MODEL KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA


MAKALAH

MODEL KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM KELUARGA



TUGAS MATA KULIAH
PENDIDIKAN AKHLAK/KARAKTER
Dosen
 Dr.H.ULIL AMRI SAFRI,LC,MA

OLEH

CHAIRUDDIN SIREGAR
AWALUDDIN
FIRDAUS
SYAMSUL HADI

PROGRAM DOKTOR PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS IBNU KHALDUN
BOGOR 2015

KATA  PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT  dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Model Konsep Pendidikan Akhlak dalam keluarga   dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Dr. H. Ulil Amri  Safri, LC, MA   selaku Dosen mata kuliah Pendidikan Akhlak/ Karakter  Universitas Ibn Khaldun Bogor yang telah memberikan bimbingannya kepada kami .


Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan  serta pengetahuan  kita mengenai  Model Konsep  Pendidikan  Akhlak dalam Keluarga . Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.


Semoga  makalah  ini  berguna  bagi  kami    dan  para  pembaca    sekalian, akhirnya  dengan segala kekurangan kami  dengan  menyusun sepuluh jari kami memohon  maaf  yang tiada terhingga.


Bogor, 21 April 2015

Wassalam, Kami  Penulis, Chairuddin, Siregar Awaluddin
Firdaus

Syamsul Hadi





DAFTAR

 I
S
I


KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
i

ii
BAB  I   PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1
B. Perumusan Masalah
2
C. Tujuan  Penulisan
2

BAB  II.  PEMBAHASAN

3
A. PENDIDIKAN AKHLAK
3
B. KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA
28
BAB III PENUTUP
77
DAFTAR  PUSTAKA
78


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak (berkarakter) mulia. Undang- Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menegaskan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (pasal 3). Dari rumusan ini terlihat bahwa pendidikan nasional mengemban misi yang tidak ringan, yakni membangun manusia yang utuh dan paripurna yang memiliki nilai-nilai karakter yang agung di samping juga harus memiliki keimanan dan ketakwaan. Karena itulah pendidikan menjadi agent of change yang harus mampu melakukan perbaikan karakter bangsa.
Untuk membangun manusia yang memiliki nilai-nilai karakter yang agung seperti dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional tersebut, dibutuhkan sistem pendidikan yang memiliki materi yang komprehensif (kaffah), serta ditopang oleh pengelolaan dan pelaksanaan yang benar. Terkait dengan ini pendidikan Islam memiliki tujuan yang seiring dengan tujuan pendidikan nasional. Secara umum pendidikan Islam mengemban misi utama memanusiakan manusia, yakni menjadikan manusia mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya sehingga berfungsi maksimal sesuai dengan aturan-aturan yang digariskan oleh Allah Swt. dan Rasulullah saw. yang pada akhirnya akan terwujud manusia yang utuh (insan kamil).
Dalam tulisan ini akan dikaji prinsip-dasar pendidikan Akhlak (karakter) yang didasarkan pada pendidikan Islam dimulai dari keluarga. Prinsip ini didasari oleh pandangan bahwa ruh (jiwa)  pendidikan Islam adalah pendidikan akhlak atau pendidikan karakter.
B. Permusan  Masalah
Dari   latar belakang diatas maka dapat dirumuskan sebagai  berikut :
1, Apa Pengertian Pendidikan Akhlak
2. Bagaimana Konsep Pendidikan Akhlak  dalam keluarga

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini  adalah  :
1. Untuk mengetahui Apa Pengertian Akhlak
2. Untuk mengetahui Apa  Pengertian Pendidikan Akhlak
3. Untuk mengetahui Model Konsep Pendidikan Akhlak dalam keluarga
BAB  II
PEMBAHASAN
A. PENDIDIKAN AKHLAK
1. PENGERTIAN PENDIDIKAN AKHLAK
Dalam pengertian pendidikan akhlak ini dijelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian pendidikan dan pengertian akhlak.
a. Pengertian Pendidikan                                                                                            
Secara etimologi, pengertian pendidikan yang diberikan oleh ahli. John Dewey, seperti yang dikutip oleh M. Arifin menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia dan manusia biasa.[1]
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang diarahkan untuk mematangkan potensi fitrah manusia, agar setelah tercapai kematangan itu, ia mampun memerankan diri sesuai dengan amarah yang disandangnya, serta mampu mempertanggung jawabkan pelaksanaan kepada Sang Pencipta. Kematangan di sini dimaksudkan sebagai gambaran dari tingkat perkembangan optimal yang dicapai oleh setiap potensi fitrah manusia.[2]
Dalam Islam, pada mulanya pendidikan disebut dengan kata “ta’dib”. Kata unsur-unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Akhirnya, dalam perkembangan kata-kata “ta’dib” sebagai istilah pendidikan hilang dari peredarannya, sehingga para ahli didik Islam bertemu dengan istilah at tarbiyah atau tarbiyah, sehingga sering disebut tarbiyah. Sebenarnya kata ini asal katanya adalah dari “Rabba-Yurobbi-Tarbiyatan” yang artinya tumbuh dan berkembang.
Walaupun dalam Al-Qur’an tidak menyebutkan secara jelas tentang definisi pendidikan, namun dari beberapa ayat dapat ditemukan indikasi ke arah pendidian, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. 17/Al-Isra : 24 :
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَياَّنِيْ صَغِيْرًا.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah “Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka mendidik aku waktu kecil”. (Q.S. al-Isra : 24)[3][4]
Berdasarkan ayat tersebut dapat diambil pengertian bahwa al-Tarbiyah adalah proses pengasuhan pada fese permulaan pertumbuhan manusia, karena anak sejak dilahirkan di dunia dalam keadaan tidak tahu apa-apa, tetapi ia sudah dibekali Allah SWT berupa potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. Maka pendidikan anak sangat penting mengingat untuk kelangsungan perkembangannya menuju ke tahap selanjutnya.
Menurut Frederic J. Mc. Donald, dalam bukunya Educational Psychology, mengungkapkan bahwa education in the sense used here, is a process or an activity which is directed at producting desirable changes in the behaviour of human beings. Pendidikan dalam pengertian yang digunakan di sini adalah sebuah proses atau aktivitas yang menunjukkan pada proses perubahan yang diinginkan di dalam tingkah laku manusia.[4]
Menurut Nelson B. Henry, education is the process by which those powers (abilities, capacities) of the man that are susceptible to habituation are perfected by good habits.[5] Artinya, pendidikan adalah merupakan suatu proses di mana kemampuan seseorang dapat terpengaruh oleh kebiasaan yang berupa kebiasaan yang baik.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan, baik jasmani maupun rohani, melalui penanaman nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik serta menghasilkan perubahan ke arah positif yang nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku, berpikir dan berbudi pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang berakhlak mulia.
b. Pengertian Akhlak
Pengertian akhlak secara etimologi dapat diartikan sebagai budi pekerti, watak dan tabiat.[6] Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun (خلق) yang menurut lughot diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Menurut Rahmat Djatnika, bahwa pengertian akhlak dapat dibedakan menjadi dua macam, di antaranya menurut etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab (ا خلا ق) bentuk jamak dari mufrodnya khuluq (خلق), yang berarti budi pekerti. Sinonimnya adalah etika dan moral. Etika berasal dari bahasa Latin, etos yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari bahasa Latin juga, mores yang juga berarti kebiasaan. Sedangkan menurut terminolog, kata budi pekerti terdiri dari kata “budi” dan “pekerti”. Budi adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio yang disebut karakter. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati yang disebut dengan behaviour. Jadi, budi pekerti merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.[7]
Menurut Abuddin Nata, akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mendalam dan tanpa pemikiran, namun perbuatan itu telah mendarah daging dan melekat dalam jiwa, sehingga saat melakukan perbuatan tidak lagi memerlukan pertimbangan dan pemikiran.[8]
Menurut Elizabeth B. Hurlock, behaviour which may be called “true morality” not only conforms to social standarts but also is carried out voluntarily, it comes with the transition from external to internal authority and consist of conduct regulated from within.[9] Artinya, bahwa tingkah laku boleh dikatakan sebagai moralitas yang sebenarnya itu bukan hanya sesuai dengan standar masyarakat, tetapi juga dilaksanakan dengan suka rela, tingkah laku it terjadi melalui transisi dari kekuatan yang ada di luar (diri) dan ke dalam (diri) dan ada ketetapan hati dalam melakukan (bertindak) yang diatur dalam diri.
Imam Al-Ghazali mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut :
الخلق عبارة عن هيئة فى النفس را سخة عنها تصدر الافعال بسهولة ويسر من غير حاجة إلى فكر ورويّة عقلا وسرعا. [10]
Bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (terlebih dahulu).
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa hakikat akhlak menurut al-Ghazali mencakup dua syarat. Pertama, perbuatan itu harus konstan, yaitu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga dapat menjadi kebiasaan. Kedua, perbuatan itu harus tumbuh dengan mudah tanpa pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan dari orang lain atau bahkan pengaruh-pengaruh dan bujukan yang indah dan sebagainya.
Menurutnya juga, bahwa akhlak bukanlah pengetahuan (ma’rifah) tentang baik dan jahat, maupun kodrat (qudrah) untuk baik dan buruk, bukan pula pengamalan (fi’l) yang baik dan jelek, melainkan suatu keadaan jiwa yang mantap (hay’arasikha fi-n-nafs).[11]
Akhlak adalah suatu istilah yang sering digunakan oleh Al-Ghazali. Jadi, kerap kali kita temukan pernyataan, seperti ‘akhlak kedermawanan” dan “akhlak-akhlak tercela”. Dapat dipahami bahwa dalam etika Al-Ghazali, suatu amal lahiriyah tak dapat secara tegas disebut baik dan buruk. Maka ketulusan seseorang mungkin dipandang sebagai suatu kebaikan, tetapi jual belinya yang jujur atau tidak. Namun, suatu suatu amal dapat dikatakan suatu amal shaleh atau amal jahat.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa akhlak adalah suatu sikap atau kehendak manusia disertai dengan niat yang tentram dalam jiwa yang berlandaskan al-Qur’an dan al-Hadits yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan atau kebiasaan-kebiasaan secara mudah tanpa memerlukan pembimbingan terlebih dahulu. Jiwa kehendak jiwa itu menimbulkan perbuatan-perbuatan dan kebiasaan-kebiasaan yang bagus, maka disebut dengan akhlak yang terpuji. Begitu pula sebaliknya, jika menimbulkan perbuatan-perbuatan dan kebiasaan-kebiasaan yang jelek, maka disebut dengan akhlak yang tercela.
c. Pengertian Pendidikan Akhlak
Setelah dijelaskan secara terpisah mengenai pengertian pendidikan dn pengertian akhlak, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa analisa sampai ia menjadi seorang mukallaf, seseorang yang telah siap mengarungi lautan kehidupan. Ia tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu kuat, ingat bersandar, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, maka ia akan memiliki potensi dan respon yang instingtif di dalam menerima setiap keutamaan dan kemuliaan. Di samping terbiasa melakukan akhlak mulia.[12]
Atau suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan, baik jasmani maupun rohani, melalui penanaman nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik serta menghasilkan perubahan ke arah positif, yang nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku, berpikir dan berbudi pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang berakhlak mulia, di mana dapat menghasilkan perbuatan atau pengalaman dengan mudah tanpa harus direnungkan dan disengaja atau tanpa adanya pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan dari orang lain atau bahkan pengaruh-pengaruh yang indah dan pebuatan itu harus konstan (stabil) dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sering sehingga dapat menjadi kebiasaan.
2. DASAR-DASAR DAN TUJUAN PENDIDIKAN AKHLAK
a. Dasar-Dasar Pendidikan Akhlak
Dasar pendidikan akhlak adalah al-Qur’an dan al-Hadits, karena akhlak merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam. Al-Qur’an dan al-Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam menjelaskan kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan. Al-Qur’an sebagai dasar akhlak menjelaskan tentang kebaikan Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia. maka selaku umat Islam sebagai penganut Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. 33/Al-Ahzab : 21 :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فىِْ رَسُوْلِ اللهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوْا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلا خِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. al-Ahzab : 21)[13]
Berdasarkan ayat tersebut di atas dijelaskan bahwasannya terdapat suri teladan yang baik, yaitu dalam diri Rasulullah SAW yang telah dibekali akhlak yang mulia dan luhur. Selanjutnya juga dalam Q.S. 68/Al-Qalam : 4 :
وَاِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيْمٍ. (القلم : 4)
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Q.S. al-Qalam : 4)[14]
Bahwasannya Nabi Muhammad SAW dalam ayat tersebut dinilai sebagai seseorang yang berakhlak agung (mulia).
Di dalam hadits juga disebutkan tentang betapa pentingnya akhlak di dalam kehidupan manusia. Bahkan diutusnya rasul adalah dalam rangka menyempurnakan akhlak yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, bahwa :
عن عبد الله حد ثي أبى سعيدبن منصور قال : حدثنا عيد العزيز ين محمد عن محمد بن عجلا عن القعقاع بن حكم عن أبي صالح عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صا.م : انما بعثت لأ تمم صالح الاخلاق.(رواه احمد) [15]
Dari Abdullah menceritakan Abi Said bin Mansur berkata : menceritakan Abdul Aziz bin Muhammad dari Muhammad bin ‘Ijlan dari Qo’qo’ bin Hakim dari Abi Shalih dari Abi Hurairoh berkata Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (H.R.Ahmad)
Berdasarkan hadits tersebut di atas memberikan pengertian tentang pentingnya pendidikan akhlak dalam kehidupan manusia, di mana dengan pendidikan akhlak yang diberikan dan disampaikan kepada manusia tentunya akan menghasilkan orang-orang yang bermoral, laki-laki maupun perempuan, memiliki jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, mengetahui arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak manusia, mengetahui perbedaan buruk dan baik, memilih satu fadhilah karena cinta pada fadhilah, menghindari suatu perbuatan yang tercela dan mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan.
b. Tujuan Pendidikan Akhlak
Tujuan pokok dari pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan pembentukan jiwa. Pendidikan yang diberikan kepada anak didik haruslah mengandung pelajaran-pelajaran akhlak. Setiap pendidik haruslah memikirkan akhlak dan memikirkan akhlak keagamaan sebelum yang lain-lainnya karena akhlak keagamaan adalah akhlak yang tertinggi, sedangkan akhlak yang mulia itu adalah tiang dari pendidikan Islam.
Dalam tujuan pendidikan akhlak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1) Tujuan Umum
Menurut Barnawy Umari, bahwa tujuan pendidikan akhlak secara umum meliputi :
a) Supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji serta menghindari yang buruk, jelek, hina dan tercela.
b) Supaya perhubungan kita dengan Allah SWT dan dengan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.[16]
Menurut Ali Hasan bahwa tujuan pokok akhlak adalah agar setiap orang berbudi (berakhlak), bertingkah laku (tabiat) berperangai atau beradat istiadat yang baik atau yang sesuai dengan ajaran Islam.[17]
2) Tujuan Khusus
Adapun secara spesifik pendidikan akhlak bertujuan :
a) Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia da beradat kebiasaan yang baik
b) Memantapkan rasa keagamaan pada siswa, membiasakan diri berpegang pada akhlak mulia dan membenci akhlak yang rendah.
c) Membiasakan siswa bersikap rela, optimis, percaya diri, emosi, tahan menderita dan sabar.
d) Membimbing siswa ke arah dikap yang sehat dan dapat membantu mereka berinteraksi sosial yang baik, mencintai kebaikan untuk orang lain, suka menolong, sayang kepada yang lemah, dan menghargai orang lain.
e) Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara dan bergaul baik di sekolah maupun di luar sekolah.
f) Selalu tekun beribaah dan mendekatkan diri kepada Allah dan bermuamalah yang baik.[18]
Adapun menurut Muhammad ‘Athiyyah Al-Abrasyi menjelaskan tujuan dari pendidikan moral dan akhlak dalam Islam adalah membentuk orang-orang yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam bicara dan mulia dalam bertingkah laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. Jiwa dari pendidikan Islam adalah pendidikan moral dan akhlak.[19]
Dijelaskan juga menurut Ahmad Amin, bahwasannya tujuan pendidikan akhlak (etika) bukan hanya mengetahui pandangan atau teori, bahkan setengah dari tujuan itu adalah mempengaruhi dan mendorong kehendak kita supaya membentuk hidup suci dan menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan dan memberi faedah kepada sesama manusia. maka etika itu adalah mendorong kehendak agar berbuat baik, akan tetapi ia tidak selalu berhasil kalau tidak ditaati oleh kesucian manusia.[20]
3. RUANG LINGKUP PENDIDIKAN AKHLAK
Muhammad Daud Ali menyatakan bahwa dalam garis besarnya akhlak terbagi dalam dua bagian, pertama adalah akhlak terhadap Allah/Khaliq (pencipta) dan kedua adalah akhlak terhadap makhluknya (semua ciptaan Allah).[21] Dan ruang lingkup pendidikan akhlak, di antaranya adalah :
a. Akhlak Terhadap Allah SWT
Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap/perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan yang Khaliq.
Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah :
1) Karena Allah yang telah menciptakan manusia dan menciptakan manusia di air yang ditumpahkan keluar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk. (Q.S. al-Thariq : 5-7). Dalam ayat lain, Allah menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah yang kemudian diproses menjadi benih yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim) setelah ia menjadi segumpal darah, daging, dijadikan tulang dan dibalut dengan daging, dan selanjutnya diberikan ruh. (Q.S. Al-Mu’minun : 12-13)
2) Karena Allah lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal, pikiran dan hati sanubari. Di samping anggota badan yang kokoh dan sempurna pada manusia.
3) Karena Allah lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang dan ternak dan lain sebagainya. (Q.S.al Jatsiah : 12-13)
4) Allah lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan untuk menguasai daratan dan lautan. (Q.S. al-Isra’ : 70)[22]
Dalam berakhlak kepada Allah SWT., manusia mempunyai banyak cara, di antaranya dengan taat dan tawadduk kepada Allah, karena Allah SWT menciptakan manusia untuk berakhlak kepada-Nya dengan cara menyembah kepada-Nya, sebagaimana fiman Allah SWT dalam Q.S. 51/Adz-Dzariyat : 56 :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلاِنْسَ اِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ.
Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia,melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku. (Q.S. adz-Dzariyat : 56)[23]
Ada dua dimensi dalam berakhlak kepada Allah SWT :
1. Akhlak kepada Allah karena bentuk ketaatan (kewajiban kepada Allah)
Perintah untuk taat kepada Allah ditegaskan dalam firman-Nya yaitu dalam Q.S. 4/An-Nisaa : 59 :
يا اَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا اَطِيْعُوْ اللهَ وَاَطِيْعُوْ الرَّسُوْلَ وَاُولىِ اْلاَمْرِ مِنْكُمْ ج فَاِنْ تَنزَعْتُمْ فىِ شَئٍ فَرُدُّوْهُ اِلىَ اللهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْ مِنُوْنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلاخِرِ ط ذلِكَ خَيْرٌ وَاَحْسَنُ تَأْوِيْلاً.
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri di antara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.(Q.S. An-Nisaa : 59)[24]
Akhlak kepada Allah adalah taat dan cinta kepada-Nya, mentaati Allah berarti melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya,di antaranya melaksanakan shalat wajib lima waktu.
2. Akhlak kepada Allah karena bentuk tawadduk kepada Allah (keikhlasan dalam melaksanakan perintah-Nya). Tawadduk adalah sikap merendahkan diri terhadap ketentuan-ketentuan Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. 23/Al-Mukminun : 1-7 :
قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ. اَلَّذِيْنَ فِىْ صَلاَتِهِمْ خشِعُوْنَ. وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنِ الَّلغْوِمُعْرِضُوْنَ. وَالَّذِيْنَ هُمْ لِلزَّكوةِ فعِلُوْنَ. وَالَّذِيْنَ هُمْ لِفُرُجِهِمْ حفِظُوْنَ. اِلاَّعَلىاَزْوجِهِمْ اَوْمَامَلَكَتْ اَيْمنُهُمْ فَاِنَّهُمْ غَيْرُمَلُوْمِيْنَ.
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki. Maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. (Q.S. al-Mukminun : 1-7)[25]
Untuk menumbuhkan sikap tawadduk, manusia harus menyadari asal kejadiannya, menyadari bahwa hidup di dunia ini terbatas, memahami ajaran Islam, menghindari sikap sombong, menjadi orang yang pemaaf, ikhlas, bersyukur, sabar dan sebagainya.
b. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Akhlak terhadap sesama manusia,antara lain meliputi akhlak terhadap Rasul, orang tua (ayah dan ibu), guru, tetangga dan masyarakat.
1) Akhlak terhadap Rasulullah
Akhlak karimah kepada Rasulullah adalah taat dan cinta kepadanya, mentaati Rasulullah berarti melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Ini semua telah dituangkan dalam hadits (sunnah) beliau yang berwujud ucapan, perbuatan dan penetapannya. Dan sebagaimana firman Allah SWT dalamQ.S. 4/An-Nisaa : 80 :
مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ اَطَاعَ اللهَ وَمَنْ تَوَ لىّ فَمَا اَرْسَلْنكَ عَلَيْهِمْ حَفِيْظًا.
Barangsiapa yang menaati Rasul, sesungguhnya ia telah menaati Allah, dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan), maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. (Q.S.an-Nisaa : 80)[26]
2) Akhlak terhadap orang tua (ayah dan ibu)
Wajib bagi umat Islam untuk menghormati kedua orang tuanya, yaitu dengan berbakti, mentaati perintahnya dan berbuat baik kepada keluarganya, di antaranya :
a) Berbicara dengan perkataan yang baik. Firman Allah SWT dalam Q.S. 17/Al-Isra : 23 :
وَقَض رَبُّكَ اَلاَّتَعْبُدُوْا اِلاّ اِيَّاهُ وَبِالْولِدَيْنِ اِحْسنًاط اِمَّايَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَاَحَدُهُمَا اَوْكِلاَهُمَا فَلاَتَقُلْ لَّهُمَا اُفٍّ وَّلاَ تَنْهَرْ هُمَاوَقُلْ لَّهُمَا قَوْلاًكَرِيْمًا.
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya berumur lanjut dalam pemeliharanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada kaduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataanm yang mulia. (Q.S. al-Isra’ : 23)[27]
b) Membantu orang tua (ayah dan ibu)
3) Akhlak terhadap guru
Akhlakul karimah kepada guru di antaranya dengan menghormatinya, berlaku sopan di hadapannya, mematuhi perintah-perintahnya, baik itu di hadapannya ataupun di belakangnya, karena guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang murid, yaitu yang memberi santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak dan membenarkannya.
Penyair Syauki telah mengakui pula nilainya seorang guru dengan kata-katanya sebagai berikut :
قُمْ لِلْمُعَلِّمِ وَفِّهِ التَّبْجِيْلاَ # كَادَالْمُعَلِّمُ اَنْ يَكُوْنَ رَسُوْلاً. [28]
Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan seorang Rasul.
4) Akhlak terhadap tetangga dan masyarakat
Pentingnya akhlak tidak terbatas pada perorangan saja, tetapi penting untuk bertetangga, masyarakat, umat dan kemanusiaan seluruhnya. Di antaranya akhlak terhadap tetangga dan masyarakat adalah saling tolong menolong, saling menghormati, persaudaraan, pemurah, penyantun, menepati janji, berkata sopan dan berlaku adil. Allah SWT berfiman dalam al-Qur’an Q.S. 5/Al-Maaidah : 2 :
وَتَعَاوَنُوْاعَلَىالْبِرِّ وَالتَّقْوَىصوَلاَتَعَاوَنُوْا عَلَى اْلاِثْمِ وَالْعُدْوانِص وَاتَّقُوا اللهَ ط اِنَّ اللهَ شَدِيْدُالْعِقَابِ.
Dan tolonglah menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah,sesungguhnya Allah amat berat siksanya. (Q.S. Al-Maaidah : 2)[29]
c. Akhlak Terhadap Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tidak bernyawa. Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tidak bernyawa semuanya diciptakan oleh SWT., dan menjadi milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang seharusnya diperlakukan secara wajar dan baik, seperti firman Allah SWT dalam Q.S. 6/Al-An’aam : 38 :
وَمَامِنْ دَآ بَّةٍ فىِ اْلاَرْضِ ولاَ طَئِرٍ يَّطِيْرُ بِجَنَا حَيْهِ اِلاَّ اُمَمٌ اَمْثَالُكُمْ ط مَافَرَطْنَا فىِ الْكِتبِ مِن شَيْئٍ ثُمَّ اِلى رَبِّهِمْ يُحْشَرُوْنَ.
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.(Q.S. Al-An’aam : 38)[30]
4. METODE PENDIDIKAN AKHLAK
Dalam buku Daur al-Bait fi Tarbiyah ath-Thifl al-Muslim, karangan Khatib Ahmad Santhut yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, membagi metode pendidikan moral/akhlak ke dalam 5 bagian, di antaranya adalah :[31]
a. Keteladanan
Metode ini merupakan metode terbaik dalam pendidikan akhlak. Keteladanan selalu menuntut sikap yang konsisten serta kontinyu, baik dalam perbuatan maupun budi pekerti yang luhur.
b. Dengan memberikan tuntunan
Yang dimaksud di sini adalah dengan memberikan hukuman atas perbuatan anak atau perbuatan orang lain yang berlangsung di hadapannya, baik itu perbuatan terpuji atau tidak terpuji menurut pandangan al-Qur’an dan Sunnah.
c. Dengan kisah-kisah sejarah
Islam memperhatikan kecenderungan alami manusia untuk mendengarkan kisah-kisah sejarah. Di antaranya adalah kisah-kisah para Nabi, kisah orang yang durhaka terhadap risalah kenabian serta balasan yang ditimpakan kepada mereka. al-Qur’an telah menggunakan kisah untuk segala aspek pendidikan termasuk juga pendidikan akhlak.
d. Memberikan dorongan dan menanamkan rasa takut (pada Allah)
Tuntunan yang disertai motivasi dan menakut-nakuti yang disandarkan pada keteladanan yang baik mendorong anak untuk menyerap perbuatan-perbuatan terpuji, bahkan akan menjadi perwatakannya.
e. Memupuk hati nurani
Pendidikan akhlak tidak dapat mencapai sasarannya tanpa disertai pemupukan hati nurani yang merupakan kekuatan dari dalam manusia, yang dapat menilai baik buruk suatu perbuatan. Bila hati nurani merasakan senang terhadap perbuatan tersebut, dia akan merespon dengan baik, bila hati nurani merasakan sakit dan menyesal terhadap suatu perbuatan, ia pun akan merespon dengan buruk.
Menurut Ahmad D. Marimba, ada 3 metode dalam pendidikan akhlak, yaitu :[32]
a. Dengan pembiasaan
Tujuannya adalah agar cara-cara yang dilakukan dengan tepat, terutama membentuk aspek kejasmanian dari kepribadian atau memberi kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu.
b. Dengan pembentukan pengertian, minat dan sikap
Dengan diberikan pengetahuan dan pengertian
c. Pembentukan kerohanian yang luhur
5. MATERI PENDIDIKAN AKHLAK
Mengenai materi akhlak dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, di antaranya yaitu :
a. Akhlak Mahmudah
Menurut Al-Ghazali, berakhlak mulia dan terpuji artinya “menghilangkan semua adat kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam agama Islam serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik, melakukannya dan mencintainya.[33]
Akhlak yang terpuji dibagi menjadi dua bagian, yaitu :[34]
1) Taat Lahir
Taat lahir berarti melakukan seluruh amal ibadah yang diwajibkan Tuhan, termasuk berbuat baik kepada sesama manusia dan lingkungan dan dikerjakan oleh anggota lahir. Beberapa perbuatan yang dikategorikan taat lahir adalah :
a) Tobat
Menurut para sufi adalah fase awal perjalanan menuju Allah (taqarrub ila Allah). Tobat dikategorikan taat lahir dilihat dari sikap dan tingkah laku seseorang. Namun, sifat penyesalannya merupakan taat batin.
b) Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar
Yaitu perbuatan yang dilakukan kepda manusia untuk menjalankan kebaikan dan meninggalkan kemaksiatan.
c) Syukur
Yaitu berterima kasih pada nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia dan seluruh makhluk-Nya.
2) Taat Batin
Taat batin adalah segala sifat yangbaik, yang terpuji yang dilakukan oleh anggota batin (hati). Beberapa perbuatan yang dikategorikan taat batin adalah :
a) Tawakal
Yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi, menanti atau menunggu hasil pekerjaan.
b) Sabar
Dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu sabar dalam beribadah, sabar ketika dilanda malapetaka, sabar terhadap kehidupan dunia, sabar terhadap maksiat, sabar dalam perjuangan.
c) Qanaah
Yaitu merasa cukup dan rela dengan pemberian yang dianugerahkan oleh Allah.
b. Akhlak madzmumah
Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak madzmumah atau akhlak tercela ini dikenal dengan sifat-sifat muhlikat, yakni segala tingkah laku manusia yang dapat membawanya kepada kebinasaan dan kehancuran diri, yang bertentangan dengan fitrahnya untuk selalu mengarah kepada kebaikan.
Pada dasarnya, sifat dan perbiatan yang tercela dibagi menjadi dua bagian, yaitu :[35]
1) Maksiat Lahir
Yaitu pelanggaran oleh orang yang berakal baligh (mukallaf), karena melakukan perbuatan yang dilarang dan meninggalkan pekerjaan yang diwajibkan oleh syariat Islam. Maksiat lahir dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
a) Maksiat mata
Seperti melihat aurat wanita yang bukan muhrimnya, melihat aurat laki-laki yang muhrimnya, melihat orang lain dengan gaya menghina dan melihat kemungkaran tanpa beramar ma’ruf nahi mungkar.
b) Maksiat telinga
Seperti mendengarkan pembicaraan orang lain, mendengarkan orang yang sedang mengumpat, mendengarkan orang yang sedang namimah, mendengarkan nyanyian-nyanyian atau bunyi-bunyian yang dapat melalaikan ibadah kepada Allah SWT, mendengarkan umpatan, caci maki, perkataan kotor dan ucapan-ucapan yang jahat.
c) Maksiat lisan
Seperti berkata-kata yang tidak bermanfaat, berlebih-lebihan dalam percakapan, berbicara hal yang batil, berkata kotor, mencaci maki atau mengucapkan kata laknat, baik kepada manusia, binatang, maupun kepada benda-benda lainnya, menghina, menertawakan, atau merendahkan orang lain, berkata dusta, dan lain sebagainya.
d) Maksiat perut
Seperti memasukkan makanan yang haram dan syubhat, kekenyangan, makan dari harta milik orang lain yang belum jelas (yang diambil dari harta wakaf tanpa ada ketentuan untuk itu dari orang yang memberikan wakaf)
e) Maksiat farji (kemaluan)
Seperti tidak menjaga auratnya (kehormatan) dengan melakukan perbuatan yang haram, dan tidak menjaga kemaluannya.
f) Maksiat tangan
Seperti menggunakan tangan untuk mencuri, merampok, mencopet, merampas, mengurangi timbangan, memukul sesama kaum muslim dan menulis sesuatu yang diharamkan membacanya.
g) Maksiat kaki
Seperti jugalah kaki jangan sampai ke tempat-tempat yang haraf. Hendaklah dijaga dan dipelihara dari segala macam langkah yang salah dan janganlah dipakai untuk berjalan menuju ke tempat raja yang dzalim itu tanpa alasan yang sah akan mendorong terjadinya kemaksiatan yang besar.[36]
2) Maksiat batin
Beberapa contoh penyakit batin (akhlak tercela) adalah :[37]
a) Marah (ghadab)
Dapat dikatakan seperti nyala api yang terpendam di dalam hati, sebagai salah satu hasil godaan setan pada manusia.
b) Dongkol (hiqd)
Perasaan jengkel yang ada di dalam hati, atau buah dari kemasahan yang tidak tersalurkan.
c) Dengki (hasad)
Penyakit hati yang ditimbulkan kebencian, iri, dan ambisi.
d) Sombong (takabur)
Perasaan yang terdapat di dalam hati seseorang, bahwa dirinya hebat dan mempunyai kelebihan.

B. KONSEP PENDIDIKAN  AKHLAK DALAM KELUARGA

Di dalam Al-Qur’an telah ada dasar-dasar pendidikan akhlak anak yang jelas mengenai pendidikan akhlak pada anak-anak yang terdapat di dalam surat Luqman :
1. Akhlak kepada Allah SWT terdapat Q..S. 31/Luqman : 13 :
وَاِذْقَالَ لُقْمنَ لاِبْنِه وَهُوَبَعِظُه يبُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ ط إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ.
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar. (Q.S. Luqman : 13)[38] Berdasarkan ayat tersebut di atas mengisyaratkan bagaimana seharusnya para orang tua mendidik anaknya untuk mengesakan penciptanya dan memegang prinsip tauhid dengan tidak menyekutukan Tuhannya, kemudian anak-anak hendaklah diajarkan untuk mengerjakan shalat, sehingga terbentuk manusia yang senantiasa mengingat dan kontak dengan penciptanya, seperti disebutkan dalam Q.S. 31/Luqman : 17 :
يبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلى مَا اَصَابَكَ ط اِنَّ ذلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلاُمُوْرِ.
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Q.S. Luqman : 17)[39]
2. Akhlak Kepada Orang Tua
Dalam Q.S. 31/Luqman : 14
وَوَ صَّيْنَا اْلاِنْسنَ بِولِدَيْهِ. حَمَلَتْهُ اُمُّه وَهْنًا عَلى وَهْنٍ وَّفِصلُهُ فِى عَا مَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لىِ وَلِولِدَيْكَ ط اِلَىَّ الْمَصِيْرُ.
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman : 14)[40]
 Berdasarkan ayat di atas menjelaskan bahwasannya Islam mendidik anak-anak selalu berbuat baik terhadap orang tua sebagai rasa berterima kasih atas perhatian, kasih sayang dan semua yang telah mereka lakukan untuk anaknya. Bahkan perintah untuk bersyukur kepada Allah.
3. Akhlak Kepada Diri Sendiri
Dalam Q.S. 31/Luqman : 19 :
وَاقْصِدْ فىِْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْ تِكَط اِنَّ اَنْكَرَ اْلاَ صْوتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ.
Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai. (Q.S. Luqman : 14)[41]
Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwasannya dilarang berjalan dengan congkak dan Allah SWT memerintahkan untuk sederhana dalam berjalan, dengan tidak menghempaskan tenaga dalam bergaya, tidak melenggak lenggok, tidak memanjangkan leher karena angkuh, akan tetapi berjalan dengan sederhana, langkah sopan dan tegap, memelankan suara adalah budi yang luhur. Percaya diri dan tenang karena berbicara jujur. Suara lantang dalam berbicara adalah termasuk perangai yang buruk.
4. Akhlak Kepada Orang Lain
Dalam Q.S. 31/Luqman : 18 :
وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ الِنَّاِس وَلاَ تَمْشِ فِى اْلاَرْضِ مَرَحًاط اِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلُّ مُخْتَالٍ فَحُوْرٍ.
Dan jangnalah kamu memalingkan mukamu dan manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.S. Luqman : 18)[42]
Kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat, anak-anak haruslah dididik untuk tidak bersikap acuh terhadap sesama, sombong atas mereka dan berjalan di muka dan menghargai orang lain, karena bersikap acuh tak acuh tidak disukai oleh Allah dan dibenci manusia.
Demikianlah, Allah memberikan contoh kongkrit dalam mendidik akhlak anak-anak, di mana jika setiap orang tua dapat melaksanakan dengan baik dan benar, maka anak-anak mereka akan tumbuh menjadi manusia yang berakhlak mulia dan luhur.
Dalam pendidikan akhlak bagi anak ini, terbagi dalam beberapa periode, diantaranya :

1. Pendidikan Anak Prenatal (Pendidikan Anak Dalam Kandungan)
Pendidikan anak prenatal merupakan hal yang sangat urgen diketahui, dipahami dan diamalkan oleh setiap orang tua. Dalil Islami tentang hukum wajib atas orang tua untuk mendidik anak dalam kandungan adalah dalil yang sama dengan hukum wajib mendidik anak secara umum karena anak dalam kandungan adalah anak mereka yang belum lahir.
Anak adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang hadir di tengah keluarga atas dasar fitrah. Mereka menjadi sumber kebahagiaan keluarga yang harus dijaga dan dipertahankan kesuciannya oleh kadua orang tuanya dan seluruh anggota keluarga lainnya, guna kelestarian pertumbuhan kepribadian mereka secara totalitas. Berkenaan dengan kewajiban memelihara dan mendidik tersebut terdapat dalam Q.S. 66/At-Tahrim ayat 6 :
يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا قُوْا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُوْهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَّ يَعْصُوْنَ اللهَ مَا اَمَرَ هُمْ وَيَفْعَلُوْنَ ماَ يُؤْ مَرُوْنَ.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. AT-Tahrim : 6)[43]
Berdasarkan ayat tersebut,Allah SWT memerintahkan kepada segenap manusia yang beriman, agar memelihara dirinya dan keluarganya dengan penuh tanggung jawab agar terhindar dari bahaya dunia dan akhirat. Terutama pada anak-anak yang membutuhkan orang tua dalam pendidikan dan masa depannya kelak.
Pendidikan anak dalam kandungan menurut Islam adalah usaha sadar dari pihak orang tua (Ayah dan ibu) untukmendidik anak mereka yang masih dalam perut ibunya dengan cara mengikuti petunjuk Islam mengenai pendidikan, khususnya pendidikan anak dalam kandungan.[44]
Pendidikan anak secara aktif menurut ajaran paedagogis Islami harus dimulai sejak masa diketahui bahwa anak tersebut sudah ada di dalam kandungan istri (prenatal). Dengan kata lain, pendidikan anak secara aktif sudah harus dimulai sejak masa ia di dalam kandungan dengan cara atau teknik pendidikan yang Islami.
Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa roh (nyawa) yang ditiupkan malaikat berdasarkan izin dan perintah Allah yang lantas memberi hidup kepada anak di dalam kandungan, sudah memiliki daya kognitif tinggi. Hal ini dijelaskan Allah seperti terlihat dalam Q.S. 7/Al-A’raaf ayat 172 :
وَاِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِيْى ادَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَ هُمْ عَلى اَنْفُسِهِمْ ج أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ط قَالُوْا بَلَى ج شَهِدْنَا ج أَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هذَا غَافِلِيْنَ.
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap nyawa (ruh) mereka (seraya berfirman) : “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka menjawab : “Betul, (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan : “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). (Q.S. Al-A’raaf : 172) [45]
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwasannya ruh (nyawa) itulah tentu saja bersama jasmani yang ditempatinya yang sesungguhnya memberi respon kepada setiap stimulus tersebut. Roh tersebut meskipun sudah terdimensi tetap bersikap responsif, sebab manusia tanpa roh adalah bangkai yang tidak berdaya, tidak berakal fikir. Dengan demikian jelas bahwa anak di dalam kandungan sudah bisa dididik.
Menurut OK Moehad Sjah  bahwa  untuk melakukan pendidikan  anak  prenatal  dimulai  sejak  menentukan calon  pasangan  bagi   yang akan melaksanakan  pernikahan sesuai  dengan tugas dan kewajiban orang tua  dalam  tanggung jawabnya  maka  saat melakukan  khitbah atau peminangan  menurut  adat  resam  suku Melayu Sumatera  Timur  maka utusan   dari keluarga   laki – laki yang melamar akan menyampaikan   ungkapan kata  kepada  keluarga pihak perempuan  yang  akan dilamar   sebagai  berikut  : [46]
A.    “TEGUR SAPA 
Penyambutan Keluarga  Wanita

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahil  lazi  Akhraja bihikmatihi  jami’il maujudat
Shallallahu wasallama  ala nabiyyihi Muhammadin Abdihi Warasulihi sayyidus sa’adah
Amma Ba’du

Tuan dan puan serta   bapak dan ibu yang  kami hormati
Para ‘alim ‘ulama’  serta guru – guru yang kami hormati
Sanak saudara  yang kami kasihi
Seluruh hadirin wal hadirat  yang  kami muliakan
Assalamu’alaikum Warahmatullahi  wabarakatuh

Hari ini  adalah suatu  hari yang sangat berkesan dan menggembirakan hati kami seisi rumah, karena  kedatangan tamu – tamu budiman. Ini  adalah  suatu penghormatan besar bagi kami. Hanya saja penyambutan serta perlengkapan kami yang kurang sempurna, menurut adat kebiasaan lama  orang – orang tua  terdahulu,

Maka tidaklah salah kami katakan  bahwa yang tuan dan puan datangi ini   tak lebih dari  pondok buruk yang serba kurang, oleh sebab itu terlebih dahulu  kami menyusun sepuluh jari memohon maaf yang sebesar – besarnya atas segala kekurangan itu, dan yang dapat kami sambutkan ialah puji dan sukur kehadirat Ilahi   serta selamat datang kehadapan tamu  kami  yang  kami muliakan.

Kemudian daripada itu ;
Beras kuning bertih kami taburkan
Menyambut tamu yang datang dari jauh
Sirih menanti  kami sembahkan 
Sembah mengiring jari sepuluh

Tamu disambut dihalaman muka
Sambil diucapkan selamat datang
Tamu beriring  bermanis muka

Tuan – tuan datang   kami mahangga
Disembahkan sekapur sirih sekacip pinang
Sebagai pengiring  tegur sapa

Dengan bersahaja kami perbuat
Menurut biasa sepanjang adat
Dengan tujuan mempererat
Silatur rahmi sesama kita
Atas pertemuan kita dipondok dan teratak buruk  kami yang serba kurang  ini

Dilihat  tepak terbilang baik
Gagang dipepat sirih pilihan
Sama datang sama menanti

Datang tuan – tuan  berhajat baik
Berbilang tepak dibawa iringan
Sirih datang   sirih menanti

Datang  tuan – tuan membawa tuah
Terasa hubungan bertambah erat
Kami ucapkan Alhamdulillah

Datang tuan – tuan  dengan susah payah
Karena dorongan kandungan hajat
Selalah  tuan membuka madah

Sekian dahulu  mukaddimah sekapur sirih sekacip pinang 
Kadar  yang dapat kami perbuat 
Sebagai tegur sapa kehadapan tuan – tuan yang terhormat.

B.     KATA PENDAHULUAN (Mukaddimah )
( Keluarga  Pria )
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil ‘alamin
Wassalatu Wassalamu ala asrafil mursalin
Sayyidina Muhammadin
Wa ala alihi  wasahbihi Ajmain

Amma Ba’du

Terlebih dahulu kami ucapkan syukur alhamdulillah Maha Besar Allah  yang telah memberikan limpahan karunia rezeki nikmat kesehatan dan kesempatan pada kita bersama sehingga pada hari ini  kita dapat berkumpul dan bertemu dalam keadaann sehat wal ‘afiat  tak kurang suatu apa.
Shalawat dan salam  kita sampaikan keharibaan junjungan kita  nabi besar Muhammad saw, pembuka tabir kegelapan alam,  pemandu umat kejalan kebenaran  serta syafaatnya jualah kita harapkan dihari  kemudian.

Selanjutnya ribuan  terima kasih  kami kehadapan tuan dan puan, Bapak/Ibu sekalian  pihak ahli rumah besar lagi bertuah ini, yang telah sudi menerima kedatangan kami dengan penuh penghormatan, menerima kami dengan muka manis hati yang lapang, dengan kedua tangan terbuka dengan tata krama yang indah dan sempurna dan tutur kata yang indah mempesona.

Tidaklah salah kami katakan, bahwa  yang kami datangi ini  adalah rumah besar lagi bertuah, penghuninya orang mulia, jauhari serta budiman, beradat dengan tutur kata yang indah menawan.

Kami yang datang  ini  berasal dari Medan  adalah  utusan  dari keluarga   Tuan _____________ingin menyampaikan tepak bersisi sekapur sirih sekacip pinang  yang khusus kami persiapkan dari kampung halaman.

Kami telah disambut dengan upacara adat melayu yang indah  dan mulia, maka akan kami coba menyesuaikan diri dengan menyampaikan hajat hati dan kata – kata  secara adat melayu yang telah kami pelajari dengan seksama. Tentu akan terdapat  kejanggalan dan kekurangannya, untuk itu terlebih dahulu kami ucapkan mohon maaf yang sebesar – besarnya, dan kami harapkan tidaklah akan terlanggar pantang  dan basa serta petunjuk jualah  yang kami harapkan dari Tuan – Tuan yang kami muliakan.


Tuan – Tuan Ahli Rumah besar lagi bertuah yang  kami hormati

Tidaklah malu kami bertanya
Agar  terhindar langgar basa
 Ahli  rumah duduk berbilang
 Agar  kami tidak terlanggar pantang

Kerumah besar lagi bertuah ini langkah kami tujukan
Disambut  ahli rumah dengan mahangga
Tiba  dihalaman kami telah  pula dipersilakan
Rasa kandungan hati yang hendak disampaikan
Dengan menyusun sepuluh  jari kami mohon bertanya
Kehadapan jauhari mana sembah dan tepak dihadapkan

Sekedar  sekianlah dahulu permohonan kami untuk dimaklumi.

C.    Jawaban  Kata Pendahuluan  dari Keluarga  Wanita

Tuan – tuan tetamu kami yang  kami hormati

Sungguh  jauhari tuan bertanya
Tanda bijaksana memegang adat
Tanda kampung berpenghulu
Tanda menjaga marwah diri

Oleh  sebab itu,

Berbilang puluh pihak menanti
Menyambut tamu – tamu yang akan datang
Para budiman berkumpul tiba

Hambalah disuruh pihak menanti
Penginting kain basahan tamu – tamu yang datang 
Semoga beban terpikul hamba

Maka dengan hormat hamba perselakan
Agar kita beramah tamah
Semoga gayung bersambut  kata berbalas 
Dan Tanya berjawab berjalan dengan baik.

Sekianlah  dahulu sebagai jawaban dari pihak kami


D.    Tepak Pembuka  Kata ( Keluarga  Pria )

Pihak Ahli rumah besar lagi bertuah  yang kami hormati

Bertih berserak dihalaman
Meyambut kami  datang dari jauh
Berebut tegur dengan sapa
Tepak dipersembahkan kehadapan  tuan
Sembah mengiring jari sepuluh
Inilah tepak pembuka kata

Bertih bertabur memutih ditanah
Beras kuning sama diserak
Sirih menanti telah kami kunyah
Terasa manis bercampur lemak
Bertih bertabur diserakkan
Sambutan mesra pihak menanti
Sirih sekapur sudah dimakan
Menjadi penawar penyejuk hati

Sambutan mesra pihak menanti
Menyejukkan dan membesarkan rasa dihati  kami
Menjadi penawar penyejuk hati
Rasa mempererat  silatu rahmi

Menjadi penawar penyejuk hati
Didalam hati tersimpul erat
Rasa persaudaraan berkesan dihati
Dari dunia sampai akhirat

Pihak Ahli Rumah besar lagi bertuah  yang  kami hormati
Adapun hajat kedatangan kami ini
Adalah sebagai kelanjutan dari sebab yang menyebabkan

Desiran angin membelah sunyi
Taukpun sudah bersaut
Gamitpun sudah berbalas
Risik halus sudah bersambut
Tetapi ibarat desiran angin ditengah malam
Ibarat setitik embun terasa ada terlihat belum
Kami jadikan setawar sedingin segenap keluarga
Jika izin jauhari bertuah
Risik tepi hendak ketengah

Ahli rumah besar lagi bertuah yang  kami muliakan
Sudah lama kami mendengar nama baik tuan
Kehulu sampai kegunung
Kehilir sampai ke muara
Memegang  adat serta syar’a
Arif lagi bijaksana
Tahu  dikias faham diumpama
Tahu  disilang sengkata yang berpangkal
Tahu  di onak  yang  meranggit
Jauhari dipermata  mutu manikam intan baiduri

Adat teluk timbunan kapar
Adat tua tahan ragam
Maka pada tempatnya ahli rumah kami jadikan
Tempat berkabar bila hendak pergi
Tempat bercerita setelah pulang
Tempat berteduh dihujan lebat
Tempat   bernaung  di panas terik
Dan tempat menggantungkan harapan
Harapan seberat  bumi dan langit

Kami kami sembahkan dengan ta’zim  kehadapan Tuan
Bahwa besarlah  sudah anak didik Tuan _________________
Sudah berumur setahun jagung
Sudah berdarah setampuk pinang
Laki – laki remaja lajang

Kedua ibu bapa masih berhutang
Sebahagian hutang baru terbayar yaitu
Lahir kedunia dikerat pusat
Diazankan  dan diqamatkan
Kemudian diayun diberi nama
Kemudian dikhitankan
Diajar mengaji khatam al qur’an
Serta diajar sopan santun

Tinggal satu hutang lagi belum  terbayar
Yaitu hukum ‘adi hukum negeri
Serta amar nabi yang berbunyi
 النكاخ سنتى فمن لم يعمل بالسنتى فليس منى ( الحديث)
Annikahu Sunnati Famanlam ya’mal bisunnati Falaisa minni
Dan sekarang telah tibalah  waktunya
Dia disuruh pulang kerumahnya  sendiri

Sekianlah dahulu sembah kami  untuk dimaklumi 


E.      Tepak Pembuka  Kata     
Jawaban Keluarga Wanita

Tuan – tuan  temu kami yang kami  hormati

Kata  pembukaan tuan telah kami dengar dan perhatikan
Buah tutur budiman sangatlah indah
Seperti mendengar dendang senandung
Senandung irama  Melayu lama
Menyuak kelana hina  hingga terlena
Di dalam buaian diawang tinggi
Irama Melayu   senandung puji

Kelana dimandikan dengan segeluk air
Terasa gamang diawang tinggi
Akan jatuh terhempas luluh
Kedalam lembah cibir tak sudah

Semoga kami dilindungi Ilahi
Senantiasa dapat menahan diri
Kata pepatah Melayu lama
Sedangkan air dalam kapar tak hanyut
Kunun pula kemarau panjang

Dengan teratur budiman uraikan
Kalimat bersusun seindah sajak
Didalam senandung  irama Melayu

Sirih budiman  sudah kami makan
Sirih manis pinangnya lemak
Tawar gembung kami tak tau

Menurut resak puak Melayu
Bila dimakan sirih bawaan
Tawar  gembung  hendaklah tahu

Kilat kata baru nyatanya
Kilat beliung kemata kaki
Selalah Tuan  langsung bertanya
Hajat mana kandungan hati

Sekian dahulu kata dari kami.

F.     Tepak Merisik
       ( Keluarga  Pria }

Pihak Ahli rumah besar lagi bertuah yang  kami hormati

Sesungguhnya tuan orang baik
Menyambut tamu menantikan tepak
Sungguh terpuji perbuatan itu
Sesungguhnya tuan orang cerdik
Sudahpun tahu berpura tidak
Hendak menguji emas ke batu

Zaman beralih tahun beredar
Dari dahulu sampai sekarang
Yang mulia juga maka mulia
Yang besar juga maka terpandang
Yang ternama juga maka mashur

Jika tutur kami di pandang salah
Bukanlah tempua bersarang rendah
Karena resam puak melayu
Bila meminta tangan dibawah
Memuliakan sepihak diri merendah

Kemudian daripada itu
Kami ucapkan terima kasih  atas kemurahan hati tuan
Yang telah mengizinkan kami supaya langsung menyatakan kandungan hajat
Pucuk dicinta ulampun tiba, Al hamdulillah

Jika lajang remaja diumpamakan seekor kumbang
Telah terbang melintas melalui taman
Terpandang ia pada jambangan
Berisikan melati sedang mengembang
Indah letaknya  ditengah ruang

Pulanglah kumbang kepada ibu bapanya
Menyampaikan hasrat kepada saudara bunda
Menyatakan melati indah ditengah taman
Suci bersih bak intan terpilih
Menjadi setawar sedingin segenap keluarga
Menjadi penghias rumah tangga
Rumah besar lagi bertuah ini
Yaitu yang  ke _______ dalam jambangan

Segenap keluarga lalu berkumpul
Risik tepi tiba dibendul
Pucuk rumbai telah tersimpul
Risik halus  menjadi timbul

Segenap keluarga bulat mufakat
Memikulkan beban kepada kami
Mohon bertanya secara adat
Dengan menyusun sepuluh jari

Pilihan terletak disebuah taman
Nampak indah bentuk rupanya
Hati didalam jadi terpaut
Tepak dipersembahkan kehadapan tuan
Tepak merisik sirih bertanya
Lanjutan kata menuju maksud

Agar kami mendapat pedoman
Mohon bertanya kepada jauhari
Sebagai pemilik taman larangan
Agar kami tak sesat dijalan
Hendak terang bak suluh mentari
Adakah bunga melati dalam jambangan ?

Sekianlah dahulu  pertanyaan kami  mohon dimaklumi.


G.     Tepak  Merisik 
         Jawaban  / Bertanya  Keluarga Wanita

Para utusan yang kami hormati
Sebelum pertanyaan  utusan berjawab
Izinkanlah kami  bertanya  sedikit 
Yaitu ………….
Ditimbang – timbang  terasa ragu
Rasa bimbang karena tak tahu
Baiknya kami mohon  bertanya

Jenis kumbang lebih dari satu
Yang pertama disebut kumbang kayu
Tabiatnya suka menyeri bunga

Ditimbang – timbang terasa ragu
Dua pihak hajat akan  dipadu
Sesama  kita bermanis muka

Jenis kumbang lebih dari satu
Yang kedua  disebut kumbang  kidu
Tabiatnya suka merusak pohon kelapa

Bimbang terasa tidak dipendam
Membuat yang baik sama dihajat
Semoga sempurna pekerjaan kita

Yang ketiga disebut kumbang malam
Masuk ke Masjid  mengacau orang beribadah
Masuk  kerumah memadamkan  pelita

Kalau boleh pengisi bejana
Air yang jernih  disauk
Air yang keruh dibuang

Kalau boleh kami bertanya
Sudikah tuan member petunjuk 
Agar kami tidak bimbang

Sedekar sekianlah pertanyaan kami .


H.    Tepak Merisik  Dialog   (1)
( Keluarga Pria )

Pihak Ahli Rumah  besar lagi bertuah  yang kami hormati

Sungguh Arif , teliti , bijaksana  lagi bertuah
Mengetahui kumbang sebanyak itu
Satu – satu disebut bersama tabiat

Kumbang yang baik dicari payah
Hanya satu yang ada dikami
Mengikuti petunjuk mendengar nasehat

Satu – satu disebut bersama tabiat
Arif sungguh pihak ahli rumah
Tak pernah terlintas dihati kami

Mengikuti petunjuk mengikuti nasehat
Mengerjakan suruh meninggalkan tegah
Inilah kumbang yang akan mengabdi

Sesal dahulu pendapatan
Sesal kemudian tak berguna
Pelabur habis Palembang tak alah

Kumbang akan mengabdi tuan tanyakan
Menjaga nama baik segenap keluarga
Mengerjakan suruh meninggalkan tegah

Izinkanlah kami mengambil pelajaran
Dari ilmu jauhari bertuah
Sambil kami dating menghadap

Hanya sekian yang dapat kami sembahkan
Untuk pertimbangan jauhari bertuah
Semoga bimbang hilang lenyap

I.       Tepak Merisik  Dialog  (1)
( Keluarga Wanita )

Para utusan yang kami hormati
Penjelasan tuan telah dimaklumi…
Oleh sebab  itu……..

Sama – sama duduk kita berhadap
Ipar lamai beserta kaum kerabat
Sanak  sekampung handai  tolan

Bimbang dihati telah lenyap
Ipar lamai telah sepakat 
Mari disambung soal lanjutan

Sanak sekampung handai tolan
Menerima utusan yang datang  ini
Utusan  beriring membawa tepak

Mari disambung soal lanjutan
Itulah putusan dari kami
Semoga tuan tidak menolak

Sekianlah dahulu   dari kami






J.      Tepak Merisik  Dialog  (2)
( Keluarga Pria )

Pihak Ahli rumah  besar lagi bertuah  yang kami hormati

Kami datang mengandung hajat
Tepak disorong bersama ucapan
Mengiring sembah  sepuluh jari

Ipar lamai sudah sepakat
Akan menyambung soal lanjutan
Itu benar yang kami nanti

Tepak disorong bersama ucapan
Iringan kami duduk terbilang
Menyembahkan sirih menjunjung tangan

Sebelum disambung soal lanjutan
Izinkan kami Tanya berulang
Adakah bunga melati dalam jambangan

Sekian dahulu pertanyaan dari  kami

K.    Tepak Merisik Dialog  (2) 
( Keluarga Wanita )

Para  utusan yang kami  hormati
Ada satu hal lagi  yang perlu kami jelaskan kehadapan tuan
Yaitu ………….

Para utusan telah lama tiba
Kedua pihak duduk sama terbilang
Semoga sesuai rembuk kita ini

Tidakkah  kumbang salah menyangka
Ditaman lain  mawar terpandang
Bukan milik  taman buruk  kami ini

Berganti gelak dengan senyum
Tanda mahangga  didatangi tamu
Disambut dengan  dua belah tangan

Haraplah tuan sedia maklum 
Lebih  dari setangkai sibunga  labu
Hanya  itulah pengisi taman

Tanda  mahangga didatangi tamu
Tikar dihampar rata ke lantai
Dinding pelupuh  dilapis tabir

Lebih dari setangkai sibungan  labu
Sungguhpun mekar  tidak terpakai
Baiknya tuan dahulu berfikir

Sekianlah  yang perlu kami jelaskan   kehadapn tuan untuk dimaklumi

L.     Tepak Merisik Dialog  (3)
( Keluarga Pria )

Pihak ahli rumah besar lagi bertuah  yang kami hormati

Kami melangkah tidak berburuk sangka
Bulat mufakat  menyerahkan diri
Membuat sesuatu dengan bersahaja

Tidaklah kumbang salah menyangka
Rumah besar lagi bertuah masih tegak berdiri
Kuntum bunga melatipun tak berubah rupa

Rumah besar lagi bertuah  tempat berembuk
Telah dipikirkan masak – masak terlebih dahulu
Menyembahkan cerana bersusun jari

Rumah bertuah dikatakan teratak buruk
Kuntum bunga melati dikatakan sibunga labu
Hanyanya bijaksana merendah diri

Sesungguhnya begitulah bijaksana  merendah diri
Tetapi…..
Jambu banyak biji kata tuan di kami buah delima
Permata  kaca kata tuan dikami intan baiduri
Tanduk tak berguna kata tuan di kami gading bertuah
Bunga labu kata tuan di kami kuntum bunga melati yang indah

Pendirian kami tidaklah berubah
Dari dahulu sampai sekarang
Tidaklah kami mengubah tadah
Walau apapun katakan  orang

Terkecuali kehendak ilahi
Lapuk batu bekajang,  tumbuh mumbang ditanam
Demikian teguh dan kuatnya  hajat kami
Agar tuan maklum

Inilah sambutan  dari  pihak kami
Pendirian kami tidak akan berobah
Semoga maklum bijaksana bertuah
Tangan dijunjung mengangkat sembah



M.   Tepak Merisik  Dialog  (3)
Keluarga  Wanita 

Tuan – tuan para utusan yang kami hormati

Tuan bermadah sedap didengar 
Kalimat bersusun bila  berkalam
Bersilat lidah tuan pendekar
Bak menjerat saga didalam talam

Para utusan yang kami hormati

Kalau sudah demikian  teguhnya pendirian tuan
Yang  tidak  akan berobah
Membuat kami kalah selangkah
Maka  kami akuilah

Benarlah  kembang ada dikami
Lebih dari setangkai didalam puri
Sesungguhnya  kembang belumlah  bertali

Tetapi  pohon lah  dilingkari  duri
Serta dijaga sanak family
Itulah kata sebenarnya dari  kami

Bunga ditaman tak pernah mendongak
Tua muda sama  saja
Sama umur setahun jagung
Sama darah setampuk  pinang
Sama  akal baru tumbuh
Dunia akhirat sedang dituntut

Tetapi cerdik lawan dungu 
Mungkin nanti jadi  cibiran
Sesal dahulu pendapatan
Sesal kemudian tak berguna
Tak mungkin dapat surut kebelakang

Sungguhpun demikian tuan – tuan
Kesimpulan kata pada makna
Kesimpulan makna pada tujuan
Dikunci kata  dengan  kias

Tak sia – sia bilangan rampung 
Tak sia – sia  ruyung dibelah
Tak sia – sia telang dipancung
Guna membuat yang berfaedah

Para  utusan yang kami hormati

Mara  setapak undur  setapak
Ipar lamai beserta sanak
Bersandarkan adat bersendikan syara’
Mohon  bertanya barang   sejenak

Lajang remaja tidakkah cacat sedera  ?
Berdayakah lahir bathin  ?
Dapatkah memintas jika ada sanak yang hanyut ?
Dapatkah mencari jika ada sanak  yang hilang
Sekurang – kurangnya
Dapatkah mengikat lantai selang yang patah ?
Dapatkah  mengikat  anak  tangga ?

Licin jalan dek ditempuh
Lancar kaji dek dibaca
Jika disurat  dapat dikaji
Jika dijanji  baru menjadi
Agar dapat jadi pegangan

Jika tidak…..
Hanya beramah tamah sajalah kita
Sambil mengunyah sirih sekapur  dua
Tanda berkaum jarang berjumpa

Sekianlah dahulu permintaan  dari kami ………………

N.    Tepak Merisik  Dialog  (4)
Keluarga  Pria

Pihak ahli rumah besar lagi bertuah  yang kami hormati
Seperti tajuk dengan mahkota
Seperti sirih pulang kegagang
Seperti pinang pulang ketampuk
Seperti janggut pulang kedaguk
Seperti tindik menerima subang

Tidak teluk timbunan kapar
Tidak terapung menolak hanyut
Tidak kelarai menolak hampar
Tidak teluk timbunan kapar

Adat bersisi lembaga bertuang
Siapa salah siapa ditimbang
Hokum tegak sama ditengah

Bahwa sesungguhnya lajang remaja
Cacat tidak cederapun tidak
Serta berdaya lahir batin

Terkecuali dari sini keatas
Tuhan yang maha kuasa berkehendak
Buruk disebut baik dipinta
Jika takdir dating mendadak
Sakit tak baik  ataupun supak

Janganlah disalahkan kami
Karena  takdir dari ilahi
Ini semuannya  diluar janji
Demikianlah pengakuan kami untuk dimaklumi
Doa kita bersama agar tak terjadi yang tidak dikehendaki
O.    Tepak Merisik  Dialog  (4)
Keluarga  Wanita
Para utusan yang kami hormati ….

Gayung bersambut kata berbalas
Sama dibentang kandungan hati

Semua yang  lampau sudah selaras
Tepak datang  tepak menanti
Kelanjutan kata kami nanti


P.     Tepak  Peminang 
 ( Keluarga Pria )

Pihak ahli rumah besar lagi bertuah yang kami muliakan

Sekali lagi kami ucapkan terima kasih tak terhingga  atas kemurahan hati tuan yang berkenan menanti kelanjutan hajat kami

Tepak dihadapkan bercembul tembaga
Berkacip pinang sirih bersusun
Dibawa utusan dengan bersahaja

Kami persembahkan tepak ketiga
Tepak Peminang Sirih memohon
Adalah hajat serumpun keluarga

Segala sayat jadi pikulan
Tidaklah mungkir dari janji
Janji yang telah lalu
Maupun janji yang akan dating

Jika berat kami pikul
Jika ringan kami jinjing
Bukan takbur bukan ria
Dek karena hajat semata
Mengharap rahmat Allah Azza wa jalla

Kehadapan Tuan Teruna kami sembahkan
Untuk penginting kain basahan
Untuk merumput jalan ketepian
Untuk dijadikan suruh – suruhan
Untuk memintas jika ada sanak yang hanyut
Untuk mengganti lantai selang yang patah
Untuk mengikat anak tangga

Telentang menentang langit
Telungkup memeluk bumi
Harus setia bersama sanak
Sepanjang hayat bersama Tuan

Pihak Ahli rumah besar lagi bertuah yang  kami hormati
Jauh berjalan banyak dilihat
Lama hidup banyak dirasai
______________________________   nama yang berhajat
_______________________________Ayah kandungnya
_________________________ ibu kandung tercinta

Dihajatkan berumah tangga
Dengan melati kuntum utama
Dengan Fatiha   diletakkan  nama
Rahmawati  nama lengkapnya
Suwadi  ayah kandungnya
Ernawati  Nasution  ibunda  tersayang

Bolehkan kami dengan cerana
Tepak puan tepak perisik
Datang  beriring bersahaja

Izinkanlah kami mohon bertanya
Bolehkah melati kalau dipetik
Akan dipersunting lajang remaja
Akan disayangi segenap  family
Akan diperlakukan lebih dari anak sendiri

Adalah kami orang meminta tangan dibawah
Dihanyut kami kepas digantung kami tinggi
Pulang maklum kehadapan bijaksana bertuah
Tangan dijunjung mengangkat sembah
Demikiahlah  permohonan dari  kami



Q.    Tepak Peminang  
( Jawaban Keluarga Wanita )

Para utusan yang kami hormati 

Telah bertemu ruas dengan buku
Semoga utusan janganlah ragu
Hanya sekarang yang dianggap perlu
Mengisi syarat terlebih dahulu

Tepak tuan  sudah merisik
Sekapur  sirih dikunyah dahulu
Sambil mengajak tamu berkata

Jika tuan hendak memetik
Syarat diisi terlebih dahulu
Adat dan syara’  pedoman kita
Sekianlah  dahulu  dari pihak  kami.


R.    Tepak Peminang  
       ( Keluarga Pria Bertanya Syarat )

Pihak ahli rumah besar lagi bertuah  yang kami hormati

Alhamdulillah kami ucapkan
Ipar lamai telah sepakat
Mengisi syarat akan dipadan

Haraplah tuan  syarat tuan kemukakan
Lulus syara’ lulus adat
Kepada kami menjadi beban


S.      Tepak  Peminang
( Keluarga Wanita   Menyampaikan Syarat )

Para utusan yang kami hormati ……

Kami kenangkan diantara pengakuan tuan yang telah  terdahulu
Segala syarat jadi pikulan
Maka  syarat yang  wajib tuan tunaikan…
Wang    Ringgit    menjadi kebiasaan
……………… Ringgit bilangan  bertuah   jadi sukatan 


T.     Tepak  Peminangan   
( Keluarga Pria Setuju Syarat )

Pihak Ahli rumah  besar lagi bertuan yang kami hormati

Syarat Wang Ringgit  Malaysia yang tuan kemukakan
Tidaklah kami mungkir janji
Permintaan tuan kami penuhi
______________________Ringgit    jadi  bilangan

U.    Tepak  Peminang   
( Keluarga Wanita Pernyatakan Peminangan telah diterima )

Para  Utusan yang  kami  hormati

Sesungguhnya  tuan  orang bijaksana ………
Oleh sebab  itu …………

Karena berlayar telah sampai ke pulau
Karena berjalan telah sampai kebatas
Banyak dirasa  banyak dilihat
Kerana sejajar yang telah lampau
Kerana padan sudah selaras
Baik dipintal supaya singkat

Ipar lamai  sudah sepakat
Impal larangan  sudah ditanya
Saudara ayah sudah mendekat
Saudara ibu   sudah berkata

Rasi baik untung bertuah
Ternak  memborak padi menjadi
Anak  banyak rezeki murah
Kaum kerabat bersenang hati

Bila pinangan  berterimalah sudah
Masing – masing pihak menjamu sukut
Kurnia dipohonkan  kehadirat Allah
Semoga pertemuan  telah terpaut

Mawar ditaman belum bertali
Datang  kumbang hendak menyeri
Lulus adat lulus syara’i.
Remaja sehat telah diketahui

Bunga mekar setelah berkuntum
Kuntum pecah kelopak mengembang
Jadi perhatian  pemilik kumbang
Jadi pembicaraan  segenap keluarga

Mohon harapan keseluruh kaum
Jika bunga asalnya  harum
Sampai layu jangan dibuang
Penarik tali buaian  dipalar juga


Para utusan serta hadirin  yang kami muliakan

Hajat utusan sudah kita dengarkan
Membuat keputusan agak  lama
Petunjuk Tuhan bersifat Rahim
Dengan bismillah kami ucapkan
SIRIH PEMINANGAN  AKAN DIMAKAN
Tanda Peminangan Telah Diterima

V.    Tepak  Tukar  Tanda
        (Keluarga  Pria )

Pihak Ahli Rumah Besar  lagi bertuah yang kami hormati

Peminangan kami  telah tuan terima
Kami  ucapkan  Alhamdulillah dan terima kasih yang setulus – tulusnya
Telah tercapai yang dihajat
Sangatlah senang  rasa dihati
Karena besarnya hati kami
Dan untuk menjadi bukti segenap famili
Mari kita naikkan tanda agar kumbang dan  Melati  telah bertali

Berikut kami persembahkan sebuah tepak, Tepak Tukar Tanda 
Tepak disorong  jari menyembah  ( dilakukan dan serahkan tanda)
Tanda dinaikkan penghias jari ( jika cincin  sebagai tanda) kami serahkan
Tanda dinaikkan penghias lengan ( jika gelang sebagai tanda) kami serahkan
Tanda dinaikkan penghias leher ( jika kalung  sebagai tanda) kami serahkan.

W.  Tukar  Tanda
( Jawaban  Keluarga Wanita )

Para  utusan yang kami hormati …….

Dari utusan datang lagi sebuah tepak dan  penyerahan  tanda
Maka kami sambut dengan  dua belah tangan  terbuka
Adat diisi lembaga  dituang agar sempurna
Kamipun akan berbuat juga hal yang sama

Adat dan petuah bila diikut
Nama baik tidak bercacat
Tepak dan sembah kami sambut
Tanda diterima jadi pengikat

Para utusan yang kami hormati
Karena mufakat telah bulat
Terimalah tanda dari pihak kami
Sama  dihajat menurut adat

Adat dan petuah baik diikut
Harus berkembang tak ada kecuali
Tepak dan tanda kami sambut
Yasmin melati dan kumbang  resmi bertali

Demikianlah pernyataan kami.

X.    Tepak Ikat  Janji   
( Keluarga  Pria ) 

Pihak Ahli rumah besar lagi bertuah  yang kami hormati

Beberapa acara telah berjalan  dan selesai
Sungguhpun demikian  kami yang datang ini 
Bak  kata pepatah
Sekali merengkuh dayung  nak dua tiga tanjung terlampaui
Sekali membuka pura  nak dua tiga hutang  terbayar
Sekali kaki melangkah segala hajat nak selesai

Oleh sebab itu kami mohon lagi kemurahan hati tuan
Agar dapat menerima sebuah tepak lagi 
Yakni tepak terakhir pada hari ini
Agar kerja kita selesai sempurna

Demikianlah permohonan kami.

Y.     Tepak Ikat  Janji 
(  Jawaban Keluarga Wanita )

Para utusan yang kami hormat

Sengaja begitu orang berhajat
Dapat satu nak dua
Dapat dua  nak tiga
Dan kalau mungkin segala hajat nak selesai
Dan  kalau telah selesai
Tuan – tuanpun  nak  pulalah  …. Bukan  ???

Lain halnya  dengan kami

Sedap makan dikunyah – kunyah
Sedap  cerita  jangan diulang
Sedap bercengkerama  menyuntuk  hari
Sedang manis  jangan dihabiskan

Ada baiknya  kita bercerita
Tentang hal – hal  yang  lain  dulu
Menjelang subuh  dan setelah shalat subuh
Barulah kita  sambung  lagi
Terlanjut,   sekali – sekali  nya 
Tuan – tuan   datang  kemari
Bagaimana   setuju  tuan  - tuan  ?

Z.      Tepak Ikat Janji  Dialog   1
(Keluarga Pria      )          

Pihak ahli rumah besar lagi bertuah yang kami hormati
Anjuran tuan itu sungguh baik
Karena rumah besar lagi bertuah
Tersedia segala – galanya
Tempat rehat yang lengkap
Makananpun  cukup lezat

Kalau kami pulang sekarang kerumah
Ibu – ibu  dirumah harus  bertanak  lagi
Paling – paling ikan kresek  sambal  belacan menjadi  lauk
Oleh karena itu  anjuran tuan kami terima dengan tangan terbuka

AA.        Tepak Ikat  Janji    (  Dialog 1 )
( Keluarga Wanita )

Hadirin para utusan  yang  kami hormati

Tadi  maksud hati  hendak mencari idau
Tapi  hutang  yang  tumbuh
Maksud  hati hendak mencerat
Kiranya  saga  didalam talam
Oleh karena itu  kami kalah selangkah….
Maka  …….

Usul tuan  tadi kami    terima  perlselakanlah…….

BB.         Tepak Ikat Janji   Dialog 2
(Keluarga  Pria )

Pihak ahli rumah besar lagi bertuah  yang kami hormati

Adapun hajat yang akan disampaikan ini
Karena  acara demi acara  telah selesai dengan baik
Maka acara yang terakhir untuk hari ini
Adalah suatu kesimpulan yang menjadi  pegangan kita bersama
Sebagai pedoman  pelaksanaan  dalam rangka pekerjaan kita
Agar pekerjaan selesai sempurna rampung  semuanya
Oleh karena itu kami mohon
Agar kita  mengadakan ikat janji 


Pengiring hajat yang telah sudah
Telah diizinkan pihak  ahli rumah besar lagi bertuah
Tepak disorong  jari menyembah
Mohon kita mengikat janji

Telah diizin pihak ahli rumah besar  lagi bertuah
Semua tercapai hajat kami
Janji yang sudah  kita sepakati
Janji yang akan datang mari kita  isi

Sekianlah dahulu dari pihak kami

CC.        Tepak Ikat Janji  Dialog  2
     (Keluarga Wanita)

Para Utusan yang kami hormati…….

Tepak dan sembah yang  datang  dan yang menanti
Marilah sama – sama kita  membulang  janji
Yaitu  .. :

1.    Menetapkan  hari akad nikah
2.    Menyerahkan mahar segera  sebelum akad nikah,  dan didahulukan dengan mengembalikan  tanda.
3.    Menetapkan pakaian  yang dipakai  pada akad nikah
4.    Menetapkan hari mengantar sirih besar, dapat dilakukan  dengan hari mengantar pengantin, kalau sirih besar  sudah bawa  hari ini  dapat diserahkan sekarang juga
5.    Tinggal menetapkan hari mengantar pengantin,  hari bersatu,  hari peresmian.
6.    Menetapkan adat  - adat  yang harus diisi, apakah ada pelangkahan, tata cara  datang  pengantin berjulang ?,  berpencak ?,  jenis  dan warna pakaian ?  dan lain – lain
7.    Hal – hal yang belum  dapat ditetapkan atau ada hal yang  masih perlu dirundingkan  dapat dirundingkan  melalui ipar lamai kedua belah pihak.

Demikianlah   kiranya   harapan   kami  semoga maklum bijaksana bertuah.”

Menurut Baihaqi, A.K., bahwa syarat-syarat mendidik anak prenatal, di antaranya adalah :[47]
a. Beriman dan bertaqwa kepada Allah
Merupakan syarat paling utama bagi keberhasilan upaya mendidik anak prenatal.
b. Bertekad dan berniat mendidik anak prenatal
Mendidik anak prenatal merupakan ibadah besar dalam ajaran Islam, apabila diawali dengan niat ibadah. Oleh karena itu, suami dan istri dalam upaya mendidik anak prenatal haruslah berniat dengan ikhlas karena Allah semata.
c. Menghormati orang tua dan mertua
Syarat ini merupakan syarat yangs angat menentukan pula bagi keberhasilan orang tua (suami istri) mendidik anak prenatal.
d. Mendoakan anak prenatal
Mendoakan anak menjadi kewajiban orang tua sepanjang hayat, sejak anaknya masih dalam kandungan sampai lahir, dewasa dan menjadi tua pula.
e. Memberi makanan dan pakaian yang halal
f. Ikhlas mendidik anak prenatal
g. Memenuhi kebutuhan istri, di antaranya :
1) Kebutuhan akan perhatian
2) Kebutuhan akan kecintaan ekstra
3) Kebutuhan akan makanan ekstra
4) Kebutuhan akan pengabulan
5) Kebutuhan akan penghargaan
6) Kebutuhan akan ketentraman
7) Kebutuhan akan perawatan
8) Kebutuhan akan keindahan
h. Berakhlak mulia
Di antara akhlak mulia yang sangat erat kaitannya dengan pendidikan anak prenatal adalah :
1) Kasih sayang
2) Sopan dan lembut
3) Sabar menghadapi anak prenatal
4) Rukun antara suami dan istri beserta semua anak
5) Rukun dengan keempat orang tua, tetangga dan masyarakat.
Materi dan metode pendidikan anak dalam kandungan (prenatal), di antaranya : ada beberapa metode yang dapat dipakai untuk mendidik anak prenatal. Metode tersebut dapat dilaksanakan secara langsung, tetapi diaplikasikan melalui ibu dari anak prenatal tersebut. Metodenya lebih ditekankan pada pembinaan lingkungannya, artinya penerapan semua metode yang diarahkan kepada pembinaan lingkungan yang Islami untuk anak prenatal melalui ibunya. Adapun metode dan materi yang diberikan dalam pendidikan anak prenatal yaitu :[48]
Metode pendidikan anak prenatal di antaranya adalah :
1) Metode kasih sayang
2) Metode beribadah
3) Metode membaca Al-Qur’an
4) Metode bercerita
5) Metode berdo’a
6) Metode berlagu
Dan materi yang diberikan dalam pendidikan anak prenatal adalah sebagai berikut :
1) Salah fardhu lima waktu
1) Salat-salat sunnat
2) Membaca Al-Qur’an
3) Keimanan
4) Akhlak mulia
5) Do’a
2. Pendidikan Anak Sejak Lahir
Di antara keutamaan syariat Islam bagi umatnya adalah dijelaskannya hukum-hukum (pedoman) yang berhubungan dengan anak dan kaitannya dengan prinsip-prinsip tentang pendidikan secara rinci sehingga pendidikan selalu mendapatkan dan kejelasan tentang masalah yang harus dijalankan terhadap bayinya yang lahir. Sebagai dasar dasar-dasar yang diundangkan Islam dan prinsip-prinsip ajaran yang dirumuskan oleh pendidik pertama, yaitu Nabi Besar Muhammad SAW, maka alangkah layaknya orang yang mendapatkan hak mendidik tersebut dapat melaksanakan kewajibannya dengan sempurna.
Sejak bayi dilahirkan, Islam telah meletakkan tata cara, sebagai ajaran dan tradisi yang baik untuk pembinaan jiwa anak-anak, di antaranya adalah:[49]
a. Bisyarah (ungkapan turut gembira)
Bagi seorang muslim, disunatkan menggembirakan dan membahagiakan saudaranya yang melahirkan anak. Hal itu dimaksudkan untuk menguatkan ikatan-ikatan persaudaraan dan menyebarkan sayap-sayap cinta dan kelembutan di antara keluarga muslim. Penyampaian rasa ikut gembira atas kelahiran bayi sekaligus merupakan doa yang positif di sisi Allah.
Dalam Al-Qur’an menyebutkan “kata gembira” atas kelahiran anak dengan berbagai variasi sebagai petunjuk dan pengajaran bagi umat Islam. Ucapan selamat tersebut mempunyai pengaruh besar dalam menumbuhkan ikatan-ikatan sosial dan menguatkan ikatan di antara sesama kaum muslimin.
b. Disunahkan mengadzani dan mengikamati anak yang baru lahir
Di antara hukum yang disyariatkan Islam bagi anak yang baru dilahirkan adalah mengadzani di telinganya dan mengikamatinya di telinga kirinya, langsung pada saat dilahirkan. Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Turmudzi, dari Abi Rafi’ :
رأيت رسول الله صلّى الله عليه وسلّم أذّن فى اذن الحسن بن علىّ حبن ولدته أمّه. (رواه ابو داود والرمذى) [50]
Aku pernah melihat Rasulullah mengadzani (di telinga) Hasan bin Ali sesaat sesudah Fatimah melahirkan. (H.R. Abu Daud dan Turmudzi)
Begitu juga diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, r.a., bahwa Nabi adzan di telingan kanan dan ikamat di telinga kiri Hasan pada hari kelahirannya.
Rahasia mengadzani dan mengikamati sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Qayyim al-Jauziah dalam kitabnya, Tuhfatul-Maudud, yaitu agar getaran pertama kali yang didengar manusia adalah kalimat panggilan agung yang mengandung kebesaran dan keagungan Allah dan kesaksian pertama memasuki Islam. Seperti juga talkin, merupakan syiar Islam awal memasuki dunia sebagaimana mentalkinkan kalimat tauhid ketika meninggal dunia. Tidak diingkari lagi bahwa pengaruh adzan itu akan sampai ke hatinya dan akan mempengaruhinya meski ia sendiri tidak menyadarinya.
Dengan kata lain, agar ajakan kepada Allah, kepada Islam dan penyembahan kepada-Nya didahulukan dari bujukan setan, sebagaimana fitrah Allah yang menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu didahulukan dari pengaruh setan dan hikmat-hikmat lainnya.
Hikmat adzan dan iqamah ini adalah bahwa anak sejak lahir sudah diperdengarkan seruan suci untuk beribadah kepada Allah di samping berguna untuk mengusir setan.
c. Disunatkan mentahnik anak yang baru lahir
Di antara hukum yang disyariatkan Islam bagi anak yang baru lahir adalah disunatkan untuk men-tahnik setelah kelahirannya. Tahnik yaitu memamahkan kurma, mengulumi mulutnya dengan buah tersebut. Jika sukar mendapatkan kurma, maka biasa diganti dengan sesuatu yang manis atau cairan gula dicampur dengan air kembang, sebagai meneladani perbuatan Rasul SAW.
Hikmah dari perbuatan tersebut adalah untuk menguatkan otot-otot mulut dengan gerakan lidah karena menjilat sesuatu yang manis, sehingga anak siap untuk menetek dengan kuat dan alami. Sebaiknya orang yang men-tahniknya itu orang yang bertaqwa dan saleh, sebagai tabarrok kepadanya, sebagai pengharapan agar si anak saleh dan bertaqwa pula.
d. Disunatkan mencukur rambut
Termasuk hukum yang disyariatkan Islam bagi anak yang baru lahir adalah disunatkan mencukur rambutnya pada hari ketujuh dan menyedekahkan perak kepada para fuqaha dan yang berhak seberat timbangan rambutnya. Hikmahnya di antaranya adalah :[51]
1) Hikmah kesehatan
Menghilangkan rambut kepala anak berarti menguatkan kepala anak dan membuka pori-pori kepala, begitu juga akan menajamkan penglihatan, penciuman dan pendengaran.
2) Hikmah sosial
Yaitu menyedekahkan perak seberat timbangan rambut merupakan salah satu sumber jaminan sosial yang dapat mengurangi kemiskinan dan mewujudkan fenomena saling menolong,saling menyayangi, dan saling menjamin dalam sekelompok masyarakat. Ibnu Ishoa meriwayatkan dari Abdullah bin Abu Bakar dari Muhammad bin Ali bin Husein r.a.,:
عقّ رسول الله صلّى الله عليه وسلّم عن الحسن شاة, وقال : يا فطمة, احلقى رأسه, وتصدّقى بزنة شعره فضة, فوزنته, فكان وزنه درهما أو بعض درهم. (رواه ابن اسحاق) [52]
Rasul pernah beraqiqah seekor kambing untuk Hasan, dan berkata, “Ya Fatimah,! Cukurlah rambutnya dan sedekahkan perat seberat rambutnya”; lalu Fatimah menimbangnya. Hasil timbangan itu satu dirham atau kurang. (H.R. Ibnu Ishaq)
Ada hikmah lain bahwa Rasul sangat memperhatikan agar seseorang muslim tampil di masyarakat dengan cara yang layak. Mencukur sebagian rambut kepala dan membiarkan sebagian lainnya akan mengurangi kehebatan dan keindahan dirinya, selanjutnya akan mengurangi kepribadian Islam yang menjadi ciri pembeda seorang muslim daripada pemeluk agama dan keyakinan yang lain, bahkan dari seluruh orang fasik, oportunis dan yang moralnya rusak.
e. Tasmiyah (Penamaan Anak)
Yaitu memberi nama dengan nama-nama yang baik.[53]
1) Kapan anak diberi nama
Diriwayatkan oleh Ashabussunah dari Samrah yang berkata bahwa :
قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم كلّ غلام رهين بعقيقته, تد بح عنه يوم سا بعه ويسمّى فيه ويحلق رأسه. (رواه ابو داود واترمذى والنسائي) [54]
Setiap anak terikat dengan aqiqah-nya yang disembelih pada hari ketujuh, diberi nama dan dicukur rambutnya pada saat itu. (H.R. Abu Daud, at-Turmudzi dan an-Nasai)
Hadits ini menghendaki agar anak diberi nama pada hari ke tujuh, tetapi ada juga hadits-hadits yang shahih lainnya yang menegaskan agar penamaan itu pada hari ke tujuh, boleh juga sebelum itu dan sesudahnya.
2) Nama yang disenangi dan dibenci
Yang harus diperhatikan oleh pendidik pada saat menamai anak adalah memilih nama-nama yang bagus dan indah sebagai perwujudan petunjuk dan perintah Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW selalu menganjurkan umat Islam untuk memberi nama-nama para Nabi, Abdullah, Abdurrahman dan nama-nama yang mencerminkan penghambaan kepada Allah, sehingga untuk Muhammad berbeda dari umat lainnya dalam setiap fenomena kehidupannya, agar mereka menjadi umat terbaik, dapat menunjukkan manusia menuju cahaya kebenaran dan prinsip-prinsip Islam.
3) Disunatkan menyandarkan nama anak kepada nama ayahnya
Penyandaran ini mempunyai efek psikologis yang luhur dan manfaat-manfaat besar pendidikan. Demi manfaat yang jelas dan ungkapan yang besar ini,maka Rasulullah SAW menyandarkan nama anak-anak dan memanggil mereka dengan menyandarkan tersebut sebagai pendidikan dan petunjuk bagi para pendidik agar mereka mempraktekkan cara dan metode beliau dalam menyandarkan dan memanggil anak-anak mereka.
f. Aqiqah
Menurut bahasa (etimologi), العقيقة aqiqah berarti القطع yaitu memutus. Adapun menurut istilah (terminologi) syar’i, adalah menyembelih seekor domba untuk anak pada hari ke tujuh kelahirannya.[55]
Aqiqah menurut pandangan hukum (fiqh) dikategorikan ke dalam sunnat muakkad, anjuran yang ditekankan. Maksudnya, meskipun Rasulullah SAW tidak menggolongkannya ke perintah yang diwajibkan, namun beliau senantiasa melaksanakannya.
Aqiqah juga diartikan dengan menyembelih kambing untuk menyelamati bayi yangbari lahir dan sekaligus memberikannya sebagai sedekah (rizki) kepada kaum fakir miskin. Jadi, pengertian mengalirkan darah hewan sembelihan disini adalah sebagai amal taqarrub kepada Allah SWT.demikian itu dilakukan sesudah sang bayidicukupr rambutnya, yaitu pada hari ke tujuh sesudah kelahirannya. Sebagaimana disunnahkan pula melakukan sedekah sebanyak berat rambut yang telah dicukur, dalam bentuk perak atau yang seharga dengannya.[56]
Aqiqah kadang-kadang diartikan sebagai kambing/ domba yang disembelih dan terkadang diartikan rambut yang tercukurdari sang bayi yang baru lahir. Kedua istilah ini sekalipun berbeda makna lahiriyahnya, akan tetapi keduanya mempunyai makna yang sama, sebab keduanya kembali kepada satu obyek, yaitu dua pekerjaan yang dilakukan secara bersamaan. Dalam penyelenggaraan aqiqah untuk anaklaki-laki dengan menyembelih dua domba dan untuk anak perempuan dengan satu domba.
Adapun hadits yang menguatkan disyariatkan aqiqah dan yang menjelaskan kedudukannya nashnya aqiqah adalah dalam shahih Bukhari meriwayatkan dari Salman bin Amuar al-Dhobbi. Ia berkata bahwa Nabi telah bersabda :
قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم : مع الغلام عقيقة فأهريقوا عنه دما, وأميطوا عنه الأذى. (رواه البخارى ومسلم) [57]
Anak itu aqiqah-i, karena itu tumpahkanlah olehmu baginya darah dan jauhkanlah olehmu sekalian penyakit dari dirinya (dengan mencukur rambut kepalanya). (H.R. Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan hadits di atas dapat dipahami bahwasannya setiap anak itu diaqiqahi dan penyembelihan untuk aqiqah ini dilakukan pada hari ke tujuh dari kelahiran bayi atau hari ke-21 atau kapan saja.
Hikmah disyariatkannya aqiqah di antaranya :
a) Sebagai pengorbanan untuk mendekatkan anak kepada Tuhan sedini mungkin sejak awal mengarungi kehidupan
b) Sebagai tebusan si anak dari berbagai musibah dan bencana, sama dengan Allah SWT menebus Ismail a.s., dengan sembelihan yang agung
c) Sebagai pembuka penggadai anak pada kesempatan syafa’at bagi kedua orang tuanya.[58]
g. Khitan
Menurut bahasa (etimologi) khitan berarti memotong kuluf (kulit) di atas kepala zakar. Menurut istilah (terminologi), khitan adalah memotong kulit yang ada di sekitar ujung zakar atau batas pergelangan zakar yang sudah ditentukan oleh hukum syara’. Sedangkan pada bayi perempuan, berkhitan adalah memotong sebagian kecil dari semacam lapisan kulit yang menutup bagian atau clitoris.[59]
Ada beberapa dasar yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan khitan. Khitan pada laki-laki ada yang dikaitkan dengan perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim a.s., untuk berkhitan. Dalam musnadnya, Imam Ahmad meriwayatkan dari Amran bin Yasir. Ia berkata bahwa Nabi SAW telah bersabda :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من الفطرة : المضمضة والإ ستنشاق, وقص الشارب, وتقليم ألا ظفار ونتف الإبط والإ ستحدار, والإختنان. (رواه امام احمد) [60]
Di antara yang mensucikan adalah : berkumur, memasukkan air ke hidung, mencukur kumis, bersiwak, memotong kuku, membersihkan ketiak dan beristihdad. (H.R. Imam Ahmad)
Khitan merupakan sunnah nabawiah yang diwarisnya dari nabi-nabi sebelumnya. Ulama ber-ikhtilaf dalam menentukan hukumnya antara wajib dan sunnah. Menurut Jumhur ulama, khitan itu wajib bagi laki-laki dan sunnah bagi wanita. Dan telah dibuktikan oleh penelitian kedokteran bahwa khitan itu bernilai positif terhadap kesehatan. Adapun hikmah khitan, di antaranya adalah :
1) Khitan merupakan dasar fitrah (kesucian) syiar Islam dan ciri syariat
2) Khitan merupakan puncak kesempurnaan yang disyariatkan Allah melalui lisan Nabi Ibrahim a.s., syariat yang mengajak hati untuk bertauhid dan beriman. Syariat yang membersihkan badan dengan berkhitan, mencabut jenggot, memotong kuku serta mencabuti bulu ketiak.
3) Khitan dapat membedakan seorang muslim dari pemeluk agama-agama lain di luar Islam
4) Khitan merupakan sebuah pengakuan penghambaan diri kepada Allah.[61]
3. Pendidikan Anak Usia Dini (Anak Usia Sekolah)
Pendidikan akhlak pada anak memang harus ditanamkan pada masa kanak-kanak.agar akhlak tersebut melekat sampai anak menjadi dewasa. Di samping pendidikan akhlak yang diberikan pada masa anak prenatal (anak dalam kandungan). Pendidikan akhlak pada anak sejak lahir dan ada juga pendidikan akhlak yang diberikan pada anak usia dini (usia sekolah).
a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (Anak Usia Sekolah)
Adapun yang dimaksud dengan usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2003, yang dimaksud dengan anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun. Dan berdasarkan para pakar pendidikan anak, yaitu kelompok manusia yang berusia 8-9 tahun.[62]
Setelah diketahui anak usia dini (AUD), berikut dijelaskan tentang pendidikan anak usia dini (PAUD). PAUD adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan non fisik dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal pikir, emosional dan sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.[63]
Adapun upaya yang dilakukan mencakup stimulasi intelektual, pemeliharaan kesehatan, pemberian nutrisi dan penyediaan kesempatan yang luas untuk mengeksploitasi dan belajar secara aktif. Pendidikan anak usia dini dimulai tiga tahun sampai dengan enam tahun yang sering dikatakan sebagai pendidikan pra sekolah dan pada masa ini anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik fisik, maupun psikis atau kejiwaan.
Tujuan dari pendidik anak usia dini salah satunya adalah memberikan pengalaman dan kesempatan yang akan membantu penguasaan kemampuan pada semua bidang perkembangan untuk meningkatkan kesempatan berhasil ketika anak memasuki jenjang pendidikan formal selanjutnya. Dengan demikian, jelas bahwa pendidikan anak usia dini adalah membekali dan menyiapkan anak sejak dini untuk memperoleh kesempatan dan pengalaman yang dapat membantu perkembangan kehidupan selanjutnya.[64]
Pendidikan akhlak pada anak usia dini atau anak usia sekolah dilaksanakan dalam suatu lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana, yaitu di sekolah. Dan guru sebagai pelaksana dalam tugas pembinaan, pendidikan dan pengajaran adalah orang yang telah dibekali dengan pengetahuan tentang anakdidik dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas kependidikan.
Guru agama yang jeli memperhatikan anak-anak didiknya, anak menemukan masalah-masalah yang kurang serasi atau kurang menunjang pertumbuhan kesehatan mental mereka yang diakibatkan berbagai keadaan yang telah mempengaruhinya sebelum ia masuk sekolah dasar. Maka guru agama tersebut perlu memperbaiki pengajaran agama yang kurang tepat di rumah atau di taman kanak-kanak dahulu, agar si anak dapat bertumbuh menjadi anak yang beriman dan berakhlak terpuji.
Oleh karena itu, pendidikan agama dan pendidikan akhlak yang terbaik dan mudah dilaksanakan adalah melalui semua guru dan semua bidang studi. Artinya, setiap guru yang mengajar di sekolah dasar itu hendaknya dapat menjadi contoh teladan bagi anak didiknya, terutama dalam keimanan, amal shaleh, akhlak dan sikap hidup serta caranya berpikir.[65]
Di sinilah letak keistimewaan dan keungulan lembaga-lembaga pendidikan yang diasuh oleh suatu yayasan keagamaan, seperti sekolah dasar Islam. Guru agama (bidang studi agama) yang berkewajiban memberikan pengajaran agama,dapat melaksanakan tugas pengajarannya sendirian. Adapun dalam pembinaan agama dan akhlak pada anak didik, dia ditunjang oleh guru bidang studi yang ada dan oleh guru kelas. Pendidikan agama yang dilakukan oleh semua guru secara terpadu itu akan memberikan hasil yang baik dan memantul dalam kehidupannya sehari-hari.
b. Materi Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini (Anak Usia Sekolah)
Adapun materi pendidikan akhlak yang harus diajarkan kepada anak usia dini (anak usia sekolah) sebagaimana akhlak-akhlak mulia yang diperintahkan oleh Rasulullah dan dicontohkan oleh beliau dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya :
1) Jujur
Sifat jujur termasuk salah satu akhlak mulia yang menunjukkan iman seseorang.lawan dari jujur adalah dusta. Sesungguhnya mendidik masyarakat terutama dalam keluarga (mendidik akhlak pada anak) menuntut adanya latihan bagi masing-masing untuk jujur dalam setiap ucapan dan perbuatan. Maka wajib bagi orang tua untuk memberi contoh tentang jujur ini dan mengajarkannya sejak kecil.
2) Amanah
Sifat amanah merupakan perkara penting, sifat ini dijadikan tanda adanya iman di dalam diri seseorang dan sebaliknya tanda orang munafiq tidak adanya sifat amanah, wajib melatih diri dan anak-anak untuk bersifat amanh dan menghindari sifat khianat beserta akibat yang akan ditimbulkannya, sehingga terjagalah hak-hak manusia dan harta bendanya.
3) Sabar
Sabar artinya tahan menderita, tabah, sikap menerima dan tenang. Sabar merupakan akhlak mahmudah baik di saat mengalami bahagia maupun menderita, sehingga manusia akan terhindar dari hawa nafsunya.
4) Malu
Seseorang muslim seyogyanya menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baikdan mempunyai sifat malu, karena malu itu sebagian dari iman. Sifat malu merupakan salah satu unsur pendorong yang kuat bagi seseorang untuk berkelakuan baik dan menjauhi yang buruk. Begitulah di antara point-point penting yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan generasi Islami yang senantiasa mendapat bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bahwa sifat di atas merupakan materi yang harus diajarkan kepada anak-anak dalam pendidikan akhlak agar menjadi anak-anak yang shaleh, sehingga sasaran pendidikan agama Islam dapat tercapai.
c. Metode Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini (Anak Usia Sekolah)
Metode yang dipakai disesuaikan dengan perkembangan kecerdasan dan kejiwaan anak pada umumnya, yaitu mulai dengan contoh, teladan, pembiasaan dan latihan, kemudian berangsur-angsur memberikan penjelasan secara logis dan maknawi.[66]
Pendidikan agama dan akhlak bagi anak di dalam keluarga pada umur taman kanak-kanak dan sekolah dasar masih diperlukan, kendatipun disekolah telah diberikan oleh guru agama dan guru kelas serta situasi sekolah yang menunjang, sikap orang tua terhadap pelaksanaan agama juga turut mempengaruhi sikap anak didik yang telah dibina oleh guru dan sekolah pada umumnya.[67]
Pendidikan agama yang diperoleh anak dari guru di sekolah merupakan bimbingan, latihan dan pelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan perkembangan jiwanya, akan menjadi bekal yang amat penting bagi kehidupannya di masa yang akan datang. Pendidikan agama dan pendidikan akhlak pada umur sekolah ini perlu dikaitkan, karena akhlak adalah refleksi dari keimanan dalam kehidupan nyata. Jika bekal keimanan dan pengetahuan agama yang sesuai dengan perkembangan jiwanya cukup mantap, maka agama akan sangat menolongnya dalam bergaul, bermain, berperangai, bersikap, terutama dalam belajar dan bekerja.








BAB  III
PENUTUP

            Demikianlah makalah ini  ini kami  susun sedemikian rupa  semoga  ada manfaatnya  untuk membuat tulisan  pada masa – masa yang akan datang, tentunya  kami meyadari  bahwa makalah ini masih  jauh  dari sempurna  kritik  dan   saran  sangat diharapkan  untuk  perbaikan tulisan ini pada masa – masa yang  akan  datang.











DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasyi, M. Athiyah. Dasar-dasar Fokok Fendidikan Islam, Terj. Djohar Bustani, Aghani, dan Johar Bahri, Jakarta: Bulan Bintang. 1990
Al-Ghazali, Imam, Ihya’ Ulumuddin Juz III, Kairo: Isa al-Babil al-Halabi, tt.
Al-Syaibany, Omar Muhammad al-Toumy. Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I. terj. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang. 1999
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers. 2002
Arifin, Imron. Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan, Malang: Kalimasada Press. 1994
Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002
Azizy, A. Qodri A. Pendidikan (Agama) untuk Membangun Etika Sosial Semarang: Aneka Ilmu, 2003
Azyumardi, Azra. Paradigma Baru Pendidikan Nasional (rekonstruksi dan demokratisasi), Cet. 1. Jakarta: Buku Kompas. 2002
Bisri, Adib dan Munawir A. Fatah. Kamus Al-Bisri Indonesia-Arab Arab- Indonesia, Cet. II. Surabaya: Pustaka Progresi. 1999
Daradjad, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama, Cet. VII Jakarta: Bulan Bintang, 1996
Depag R.I. Al Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: PT. Karya Toha Putra1996
Depag RI. Kurikulum Nasional; Kompetensi Dasar MI dan MTs Mata Pelajaran PAI, Jakarta: Puslitbang-Pendidikan Agama dan Keagamaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1993
Hambal, Imam Ahmad bin. Musnad Imam Ahmad Abu Hambal, Juz II, BeirutI Darul Kutub. 1413 H
Langgulung Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam, Cet. 5 Jakata: Pustaka Al- Husna Baru, Lampiran pada SK Menteri Agama RI No. 16 Tahun 1978., 2005
Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al Ma’arif. 1999
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006
Moehad Sjah, OK ,Prof, Dr, Sp.PD-KR, Adat Perkawinan Mayarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur, Medan, USU Press, 2012
Mukhtar. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Misaka Galiza. 2003
Narbuko, Kholid dan Abu Ahmadi. Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara. 2001
Nasution. Azas-azas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara. 1999
Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf, Cet. 3 Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2000
Poerbakawatja, Soegarda dan H. A.H Harahap. Ensiklopedi Fendidikan, Jakarta: Gunung Agung. 1992
Poerwadarminto. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. 1992
Quthb, Muhammad. Sistem Pendidikan Islam, terj. Salman Harun Bandung: Ma’arif. 1993
Rahmawati, Siti Uriana. Perkembangan Jiwa Keagamaan Anak dan Implikasinya pada Pendidikan, dalam Jurnal Pendidikan Islam, volume 10, No.1. 2001
Ramayulis, dkk. Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, Jakarta: Kalam Mulia. 2001
Razak, Nasruddin. Dienul Islam, Bandung: Al-Ma'arif. 1993
Shihab, Quraish. Wawasan Al-Qur’an; Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan. 2003
Sudarsono Etika tentang Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta. Cet. I. 1999
Sudjana, Nana dan Ahmad Rifa’i. Teknologi Fengajaran, Bandung: Sinar Baru Algesindo. 2003
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Cet. III. Bandung: Sinar Mandiri. 1991
Nana dan Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru. 1999
Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih, Yogyakarta: Belukar. 2004
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta. 2006
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya. 1994
Tafsir. Moralitas Al-qur`an Dan Tantangan Modernitas, Cet. 1 Yogyakarta: Gama Media
Thoha, Chabib. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Cet. I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1996
Tirtarahardja, Umar dan La Sula. Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. 1998
Ulwan, Abdullah Nasih. Pendidikan Anak menurut Islam; Kaidah-kaidah Dasar,terj. Khalilullah Ahmas Masjkur Hakim, BandungI Remaja Rosdakarya. 1992
Undang-undang RI. Sistem Pendidikan Nasional, Cet VII. Semarang: Aneka Ilmu. 2003
Wilis, Sofyan S. Problem Remaja dan Pemecahannya, Bandung: Angkasa. 1994
Ya’qub, Hamzah. Etika Islam: Pembinaan Akhlakul Karimah suatu Pengantar, Cet. IV. Bandung: Diponegara. 1993
Yaljan, Miqdad. Kecerdasan Moral; Pendidikan Moral yang Terlupakan, terj. Tulus Musthofa, Sleman: Pustaka Fahima. 2003
Yunus, Mahmud. Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, Cet. II. Jakarta: Hida Karya Agung. 1998
Yusuf, Muhammad Zein. Ahklak Tasawuf, Semarang: Al Husna. 1993
Zaenuddin. Seluk Beluk Pendidikan al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara. 1991
Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I. Jakarta: Bumi Aksara. 1995






[1]. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h. 1
[2]. Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 51.

[3] Departemen Agama Republiik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT. Kumudasmoro Grafindo, 1994), h. 428.
[4] Frederic J. Mc. Donald, Educational Psychology, (San Francisco, Wadsworth Publishing Company Inc., 1959), h. 4.
[5]. Nelson B. Henry, Philosophies of Education, (The United States of America : The University, 1962), h. 205.
[6] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), h. 15.
[7]. Rahmat Djatnika, Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia), (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), h. 26.
[8]. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 5.
[9]. Elizabeth B. Hurlock, Child Development,Edisi IV, (Kugllehisa, Mc. Grow Hill, 1978), h. 386.
[10]. Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin Juz III, (Beirut : Dar Ihya al-Kutub al-Ilmiyah, t.th.), h. 58.
[11]. Muhammad Abul Quasem, Kamil, , Etika Al-Ghazali, “Etika Majemuk Di Dalam Islam, terj. J. Muhyidin, (Bandung : Pustaka, 1975), h. 81-82.
[12]. Raharjo, dkk., Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, (Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), h. 63.
[13]. Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 670.
[14]. Ibid., h. 960.
[15]. Al Imam Ahmad bin Hambal, Musnad Juz II, (Beirut : Darul Kutub al Ilmiyah, t.th.), h. 504.
[16]. Barnawy Umari, Materi Akhlak, (Sala : Ramadhani, 1984), hlm. 2.
[17]. M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, (Jakarta : Bulan Bintang, 1988), hlm. 11.
[18]. Chabib Thoha, Saifudin Zuhri, dkk., Metodologi Pengajaran Agama, (Fakultas Tarbiyah,Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), h. 136.
[19]. Muhammad ‘Athiyyah Al-Abrasyi, Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2003), h. 114.
[20]. Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), terj. K.H. Farid Ma’ruf, (Jakarta : Bulan Bintang, 1975), h. 6-7.
[21]. M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h. 352.
[22]. Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 148.
[23]. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Semarang : PT. Kumudasmoro Grafindo, 1994), h. 862.
[24]. Ibid.,h. 128.
[25]. Ibid., h. 526.
[26]. Ibid., h. 132.
[27]. Ibid., h. 427.
[28]. M.Athiyah al-Abrasyi, Op.Cit., h. 136.
[29].Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Semarang : PT. Kumudasmoro Grafindo, 1994), hlm. 157.
[30]. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT. Kumudasmoro Grafindo, 1994), h. 192.
[31]. Khatib Ahmad Santhut, Daur al-Bait fi Tarbiyah ath-Thifl al-Muslim, terj. Ibnu Burdah, “Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral dan Spiritual Anak dalam Keluarga Muslim, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 1998), h. 85-95.
[32]. Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 1989), h. 76-81.
[33]. Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 158.
[34]. Ibid.,h. 159-160.
[35]. Ibid., h. 155.
[36]. Imam Al-Ghazali, Pedoman Amaliah Ibadat,(Semarang : CV.Wicaksana, 1989), h.113-117.
[37]. Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Op.Cit., h. 156-157.
[38]. Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Semarang : PT. Kumudasmoro Grafindo, 1994), h. 654.
[39]. Ibid.,h.. 655.
[40]. Ibid., h. 654.
[41]. Ibid.
[42]. Ibid.,h. 655.
[43]. Ibid., h. 951.
[44]. Baihaqi,A.K., Mendidik Anak dalam Kandungan Menurut Ajaran Paedagogis Islami, (Jakarta : Darul Ulum Press, 2001), hlm. 12-13.
[45].Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Semarang : PT. Kumudasmoro Grafindo, 1994), h. 250.
[46] . OK,  Moehad Sjah, Adat perkawinan masyarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur, ( USU Press, 2012) h. 56-79
[47]. Baihaqi, A.K., Pendidikan Anak dalam Keluarga Bagi Anak Prenatal, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 29-50.
[48]. Ibid., h. 51-60.
[49]. Shodiq Ihsan, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1993), h.. 124-125.
[50]. Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam (Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1992), h. 53.
[51][13] Ibid., hlm. 56.
[52][14] Ibid., hlm. 57.
[53][15] Shodiq Ihsan, Op.Cit., hlm. 125.
[54][16] Abdullah Nashih Ulwan, Op.Cit., hlm. 59.
[55]. Ibid., h.. 70-71.
[56]. Jalaluddin,Mempersiapkan Anak Shaleh (Telaah Pendidikan Terhadap Sunnah Rasul Allah SWT.), (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h. 80.
[57]. Muhammad Ali Qutb, Sang Anak Dalam Naungan Pendidikan Islam, (Bandung : Diponegoro, t.th), h. 41.
[58]. Abdullah Nashih Ulwan,Op.Cit., h. 84.
[59]. Ibid., h. 85.
[60]. Ibid., h. 86
[61]. Ibid., h. 94-95.
[62]. Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), h. 88.
[63]. Ibid., h. 88-89.
[64].Ibid., h. 93.
[65]. Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam DalamKEluarga dan Sekolah, (Jakarta : CV. Ruhama, 1995), h. 82.
[66]. Ibid., h..83.
[67]. Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Sholeh, (Bandung : Mizan, 1998), h. 23.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.