارى ومسلم) [57]
Anak itu aqiqah-i,
karena itu tumpahkanlah olehmu baginya darah dan jauhkanlah olehmu sekalian
penyakit dari dirinya (dengan mencukur rambut kepalanya). (H.R. Bukhari dan
Muslim)
Berdasarkan hadits di atas dapat dipahami bahwasannya setiap anak itu
diaqiqahi dan penyembelihan untuk aqiqah ini dilakukan pada hari ke tujuh dari
kelahiran bayi atau hari ke-21 atau kapan saja.
Hikmah disyariatkannya
aqiqah di antaranya :
a) Sebagai pengorbanan untuk mendekatkan anak kepada Tuhan sedini mungkin
sejak awal mengarungi kehidupan
b) Sebagai tebusan si anak dari berbagai musibah dan bencana, sama dengan
Allah SWT menebus Ismail a.s., dengan sembelihan yang agung
c) Sebagai pembuka penggadai anak pada kesempatan syafa’at bagi kedua orang
tuanya.[58]
g. Khitan
Menurut bahasa (etimologi) khitan berarti memotong kuluf (kulit) di
atas kepala zakar. Menurut istilah (terminologi), khitan adalah memotong kulit
yang ada di sekitar ujung zakar atau batas pergelangan zakar yang sudah
ditentukan oleh hukum syara’. Sedangkan pada bayi perempuan, berkhitan adalah
memotong sebagian kecil dari semacam lapisan kulit yang menutup bagian atau clitoris.[59]
Ada beberapa dasar yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan khitan. Khitan
pada laki-laki ada yang dikaitkan dengan perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim
a.s., untuk berkhitan. Dalam musnadnya, Imam Ahmad meriwayatkan dari Amran bin
Yasir. Ia berkata bahwa Nabi SAW telah bersabda :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من الفطرة : المضمضة
والإ ستنشاق, وقص الشارب, وتقليم ألا ظفار ونتف الإبط والإ ستحدار, والإختنان.
(رواه امام احمد) [60]
Di antara yang
mensucikan adalah : berkumur, memasukkan air ke hidung, mencukur kumis,
bersiwak, memotong kuku, membersihkan ketiak dan beristihdad. (H.R. Imam Ahmad)
Khitan merupakan sunnah nabawiah yang diwarisnya dari nabi-nabi sebelumnya.
Ulama ber-ikhtilaf dalam menentukan hukumnya antara wajib dan sunnah. Menurut
Jumhur ulama, khitan itu wajib bagi laki-laki dan sunnah bagi wanita. Dan telah
dibuktikan oleh penelitian kedokteran bahwa khitan itu bernilai positif
terhadap kesehatan. Adapun hikmah khitan, di antaranya adalah :
1) Khitan merupakan dasar fitrah (kesucian) syiar Islam dan ciri syariat
2) Khitan merupakan puncak kesempurnaan yang disyariatkan Allah melalui lisan
Nabi Ibrahim a.s., syariat yang mengajak hati untuk bertauhid dan beriman.
Syariat yang membersihkan badan dengan berkhitan, mencabut jenggot, memotong
kuku serta mencabuti bulu ketiak.
3) Khitan dapat membedakan seorang muslim dari pemeluk agama-agama lain di
luar Islam
4) Khitan merupakan sebuah pengakuan penghambaan diri kepada Allah.[61]
3. Pendidikan Anak Usia Dini (Anak Usia Sekolah)
Pendidikan akhlak pada anak memang harus ditanamkan pada masa
kanak-kanak.agar akhlak tersebut melekat sampai anak menjadi dewasa. Di samping
pendidikan akhlak yang diberikan pada masa anak prenatal (anak dalam
kandungan). Pendidikan akhlak pada anak sejak lahir dan ada juga pendidikan
akhlak yang diberikan pada anak usia dini (usia sekolah).
a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (Anak Usia Sekolah)
Adapun yang dimaksud dengan usia dini adalah kelompok anak yang berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar),
intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan
spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan
komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2003, yang dimaksud dengan anak usia
dini adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun. Dan berdasarkan para pakar
pendidikan anak, yaitu kelompok manusia yang berusia 8-9 tahun.[62]
Setelah diketahui anak usia dini (AUD), berikut dijelaskan tentang
pendidikan anak usia dini (PAUD). PAUD adalah suatu proses pembinaan tumbuh
kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup
aspek fisik dan non fisik dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan
jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal pikir, emosional dan
sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.[63]
Adapun upaya yang dilakukan mencakup stimulasi intelektual, pemeliharaan
kesehatan, pemberian nutrisi dan penyediaan kesempatan yang luas untuk
mengeksploitasi dan belajar secara aktif. Pendidikan anak usia dini dimulai
tiga tahun sampai dengan enam tahun yang sering dikatakan sebagai pendidikan
pra sekolah dan pada masa ini anak mengalami perkembangan yang sangat pesat,
baik fisik, maupun psikis atau kejiwaan.
Tujuan dari pendidik anak usia dini salah satunya adalah memberikan
pengalaman dan kesempatan yang akan membantu penguasaan kemampuan pada semua
bidang perkembangan untuk meningkatkan kesempatan berhasil ketika anak memasuki
jenjang pendidikan formal selanjutnya. Dengan demikian, jelas bahwa pendidikan
anak usia dini adalah membekali dan menyiapkan anak sejak dini untuk memperoleh
kesempatan dan pengalaman yang dapat membantu perkembangan kehidupan
selanjutnya.[64]
Pendidikan akhlak pada anak usia dini atau anak usia sekolah dilaksanakan
dalam suatu lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan pendidikan dan
pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana, yaitu di sekolah. Dan guru
sebagai pelaksana dalam tugas pembinaan, pendidikan dan pengajaran adalah orang
yang telah dibekali dengan pengetahuan tentang anakdidik dan memiliki kemampuan
untuk melaksanakan tugas kependidikan.
Guru agama yang jeli memperhatikan anak-anak didiknya, anak menemukan
masalah-masalah yang kurang serasi atau kurang menunjang pertumbuhan kesehatan
mental mereka yang diakibatkan berbagai keadaan yang telah mempengaruhinya
sebelum ia masuk sekolah dasar. Maka guru agama tersebut perlu memperbaiki
pengajaran agama yang kurang tepat di rumah atau di taman kanak-kanak dahulu,
agar si anak dapat bertumbuh menjadi anak yang beriman dan berakhlak terpuji.
Oleh karena itu, pendidikan agama dan pendidikan akhlak yang terbaik dan
mudah dilaksanakan adalah melalui semua guru dan semua bidang studi. Artinya,
setiap guru yang mengajar di sekolah dasar itu hendaknya dapat menjadi contoh
teladan bagi anak didiknya, terutama dalam keimanan, amal shaleh, akhlak dan
sikap hidup serta caranya berpikir.[65]
Di sinilah letak keistimewaan dan keungulan lembaga-lembaga pendidikan yang
diasuh oleh suatu yayasan keagamaan, seperti sekolah dasar Islam. Guru agama
(bidang studi agama) yang berkewajiban memberikan pengajaran agama,dapat
melaksanakan tugas pengajarannya sendirian. Adapun dalam pembinaan agama dan
akhlak pada anak didik, dia ditunjang oleh guru bidang studi yang ada dan oleh
guru kelas. Pendidikan agama yang dilakukan oleh semua guru secara terpadu itu
akan memberikan hasil yang baik dan memantul dalam kehidupannya sehari-hari.
b. Materi Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini (Anak Usia Sekolah)
Adapun materi pendidikan akhlak yang harus diajarkan kepada anak usia dini
(anak usia sekolah) sebagaimana akhlak-akhlak mulia yang diperintahkan oleh
Rasulullah dan dicontohkan oleh beliau dalam kehidupan sehari-hari, di
antaranya :
1) Jujur
Sifat jujur termasuk salah satu akhlak mulia yang menunjukkan iman
seseorang.lawan dari jujur adalah dusta. Sesungguhnya mendidik masyarakat
terutama dalam keluarga (mendidik akhlak pada anak) menuntut adanya latihan
bagi masing-masing untuk jujur dalam setiap ucapan dan perbuatan. Maka wajib
bagi orang tua untuk memberi contoh tentang jujur ini dan mengajarkannya sejak
kecil.
2) Amanah
Sifat amanah merupakan perkara penting, sifat ini dijadikan tanda adanya
iman di dalam diri seseorang dan sebaliknya tanda orang munafiq tidak adanya
sifat amanah, wajib melatih diri dan anak-anak untuk bersifat amanh dan
menghindari sifat khianat beserta akibat yang akan ditimbulkannya, sehingga
terjagalah hak-hak manusia dan harta bendanya.
3) Sabar
Sabar artinya tahan
menderita, tabah, sikap menerima dan tenang. Sabar merupakan akhlak mahmudah
baik di saat mengalami bahagia maupun menderita, sehingga manusia akan
terhindar dari hawa nafsunya.
4) Malu
Seseorang muslim seyogyanya menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baikdan
mempunyai sifat malu, karena malu itu sebagian dari iman. Sifat malu merupakan
salah satu unsur pendorong yang kuat bagi seseorang untuk berkelakuan baik dan
menjauhi yang buruk. Begitulah di antara point-point penting yang perlu
diperhatikan untuk mewujudkan generasi Islami yang senantiasa mendapat
bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bahwa sifat di atas merupakan materi yang
harus diajarkan kepada anak-anak dalam pendidikan akhlak agar menjadi anak-anak
yang shaleh, sehingga sasaran pendidikan agama Islam dapat tercapai.
c. Metode Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini (Anak Usia Sekolah)
Metode yang dipakai disesuaikan dengan perkembangan kecerdasan dan kejiwaan
anak pada umumnya, yaitu mulai dengan contoh, teladan, pembiasaan dan latihan,
kemudian berangsur-angsur memberikan penjelasan secara logis dan maknawi.[66]
Pendidikan agama dan akhlak bagi anak di dalam keluarga pada umur taman
kanak-kanak dan sekolah dasar masih diperlukan, kendatipun disekolah telah
diberikan oleh guru agama dan guru kelas serta situasi sekolah yang menunjang,
sikap orang tua terhadap pelaksanaan agama juga turut mempengaruhi sikap anak
didik yang telah dibina oleh guru dan sekolah pada umumnya.[67]
Pendidikan agama yang diperoleh anak dari guru di sekolah merupakan
bimbingan, latihan dan pelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan perkembangan
jiwanya, akan menjadi bekal yang amat penting bagi kehidupannya di masa yang
akan datang. Pendidikan agama dan pendidikan akhlak pada umur sekolah ini perlu
dikaitkan, karena akhlak adalah refleksi dari keimanan dalam kehidupan nyata.
Jika bekal keimanan dan pengetahuan agama yang sesuai dengan perkembangan
jiwanya cukup mantap, maka agama akan sangat menolongnya dalam bergaul,
bermain, berperangai, bersikap, terutama dalam belajar dan bekerja.
BAB III
PENUTUP
Demikianlah makalah ini
ini kami susun sedemikian
rupa semoga ada manfaatnya untuk membuat tulisan pada masa – masa yang akan datang,
tentunya kami meyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna kritik dan
saran sangat diharapkan untuk
perbaikan tulisan ini pada masa – masa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasyi, M. Athiyah. Dasar-dasar
Fokok Fendidikan Islam, Terj. Djohar Bustani, Aghani, dan Johar Bahri, Jakarta:
Bulan Bintang. 1990
Al-Ghazali, Imam, Ihya’ Ulumuddin
Juz III, Kairo: Isa al-Babil al-Halabi, tt.
Al-Syaibany, Omar Muhammad al-Toumy.
Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I. terj. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan
Bintang. 1999
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan
Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers. 2002
Arifin, Imron. Penelitian Kualitatif
dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan, Malang: Kalimasada Press. 1994
Arikunto, Suharsini. Prosedur
Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002
Azizy, A. Qodri A. Pendidikan
(Agama) untuk Membangun Etika Sosial Semarang: Aneka Ilmu, 2003
Azyumardi, Azra. Paradigma Baru
Pendidikan Nasional (rekonstruksi dan demokratisasi), Cet. 1. Jakarta: Buku
Kompas. 2002
Bisri, Adib dan Munawir A. Fatah.
Kamus Al-Bisri Indonesia-Arab Arab- Indonesia, Cet. II. Surabaya: Pustaka
Progresi. 1999
Daradjad, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama,
Cet. VII Jakarta: Bulan Bintang, 1996
Depag R.I. Al Qur’an dan
Terjemahannya, Semarang: PT. Karya Toha Putra1996
Depag RI. Kurikulum Nasional;
Kompetensi Dasar MI dan MTs Mata Pelajaran PAI, Jakarta: Puslitbang-Pendidikan
Agama dan Keagamaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka. 1993
Hambal, Imam Ahmad bin. Musnad Imam
Ahmad Abu Hambal, Juz II, BeirutI Darul Kutub. 1413 H
Langgulung Hasan, Asas-Asas
Pendidikan Islam, Cet. 5 Jakata: Pustaka Al- Husna Baru, Lampiran pada SK
Menteri Agama RI No. 16 Tahun 1978., 2005
Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat
Pendidikan Islam, Bandung: Al Ma’arif. 1999
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian
Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006
Moehad Sjah, OK ,Prof, Dr, Sp.PD-KR,
Adat Perkawinan Mayarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur, Medan, USU Press, 2012
Mukhtar. Desain Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Misaka Galiza. 2003
Narbuko, Kholid dan Abu Ahmadi.
Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara. 2001
Nasution. Azas-azas Kurikulum,
Jakarta: Bumi Aksara. 1999
Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf, Cet. 3
Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2000
Poerbakawatja, Soegarda dan H. A.H
Harahap. Ensiklopedi Fendidikan, Jakarta: Gunung Agung. 1992
Poerwadarminto. Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. 1992
Quthb, Muhammad. Sistem Pendidikan
Islam, terj. Salman Harun Bandung: Ma’arif. 1993
Rahmawati, Siti Uriana. Perkembangan
Jiwa Keagamaan Anak dan Implikasinya pada Pendidikan, dalam Jurnal Pendidikan
Islam, volume 10, No.1. 2001
Ramayulis, dkk. Pendidikan Islam
dalam Rumah Tangga, Jakarta: Kalam Mulia. 2001
Razak, Nasruddin. Dienul Islam,
Bandung: Al-Ma'arif. 1993
Shihab, Quraish. Wawasan Al-Qur’an;
Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan. 2003
Sudarsono Etika tentang Kenakalan
Remaja, Jakarta: Rineka Cipta. Cet. I. 1999
Sudjana, Nana dan Ahmad Rifa’i.
Teknologi Fengajaran, Bandung: Sinar Baru Algesindo. 2003
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar, Cet. III. Bandung: Sinar Mandiri. 1991
Nana dan Ibrahim. Penelitian dan
Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru. 1999
Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak
Ibnu Miskawaih, Yogyakarta: Belukar. 2004
Sugiyono, Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta. 2006
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam
Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya. 1994
Tafsir. Moralitas Al-qur`an Dan
Tantangan Modernitas, Cet. 1 Yogyakarta: Gama Media
Thoha, Chabib. Kapita Selekta
Pendidikan Islam, Cet. I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1996
Tirtarahardja, Umar dan La Sula.
Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. 1998
Ulwan, Abdullah Nasih. Pendidikan
Anak menurut Islam; Kaidah-kaidah Dasar,terj. Khalilullah Ahmas Masjkur Hakim,
BandungI Remaja Rosdakarya. 1992
Undang-undang RI. Sistem Pendidikan
Nasional, Cet VII. Semarang: Aneka Ilmu. 2003
Wilis, Sofyan S. Problem Remaja dan
Pemecahannya, Bandung: Angkasa. 1994
Ya’qub, Hamzah. Etika Islam:
Pembinaan Akhlakul Karimah suatu Pengantar, Cet. IV. Bandung: Diponegara. 1993
Yaljan, Miqdad. Kecerdasan Moral;
Pendidikan Moral yang Terlupakan, terj. Tulus Musthofa, Sleman: Pustaka Fahima.
2003
Yunus, Mahmud. Pokok-pokok
Pendidikan dan Pengajaran, Cet. II. Jakarta: Hida Karya Agung. 1998
Yusuf, Muhammad Zein. Ahklak
Tasawuf, Semarang: Al Husna. 1993
Zaenuddin. Seluk Beluk Pendidikan
al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara. 1991
Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan
Islam, Cet. I. Jakarta: Bumi Aksara. 1995
[1]. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta
: Bumi Aksara, 2000), h. 1
[2]. Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta
; PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 51.
[3] Departemen Agama Republiik Indonesia, Al-Qur’an
dan Terjemahnya, (Semarang : PT. Kumudasmoro Grafindo, 1994), h. 428.
[4] Frederic J. Mc. Donald, Educational
Psychology, (San Francisco, Wadsworth Publishing Company Inc., 1959), h. 4.
[5]. Nelson B. Henry, Philosophies of
Education, (The United States of America : The University, 1962), h. 205.
[6] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), h. 15.
[7]. Rahmat Djatnika, Sistem Ethika Islami
(Akhlak Mulia), (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), h. 26.
[8]. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 5.
[9]. Elizabeth B. Hurlock, Child Development,Edisi
IV, (Kugllehisa, Mc. Grow Hill, 1978), h. 386.
[10]. Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin Juz III, (Beirut
: Dar Ihya al-Kutub al-Ilmiyah, t.th.), h. 58.
[11]. Muhammad Abul Quasem, Kamil, , Etika
Al-Ghazali, “Etika Majemuk Di Dalam Islam, terj. J. Muhyidin, (Bandung :
Pustaka, 1975), h. 81-82.
[12]. Raharjo, dkk., Pemikiran Pendidikan Islam,
Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, (Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), h. 63.
[13]. Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit.,
h. 670.
[14]. Ibid., h. 960.
[15]. Al Imam Ahmad bin Hambal, Musnad Juz II, (Beirut
: Darul Kutub al Ilmiyah, t.th.), h. 504.
[16]. Barnawy Umari, Materi Akhlak, (Sala :
Ramadhani, 1984), hlm. 2.
[17]. M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, (Jakarta
: Bulan Bintang, 1988), hlm. 11.
[18]. Chabib Thoha, Saifudin Zuhri, dkk., Metodologi
Pengajaran Agama, (Fakultas Tarbiyah,Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999),
h. 136.
[19]. Muhammad ‘Athiyyah Al-Abrasyi, Prinsip-Prinsip
Dasar Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2003), h. 114.
[20]. Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), terj.
K.H. Farid Ma’ruf, (Jakarta : Bulan Bintang, 1975), h. 6-7.
[21]. M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h. 352.
[22]. Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 148.
[23]. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an
dan Terjemahnya,(Semarang : PT. Kumudasmoro Grafindo, 1994), h. 862.
[24]. Ibid.,h. 128.
[25]. Ibid., h. 526.
[26]. Ibid., h. 132.
[27]. Ibid., h. 427.
[28]. M.Athiyah al-Abrasyi, Op.Cit., h. 136.
[29].Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an
dan Terjemahnya,(Semarang : PT. Kumudasmoro Grafindo, 1994), hlm. 157.
[30]. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an
dan Terjemahnya, (Semarang : PT. Kumudasmoro Grafindo, 1994), h. 192.
[31]. Khatib Ahmad Santhut, Daur al-Bait fi
Tarbiyah ath-Thifl al-Muslim, terj. Ibnu Burdah, “Menumbuhkan Sikap Sosial,
Moral dan Spiritual Anak dalam Keluarga Muslim, (Yogyakarta : Mitra Pustaka,
1998), h. 85-95.
[32]. Ahmad
D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif,
1989), h. 76-81.
[33].
Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 158.
[34]. Ibid.,h. 159-160.
[35]. Ibid., h. 155.
[36]. Imam Al-Ghazali, Pedoman Amaliah Ibadat,(Semarang
: CV.Wicaksana, 1989), h.113-117.
[38]. Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan
Terjemahnya,(Semarang : PT. Kumudasmoro Grafindo, 1994), h. 654.
[39]. Ibid.,h.. 655.
[40]. Ibid., h. 654.
[41]. Ibid.
[42]. Ibid.,h. 655.
[43]. Ibid., h. 951.
[44]. Baihaqi,A.K., Mendidik Anak dalam Kandungan Menurut
Ajaran Paedagogis Islami, (Jakarta : Darul Ulum Press, 2001), hlm. 12-13.
[45].Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an
dan Terjemahnya,(Semarang : PT. Kumudasmoro Grafindo, 1994), h. 250.
[46] . OK, Moehad Sjah, Adat
perkawinan masyarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur, ( USU Press, 2012) h. 56-79
[47]. Baihaqi, A.K., Pendidikan Anak dalam
Keluarga Bagi Anak Prenatal, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h.
29-50.
[48]. Ibid., h. 51-60.
[49]. Shodiq Ihsan, Keluarga Muslim Dalam
Masyarakat Modern, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1993), h.. 124-125.
[50]. Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak
Menurut Islam (Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak, (Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya, 1992), h. 53.
[55]. Ibid., h.. 70-71.
[56]. Jalaluddin,Mempersiapkan Anak Shaleh
(Telaah Pendidikan Terhadap Sunnah Rasul Allah SWT.), (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2000), h. 80.
[57]. Muhammad Ali Qutb, Sang Anak Dalam Naungan
Pendidikan Islam, (Bandung : Diponegoro, t.th), h. 41.
[58]. Abdullah Nashih Ulwan,Op.Cit., h. 84.
[59]. Ibid., h. 85.
[60]. Ibid., h. 86
[61]. Ibid., h. 94-95.
[62]. Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam
Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), h. 88.
[63]. Ibid., h. 88-89.
[65]. Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam
DalamKEluarga dan Sekolah, (Jakarta : CV. Ruhama, 1995), h. 82.
[67]. Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Sholeh, (Bandung
: Mizan, 1998), h. 23.
Tidak ada komentar: